Hari ini aku dan Mas Gibran sedang rebahan. Ingat saat ibu menyuruh kami ke rumahnya? Tapi Mas Gibran tidak mau langsung ke rumah ibu, suamiku itu malah mengurungku dalam kamar.
Ini sudah satu bulan sejak panggilan Ibu. Ternyata beliau memanggil kami karena Dea sepupunya suamiku yang dari bapak, telah dita'aruf seseorang dan tadi pagi mereka sudah melangsungkan pernikahan hingga aku dan Mas Gibran ikut sibuk untuk membantu mempersiapkan acaranya. Tidak ada acara mewah karena pengantinnya tidak mau ada pesta pernikahan yang dilakukan secara berlebihan.
Dan malam ini kami sedang mengistirahatkan tubuh dengan rebahan. Aku memeluk suamiku erat menghirup aroma tubuhnya yang terasa memabukkan, sedang Mas Gibran memejamkan matanya.
Tanganku naik mengelus rahang tegas tersebut, bulu-bulu halus sudah terlihat tumbuh karena Mas Gibran belum mau mencukurnya.
"Elus lagi," kata Mas Gibran saat aku berhenti.
Aku kembali mengelus rahangnya, "Mas Gibran kalau boleh jujur aku nggak suka cowok berewokan. Mas Gibran cukur ya," kataku pelan.
Mas Gibran nampak membuka matanya, "Iya sayang, nanti aku cukur."
Aku tersenyum kembali memeluknya erat. Mas Gibran juga membalas pelukanku, sebelah tangannya kemudian ia gunakan untuk mengelus rambutku. Sungguh, sejak kemarin Mas Gibran selalu memanjakanku, entah dia kasihan atau kenapa pasalnya kemarin aku sempat check dengan testpeck lagi tapi hasilnya masih garis satu itu membuatku menangis semalaman.
Aku ingat betul semalaman itu Mas Gibran mengeluarkan semua kata-kata penenang untukku. Aku bukan lebay tapi ... Aku malu, merasa minder, kemarin aku dapat kabar kalau Dila istrinya Rasya sudah dapat garis dua sejak pulang berlibur satu minggu yang lalu. Aku takut Mas Gibran berpaling dariku karena aku belum bisa hamil.
Tapi aku senang karena Mas Gibran semakin memanjakanku. Aku senang dimanja olehnya. Mas Gibran kalau memanjakanku nggak pernah neko-neko.
"Oh ya sayang, tadi ada orang nelfon," kata Mas Gibran.
"Siapa?" tanyaku.
Mas Gibran nampan diam berfikir, lalu menggeleng.
"Aku nggak ingat, soalnya aku cuma ngeliat sekilas."
"Kenapa nggak diangkat?"
"Pas aku mau angkat udah dimatiin duluan."
Aku mengerutkan kening, segera aku melepaskan pelukanku pada Mas Gibran dan pergi mencari keberadaan ponselku.
Begitu ketemu aku kembali duduk di kepala ranjang dengan kepala yang bersandar pada dada bidang suamiku. Ah, begini enaknya kalau sudah menikah, mau apa-apa sama suami halal, malah dapat pahala.
"Siapa?" tanya Mas Gibran sedikit melirik ada ponselku. Sepertinya suami tampanku itu penasaran.
"Katya."
"Sahabat kamu yang hamil itu?" aku menggeleng.
"Bukan. Itu namanya Kayla."
"Mereka saudaraan?" aku lagi-lagi menggeleng.
"Kok Mas Gibran nebaknya mereka saudaraan. Karena apa?"
Mas Gibran terlihat menggaruk kepalanya.
"Mirip namanya. Sama-sama K."
Aku tertawa pelan. Kutepuk pipi suamiku pelan lalu kucium dengan gemas.
"Padahal mukanya beda banget," balasku.
"Dia bilang apa?"
"Siapa?" tanyaku tidak mengerti.
"Itu temen kamu. Ngapain dia nelfon?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupuku Suamiku
RomanceFollow sebelum membaca ✔️ Mungkin jika seorang perempuan mencintai laki-laki itu terdengar seperti hal yang wajar. Namun bagaimana jika laki-laki yang kau cintai itu adalah sepupumu sendiri? orang terdekatmu. Itulah yang di rasakan oleh Naya. Memend...