Ritme, 10

904 181 47
                                    

"Good night all," suara bariton itu mampu membuat obrolan mereka terhenti. Menoleh ke asal suara. Menumpukkan kedua tangannya pada penyangga sofa. Tepat dibelakang Myscha. Myscha terdiam. Tak berani menatap keatas. Walaupun aroma favoritnya dulu. Kembali datang.

"Etdah Gar. Lo kemana aja? Katanya lo gak bakalan datang," sahut Brynn. Brynn mengerti tentang gerak-gerik musuh bebuyutannya itu. Ia tahu tentang semua hubungan mereka. Dan Brynn lebih mengerti pada Myscha. Karena terkadang, Myscha bercerita padanya. Walaupun hanya short story saja.

Exgar terkekeh. "Biasa-"

"Mau ketemu mantan?" sindir Ira. Exgar menoleh ke arah Ira. Tersenyum miring.

"Atau, lo gagal move on ya?" celetuk lebih pedasnya Gea lagi.

Tidak. Myscha terpaku. Ia ingin kembali ke mesin waktu. Seharusnya ia tidak datang. Mengikuti isyarat Khanza. Jantungnya berdesir. Takut. Akan yang diucapkan Exgar.

"Lo tahu aja," Myscha mendengar Exgar menghela nafas. Ia menggigit bibir. Semua kameradnya. Melirik dirinya dan Exgar.

"Iya, gue gagal move on." Exgar berjalan. Mengambil duduk tepat samping Gea. Tak jauh dari penglihatan Myscha. Membuat Myscha diam seribu bahasa.

"Benar. Penyesalan itu datangnya di akhir," lanjutnya. Exgar duduk bersedekap. Menyilangkan kaki. Pandangannya tak lepas dari Myscha.

Myscha berusaha sekuat mungkin agar tidak menangis. Mengingat masa lalu. Ia mencoba menolak kontak mata dengan Exgar. Hanya Khanza dan Brynn yang tahu saja tentang hubungan yang sebenarnya. Kamerad, hanya sebatas tahu tentang mereka sebagai mantan kekasih.

Seketika Gea menghamburkan tawanya. Melihat gelagat Baim yang baru saja datang. Teman sekelas mereka. Si otak miring julukannya.

Satu lagi. Gea mengerti. Kecanggungan diantara mereka. Ia mengalihkan semua perhatian kameradnya. Agar tidak menonton drama antara Exgar dan Myscha.

Hingga semua kembali larut dalam obrolan dan tawa. Terutama ada si pelawak Baim. Membuat ketegangan di mereka menipis.

Myscha mencoba ikut dalam obrolan. Entah mengapa setiap ia angkat bicara. Exgar selalu saja langsung menjawabnya. Tanpa mengalihkan pandangan darinya.

Sedari tadi Khanza mengerti. Ia melirik arloji. Cukup larutnya mereka disini. Ia mengisyaratkan pada Myscha. Agar pulang segera.

Myscha menghembuskan nafas perlahan. "Gue pamit duluan kawan. Sampai bertemu dikemudian hari. Takut disemprot nyokap di rumah." Myscha beranjak berdiri. Merapikan pakaiannya yang sedikit kusut. "Kok Dinda gak kelihatan sih?"

"Dinda? Seperti biasa. Lagi lembur dia. Ngambil jatah duit gede seketika," sahut Gea.

Myscha mengangguk-anggukkan kepala. "See you my enemy," Brynn melambai ke arah Myscha. Myscha hanya menjulurkan lidah.

"Mau oleh-oleh gak?" tanya Brynn. Myscha tersenyum. Sekesal-kesalnya ia pada Brynn. Tetap saja. Brynn piawai menghibur dirinya. Tipekal cowok peka.

"Paan?"

"Gue cium. Gratis kok," Brynn sudah berdiri.

Myscha merasakan. Dari awal datang hingga detik ini. Exgar terus memperhatikan dengan tatapan intens. Sulit diartikan. Myscha tak perduli. Ia sudah melupakan semuanya.

"Cium cewek disamping lo aja noh. Dari dulu punya perasaan ke lo. Tapi lo malah gak peka," dagu Myscha mengarah pada Gea. Hingga wajah Gea memerah.

Peka. Hanya terhadap musuhnya saja.

Myscha melewati Exgar begitu saja. Kameradnya mencie-ciekan Brynn dan Gea. Dari kejauhan. Menggunakan isyarat. Myscha berterima kasih pada Brynn dan Gea. Mengangguk. Ia alihkan pandangan pada Exgar. Masih menatapnya tanpa ekspresi. Sedetik kemudian. Exgar tersenyum. Lantas memalingkan wajah.

RITME; Married with SelebritiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang