Update disela sela nunggu jam pts lagi HAHAHAHA. Happy reading kawan kawan ❤
"Mau makan siang di mana?" tanya Mas Gibran di dalam mobil.
Aku tak menjawab. Entah kenapa rasa pening di kepalaku semakin menjadi-jadi. Jadilah sekarang aku memejamkan mataku.
"Na, kamu tidur?" terdengar suara Mas Gibran lagi.
Aku hanya menanggapi dengan deheman saja.
"Jadi mau makan di mana?" tanya Mas Gibran.
"Pulang aja deh, Mas. Aku mau istirahat," jawabku.
"Serius?" aku mengangguk.
"Nggak jadi makan siang bareng dong namanya."
"Lain kali aja," jawabku pelan.
Ponselku bergetar, membuatku refleks membuka mata. Sebuah pesan di group dari kedua sahabatku.
Katya: @Naya lo hutang penjelasan.
Kayla: @Katya 2in
Naya: lusa aja pas masuk kuliah!
Katya: Bohong dosa!
Kayla: @Katya 2in
Katya: Ni anak napasih. Dari tadi in-in mulu.
Aku menutup ponselku, membiarkan kedua sahabatku asyik dengan perdebatan kecil mereka. Saat ini kepalaku rasanya benar-benar pening.
Beruntung Mas Gibran pengertian, di sepanjang jalanan kami sama sekali tidak membuka suara. Mungkin karena aku yang memejamkan mata akhirnya Mas Gibran menduga bahwa aku tengah tertidur dan ia tak mau menggangguku.
Sesampainya di rumah aku membuka mata secara perlahan.
"Udah sampe, Na," kata Mas Gibran.
Aku pun keluar dari mobil Mas Gibran. Berjalan hendak masuk, sambil berusaha mencari keberadaan kunci rumah di tasku.
Setelah menemukan akupun membuka pintu aku berjalan masuk ke dalam. Baru beberapa langkah berjalan di dalam rumah, tiba-tiba tubuhku oleh, refleks Mas Gibran menahan tubuhku.
"Kamu kenapa?" tanya Mas Gibran.
"Kamu sakit ya?" tanya Mas Gibran lagi.
Aku menggeleng.
"Wajah kamu juga pucet. Kenapa nggak bilang kalau kamu sakit?"
"Aku nggak apa-apa," jawabku pelan.
"Nggak apa-apa gimana. Wajah kamu pucet gitu apalagi sampai mau pingsan. Aku bantuin ke kamar ya!" aku dan Mas Gibran berjalan ke dalam kamar.
Sampai di kamar aku langsung merebahkan tubuhku di atas ranjang.
Baru saja memejamkan mata, kakiku terasa melayang di udara. Refleks aku membuka mata, dan terkejut melihat Mas Gibran yang membuak sepatu dan kaosku. Tanpa ada perasaan jijik sedikitpun.
Ku ganti posisiku yang berbaring menjadi duduk.
"Kok Mas Gibran mau bukain sih?"
"Kenapa bangun? Kenapa nggak tidur aja." Mas Gibran balik bertanya.
"Aku nanya kok Mas Gibran balik nanya sih," cibirku.
"Perlu ya aku jawab? Kamu kan lagi sakit, jadi ya harus langsung istirahat nanti biar pekerjaan yang lainnya aku yang urus."
"Kenapa nggak suruh aku aja."
"Orang sakit kok disuruh-suruh." Mas Gibran berlalu sambil membawa sepasang sepatuku.
![](https://img.wattpad.com/cover/236450487-288-k530334.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupuku Suamiku
RomanceFollow sebelum membaca ✔️ Mungkin jika seorang perempuan mencintai laki-laki itu terdengar seperti hal yang wajar. Namun bagaimana jika laki-laki yang kau cintai itu adalah sepupumu sendiri? orang terdekatmu. Itulah yang di rasakan oleh Naya. Memend...