Lala pov
Selepas tadi Adi tiba-tiba muncul di resto, Nana langsung menghampirinya namun sebelum dia berjalan dia sempat membisik kan sesuatu padaku, Nana meminta ku untuk menunggunya? hanya itu, tanpa ada penjelasan lain. Maksudnya apa coba? membuat ku bingung. Aku harus menunggunya dimana? Di resto kah atau menunggu di rumah atau aku harus menunggunya sepanjang hidupku, shiit kalimatnya membuatku sulit berpikir jernih.
Dan kini aku ditinggalkan nya, dia berlalu pergi begitu saja. Jika boleh ku memaki aku ingin memakinya karna jujur aku termangu untuk beberapa saat mencoba mencerna semua yang terjadi hari ini, namun untungnya aku cepat tersadar saat melihat dia semakin menjauh, membuatku langsung berdiri dan mengejarnya.
Dengan nafas yang agak tersengal aku berteriak pada Nana yang berada di luar resto, "Nana !" Seru ku "berhenti di sana atau aku ga akan pernah mau bertemu kamu lagi" aku berteriak biarlah ku permalukan diriku kali ini, serius aku ga peduli dengan tatapan segelintir orang yamg melihatku berteriak di parkiran mobil ini, toh aku ga mengenal mereka jangan kan mereka yang ga ku kenal bahkan aku pun tak peduli jika Adi yang mendengar nya dan Adi sudah mendengarnya, sebab saat ini jemari tangan Nana menyelip di antara sela-sela jarinya.
Aku menarik nafasku melihat itu, menenangkan jantungku yang entah mengapa detaknya terasa aga kencang, sepertinya aku emosi karna detak jantungku terasa sangat tidak beraturan, tapi semoga tidak, sebab, aku mencoba bersabar dan menghadapi ini dengan menggunakan hatiku.
Aku kembali menarik nafasku mengatur detak yang tak beraturan itu agar kembali tenang, lagi ku tarik nafasku dan bersiap ingin berteriak lagi, tapi niatku itu ku urungkan, karna di depan sana ku lihat Nana berhenti melangkah dan memutar badannya hendak berjalan menghampiri ku yang sedang berdiri seperti jagoan di tengah jalan dan melihat itu aku tersenyum.
Puas kah aku? Hmm, iya. Untuk kali ini ku ingin egois sebab aku ga mau ditinggalkan oleh Nana tanpa penjelasan.
Sesampainya Nana di depan ku, dia menarik tangan ku, membawa ku agar tak lagi berdiri di tengah jalan, kalian tau apa kalimat pertama yang di ucapnya?
"Aku nyaman dengan mu, dan itu alasan kenapa aku akan kembali, tunggu aku ya La" ucapnya sambil membelai pipiku.
"Hm" gumam ku. Perasaan menang dan puas yang tadi kurasakan karna sudah berhasil membuatnya beralih padaku seketika lenyap seketika, saat ku dengar Nana mengucap itu.
Aku tertegun,"maksudnya apa?" Tanya ku dalam hati.
Masih dengan tanda tanya yang besar yang ada di otak ku aku meraih tangan nya yang sedang bermain di ujung rambutku. Inilah kesempatannya akan ku tanyakan semua nya pada dia saat ini "maksudnya apa sayang? Kamu mau pergi? kamu mau kemana Na?" Pertanyaan beruntun ku berikan padanya.
Nana mengangguk "Sebentar, sebentar aja tunggu aku sebentar, setelah itu aku akan cerita ke kamu" ucapnya sambil menatap ku.
Raut wajah ku tak bisa lagi ku gambarkan seperti apa saat ini, aku bingung, sebenarnya ini ada apa? oh otak dan hatiku bekerjalah dengan baik, agar ku dapat mencerna semua kejadian hari ini.
"Hei" ucap nya sambil mengangkat wajah ku yang tertunduk, " lihat aku La, "Lala bisakan nunggu Nana?" tanyanya.
Aku terdiam, ku pandangi dirinya, ku tatap matanya, mencari ketenangan disana "Sampai kapan aku harus menunggu Na?"
Nana terdiam dan aku ga suka melihatnya terdiam seperti itu, matanya yang tadi tertuju padaku kini beralih menatap yang lain, ku ikuti arah pandangannya yah walaupun ku harus memutar leher ku untuk mengetahui apa yang dia lihat yang ternyata dia sedang menatap ke sebuah mobil berwarna merah yang tanpa dia jelaskan aku sudah tau di dalam mobil itu ada Adi dibalik kemudi.
Melihat itu emosiku meninggi, aku berdecak "jawab Na! aku ga suka kamu diam seperti ini."
Nana tersentak mendengar nada suara ku, sampai-sampai ku harus merasakan sakit di pergelangan tanganku di sebabkan oleh genggaman tangannya yang begitu erat.
Dia kenapa? Ucapku dalam hati
Tak kuduga dia merengkuhku, rengkuhan nya terasa erat dan sudah pasti hangat, aku rindu kehangatan seperti ini, tak terasa air mataku menetes rasa penasaran yang sedari tadi menggeroti ku seketika lenyap entah kemana.
Apalagi ku juga merasakan usapan lembut di punggung ku diperlakukan seperti itu membuat ku semakin menangis, aku ga mau ditinggalkan olehnya.
Di dalam pelukannya aku tersedu " maafin Lala ya Na" ucap ku merasa bersalah sudah memperlakukan dia begitu kasar.
"Hei, kesayangan aku ga boleh cengeng" ucapnya menenangkan ku.
Aku menggeleng, dan melonggarkan pelukan ku menatap wajahnya "Lala ga nangis. Lala sayang Nana" ucapku padanya sambil mengelap air mataku dan tertunduk malu-malu.
Nana tertawa, aku tersenyum, senang karna seperti nya situasi sudah akan berpihak pada kita. Namun ternyata tidak, dalam kebersamaan kita tiba-tiba saja ada bunyi notifikasi dari handphone Nana.
Aku mendengus sedikit kesal." Kenapa? Siapa? Kenapa harus mengganggu!! dan siapa yang menganggu!!" Kesal ku.
Ku mundurkan diri ku untuk melihatnya, shiit ekspresi itu lagi, wajah yang terlihat seperti tanpa darah, pucat dan tertunduk, aku mengerang aku tak suka melihatnya seperti ini, "kamu ga perlu jawab pertanyaanku, aku sudah tau apa jawabannya" ucapku padanya agar dia kembali seperti tadi. Tertawa.
Aku rindu kebersamaan kita, bolehkah jika saat ini aku ingin egois?
Sungguh jika ku bisa aku ingin egois, ku tak ingin dia pergi, tapi aku tak suka melihatnya seperti ini.
Apa yang harus aku lakukan? menahan nya dengan berpura-pura ngambek? Oh no, oh no, no, no, no, no, no, no itu bukan aku.
Aku menarik nafas ku berusaha memahami situasinya.
Ku genggam tangannya, dan menyuruhnya melihat ke arahku setelah dia melihat ke arahku ku ajukan sebuah pertanyaan padanya. "Jadi mau pergi hm?" tanyaku padanya, ku serahkan semua nya pada dia.
Aku berdiri menatapnya menunggu jawaban apa yang akan dia berikan, namun dia masih aja terdiam. Seketika, aku menyadari betapa bodohnya aku, kenapa ku ajukan pertanyaan seperti itu yang jawabannya lagi - lagi sudah pasti ku tau. Aku menarik nafasku menjawab kebisuannya.
Namun tak di sangka, Nana menarik tangan ku untuk ia lingkarkan di pinggangnya, dan menangkup kedua pipiku dengan kedua tangannya, dia menatapku "hujan ku belum reda, tugasku belum selesai, payung mu masih ku butuhkan, tunggulah aku pelangi ku" ucapnya. Aku tersenyum mendengar dia mengucap kalimat itu walau aku masih bingung dengan apa yang sedang terjadi, walau aku harus melihatnya pergi tapi aku akan coba ngerti apa yang Nana pinta.
Aku turunkan tangan Nana yang menangkup pipiku, dan ku genggam. Ku balas tatapan matanya "Pergilah sayang, pergilah kamu, aku akan menunggu sampai ku ketahui apa arti diriku untuk mu" ucapku melepas nya pergi.
Aku menarik nafas melihatnya menjauh, dia pergi dan aku sudah berusaha menahan nya. Biarlah jika memang dengan kepergiannya bisa membereskan semua masalah aku rela melepasnya untuk sesaat.
Tbc
Ayrrin
310721

KAMU SEDANG MEMBACA
You Complete Me
RomansaCinta lima huruf yang bisa membuat kita selalu merasa benar, Cinta itu indah, Cinta itu manis, Cinta itu bla bla bla. Mendapatkan cinta yang tulus bisa membuat kita terbang jauh menggapai awan. Pahitnya karena di dustai, di khianati bahkan terkada...