YCM 18

1K 109 54
                                    

"Bukan cuma kamu Na yang rindu, tapi aku juga" tangannya menarik badan ku agar semakin menempel pada tubuhnya. Dan aku dengan senang hati menjatuhkan badan ku di atas tubuhnya. Memasrahkan tubuh ku untuk di dekap olehnya.

Di dalam dekapannya, ku cerukkan kepala ku di sela-sela lehernya, hmm ku gesek-gesekan hidungku mengendus aroma wangi yang keluar dari tubuhnya.

Aku merasa slalu bersemangat sesudah menciumnya, tapi entah mengapa aku merasa lemas jika belum mencium wangi tubuhnya,mungkin karna aroma tubuhnya sudah bukan lagi hanya sekedar menjadi asupan bagi ku, tapi sudah menjadi candu tersendiri untuk ku.

Dan aku slalu merasa mabuk setelah menciumnya, tetapi bukan mabuk yang dapat merusak badan, melainkan mabuk yang menghanyutkan yang membuatku merasa kehilangan raga sesaat, haha pokoknya aku suka dengan rasa mabuk yang kurasakan saat ini, rasanya sama sekali tidak menyakitkan tidak sampai membuat ku sakit kepala tetapi malah membuat ku terlena.

******

Aku berhenti mengendusi lehernya, karna kini hidung dan bibirku, ku gerakkan untuk mencium leher jenjangnya yang putih, terus ku ciumi hingga Lala pun menggeliat manja menggerakkan badan-nya.

Aku tersenyum merasakan geliatan tubuhnya, setelah lehernya habis ku jelajah, bibir ku beralih untuk mencium bahunya, hingga akhirnya aku memilih menjatuhkan kepala ku untuk bersandar pada bahunya dan mataku, ku gerak kan untuk menatap wajahnya.

Bosan? oh tentu tidak aku tak pernah bosan menatap wajahnya, dari sudut manapun aku memandang dirinya, pacar ku itu selalu saja terlihat sangat cantik apalagi jika ditambah dengan senyumnya yang manis, hmm...Gak ada kata yang bisa aku ucapkan selain terima kasih. Terima kasih pada Tuhan ku sudah menciptakan wanita yang sempurna seperti dirinya.

*****

"Muach, muach, muach, mmuach" ku ciumi pipi Lala yang terlihat sangat menggemaskan pagi ini "kamu rindu aku La? rindu mau diapain hmm?" aku membuka pembicaraan dengannya setelah dari tadi aku hanya 'bekerja' menjelajahi wajahnya.

Lala menatap ke arah ku, jari-jarinya bermain nakal di wajah ku "rindu mau dinakalin sama kamu." katanya sambil malu-malu dan dengan senyum yang terukir di bibirnya.

Oh, sungguh menggoda.

Aku menelan ludahku. Mulutku ingin berucap mengungkapkan apa yang sedang kurasakan, tapi ternyata tidak bisa karna saat ini aku sedang sibuk menetralkan degup jantungku yang tak karuan karna dirinya.

Mungkin detak jantung ku tak akan pernah bisa kembali normal, karna pesonanya saja tak pernah luntur sedikit pun.

Rambutnya yang hitam dan panjang melewati bahu tergerai indah di atas bantal, tubuhnya yang molek terlentang pasrah di bawah tubuhku, kulit putihnya yang halus kurasakan dengan lembutnya bersentuhan dengan kulitku, bibirnya yang merah seakan menantang memintaku untuk segera melumatnya dan hmm payudaranya yang tidak tertutup sehelai benang pun semakin melengkapi kesempurnaan-nya pagi ini.

Ya Tuhan..Sungguh makhluk mu yang satu ini selalu saja berhasil melemahkan detak jantung ku.

"Sayang" suara Lala menyadarkan ku dari lamunan sesaat tentang dirinya, membuat ku kembali menatap padanya dan dengan bodohnya aku hanya diam menatap, ku terhanyut dalam tatapan mempesona mata indahnya.

Lagi Lala memanggil ku, "sayang jadi kamu ngebangunin aku cuma buat dianggurin nih, ya udah yah sayang mending aku bobo lagi aja, ya?" tiba-tiba saja dia memejamkan kembali matanya dengan cepat, tapi hei bola matanya bergerak-gerak tanda ia hanya berpura-pura, aku pun tersenyum melihat gayanya.

"Iih...Jangan, masa mau bobo lagi sih kamu, trus aku gimana dong?" kata ku dengan suara yang ku buat, hmm aku sendiri merasa jijik mendengarnya hahaha.

Dengan cepat Lala membuka kedua matanya dan menjawab ucapanku dibelainya pipiku olehnya, "kalau aku gak boleh bobo lagi, diapain kek akunya masa cuma kamu biarin kayak gini." dicoleknya hidungku oleh dia.

'Diapain kek akunya'. Itu kode kan? Ku bertanya-tanya dalam hatiku.
Aku bergumam. Aku gak perlu lah dia kode, gak mungkin juga kan aku anggurin dirinya, akan menjadi mubazir jika sampai hal itu tidak aku lakukan padanya. hahaha.

"Sayang" lagi Lala memanggil ku.
Jari-jarinya kurasakan mulai bekerja masuk ke sela-sela rambut ku.

Oh my God suaranya lembut menggelitik gendang telinga ku, dan permainan jari-jarinya di rambutku, membuat bulu tangan dan kaki ku seketika meremang manja merasakannya.

Aku bergidik, "Apa sayang hmm?" kataku menanggapi panggilannya, lalu ku cium lehernya yang jenjang.
"Aah sayang" desahnya sambil menggeliat kan badannya.

Huwaa...kok aku gemas banget ya sama dia, pikiran iya-iya dengan dirinya sudah memenuhi ruang otakku, aku ingin melumat bibir itu sekarang juga, bibir yang baru saja mengeluarkan desahan manja. Dan semakin aku di buat gemas olehnya saat aku merasakan nafas hangatnya berhembus dengan lembut menyapa wajah ku.

Dengan membuat seringai nakal, ku dekatkan wajahku ke wajahnya, kulihat Lala tidak menutup matanya malah ia tersenyum menanggapi seringaian nakal ku, aku tersenyum meledek ke arahnya "nantangin hmm?" ku gerakan alis ku ke atas dan ke bawah.

Lala mengedipkan sebelah matanya padaku "kuy lah siapa takut" ujarnya menjawab tantangan ku sambil dibelainya punggung belakangku oleh dia.

"Hahaha" aku tertawa merespon ucapannya, ternyata pacarku bisa alay juga ucapku dalam hati mendengar ucapannya barusan.

Ku hentikan tawaku dan mendekatkan wajahku ketelinganya "pelan-pelan sayang, aku ingin mencium mu secara perlahan" kataku sambil membelai rambutnya yang slalu mengeluarkan aroma khas vanila kesukaan ku.

"Hmm" Lala bergumam merespon ucapanku. Entah kenapa dia hanya menggumam merespon kata-kata ku, tapi tidak apa-apa biarlah apa yang dirasakan oleh dia sekarang, hanya dia yang tau.

Aku pun meneruskan kembali ucapan ku. "pelan-pelan aku ingin melihat tarian rambutmu bergerak dengan indah di tubuhmu." ku katakan itu padanya sambil tangan ku bergerak menyusuri permukaan wajahnya dan terus bergerak membelai leher dan bahunya.

Respon Lala ternyata masih sama dengan yang tadi namun kali ini ia bergumam sambil memejam kan matanya, dan lagi aku tak tau apa yang sedang Lala rasakan sekarang yang aku lihat dia tersenyum dalam gumaman-nya.

Dan entah mengapa aku juga ikut tersenyum, kembali kuteruskan godaan ku padanya, "pelan-pelan sayang. Pelan-pelan, aku ingin melihatmu menyerah dan tergeletak lemas di bawah ku." setelah mengatakan itu padanya, ku berikan dia satu kecupan hangat di bawah telinganya.

Lala tersenyum, duh manisnya senyum pacar aku, saat melihat ia tersenyum karena ulah ku. Masih dengan senyum yang terurai indah di bibirnya, Lala menangkupkan kedua tangannya ke wajah ku dan ia menatapku mesra "Na, aku sayang banget sama kamu beneran. Kamu juga kan Na sayang sama aku?"

"Iya" tanpa keraguan sedikit pun aku menjawab pertanyaan-nya.

Kembali Lala memberikan senyum manisnya untuk ku sebagai respon dia atas ucapanku barusan. Namun, tiba-tiba Lala menarik kedua pipi ku kearah yang berlawanan "kalau begitu stop menggoda aku Nana!" katanya dengan gemas kedua tangannya bergerak menarik kedua pipi ku lebih keras.

Aku tertawa senang, satu kecupan ku daratkan di permukaan bibirnya, tidak menghisap bahkan juga tidak melumat hanya sebuah kecupan ringan, "seperti ini La yang kamu mau hmm?" kataku kembali menggodanya.

Lala menarik nafasnya "iya sayang, jangan sok polos deh kamu." tangannya mencubit hidung ku.

"Aww sakit tau La, jahil banget sih kamu" aku pura-pura meringis di depan Lala

"Biarin aku kan gemas sama kamu" katanya dengan cuek dan kali ini bibir ku yang kena cubit olehnya.

Aku kembali tertawa karena ternyata dia bisa gemas juga padaku.

Tapi tawa ku harus terhenti saat aku merasakan belaian lembut tangannya menyapa permukaan bibirku "cium aku sayang" satu permintaan darinya yang membuat degub jantungku semakin berdebar tak karuan.

You Complete MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang