YCM 14

1.2K 116 69
                                    


Seperginya Nana dari ruangan Dewi, tak henti-hentinya Lala berjalan bolak-balik dari sudut ruangan satu ke sudut lainnya, entah kenapa ia begitu tak tenang.

Sampai akhirnya ia pun hanya bisa menghela nafasnya, pasrah dan menyandarkan dirinya di sofa yang ada diruangan itu.

Kali ini ia coba untuk memejamkan matanya dan ternyata usahanya berhasil tapi belum ada lima detik ia pejamkan matanya tiba-tiba ia menggeleng dengan sangat kuat saat di otaknya terlintas pikiran-pikiran yang menggoyahkan hatinya. karna tiba-tiba muncul bayangan Nana dan Adi sedang bercumbu di dalam ruangan yang kosong "jangan dibayangin La jangan." ucap hatinya
mencoba untuk menepisnya, namun sekeras apapun dirinya mencoba menepis bayang-bayang tentang kekasih hatinya itu. Tapi, tetap saja bayangan itu sangat kuat berputar-putar diotaknya.

Lala menarik nafasnya pelan, dan menangkup wajahnya dengan kedua tangan "kamu jahat sayang kamu jahat sama aku" ucapnya dalam hati.

Dengan menarik napasnya pelan, Lala berusaha untuk kuat.Tapi, entah mengapa semakin ia berusaha kuat menepisnya semakin kuat juga bayangan itu mengobrak-abrik perasaannya. Bayangan tentang Nana yang sedang bercumbu dengan Adi tadi, terus membayanginya dan itu mengobrak-abrik perasaannya.

"Argh berengsek! kenapa rasanya begitu sakit" teriaknya, sampai sampai Dewi yang sedang mengerjakan pekerjaannya menengok melihat kearahnya.

Tapi tak Lala hiraukan pandangan itu, karena saat ini ia sedang berusaha melawan kata hatinya.

"Shit!" umpat Lala sambil berteriak, karena kali ini ia sedang terbayang tentang Nana yang sedang menyatukan keringatnya dengan Adi.

Dan ternyata pertahanannya tak sekuat perkiraan-nya. Tanpa sadar Lala bangun dari duduknya dengan sangat begitu cepat hingga membuat dirinya merasa sedikit pusing, dan tubuhnya pun sedikit limbung terasa ingin jatuh.

*****

Dewi yang memang sudah memperhatikan Lala sedari tadi dengan sigapnya ia bangun dari duduknya dan menahan tubuh Lala agar tak terjatuh.

"Hei cantik kamu kenapa?" kata Dewi. Tangannya pun merangkul Lala dan membawa Lala untuk kembali duduk.

"Aku ambilin minum ya? kamu tunggu sebentar disini." Lala tak menjawab kata-kata Dewi, hanya senyuman yang bisa ia berikan.

Walau hanya senyum yang Lala berikan tapi Dewi mengerti, Dewi pun bangkit berdiri menuju dapur mini yang berada di dalam ruangan tersebut. Tak lama Dewi kembali dengan secangkir teh hangat ditangannya.

"Ini La kamu minum dulu ya? kamu pucat banget begitu" Dewi mengulurkan tangannya memberikan cangkir yang sudah berisi air teh.

"Makasih Dewi" kata Lala menerima cangkir tersebut kemudian ia pun menyesapnya.

Dewi yang melihat pipi Lala sudah kembali merah ia pun tersenyum

"Gimana? udah enak kan?" tanya Dewi sambil tangannya mengusap punggung Lala. "Gilaa ya ternyata efek sahabat aku besar banget di kamu sampai-sampai bisa bikin kamu pucat kayak gitu haha" kata Dewi sambil tangannya mengusap punggung Lala dengan lembut.

Lala kembali hanya memberikan senyumnya kepada Dewi.

Dewi pun ikut tersenyum, tapi sedikit terlintas pikiran jahil di otaknya, karena sedari tadi Lala masih saja terdiam, yang Lala berikan hanya senyuman tipis  untuknya.

"Duh kok aku jadi ngebayangin yang gak...gak..ya. Hahaha" sambil matanya sengaja melihat kearah Lala

Dengan tak sengaja Lala memukul pelan paha Dewi yang duduk disampingnya "apa sih Dewi" terlihat wajahnya sedikit merona merah entah karna malu mendengar ucapan Dewi atau karena yang lainnya entahlah.

You Complete MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang