5. Alan

60.2K 7.9K 504
                                    

"Naya!" teriak Katya memanggilku.

"Apa?" tanyaku.

"Lo di panggil sama Pak Alam. Di tunggu di ruangannya."

Aku mengerutkan keningku. Ada apa lagi ini.

"Ada apa?"

Katya mengendikkan bahunya.

"Tanya aja sono. Buruan, di tunggu ama Pak Alam. Jangan lupa salamin ya." Katya nampak nyengir.

"Males," balasku.

"Dih sombong lo!" ucapnya.

"Kayla mana?"

"Udah di jemput sama husbandnya. Biasalah orang udah berumah tangga," ucap Katya.

"Yaudah deh. Aku pergi dulu ya, takut Pak Alam udah nunggu lama." Katya mengangguk.

Aku meninggalkan Katya, sesampainya di sana kebetulan sekali Pak Alam baru akan menutup pintu. Segera ku hampiri Pak Alam.

"Assalamualaikum," ucapku.

"Waalaikumsalam," jawab Pak Alam.

"Ada apa, Afra?" tanya Pak Alam.

Aku mengerutkan kening. Kenapa dia bertanya? Bukankah dia yang memanggilku.

"Kan Bapak yang manggil saya, harusnya saya yang nanya. Ada apa Pak?"

Pak Alam nampak tertawa. Duh, kalau ketawa kayak gini gantengnya masya Allah banget, kalau Pak Alam belum punya istri pengen deh aku tikung di sepertiga malam. Udah ganteng, baik, ramah, kaya paket komplit banget. Tapi lebih gantengan Mas Gibran sih. Eh, kok malah ke Mas Gibran sih.

"Oooh ini, saya mau minta tolong sama kamu-" ucapan Pak Alam terhenti karena seseorang memanggilnya.

"Mas Alam!"

Tidak hanya Pak Alam yang menoleh, akupun ikut menoleh.

Seorang laki-laki berbadan atletis dan menjulang tinggi kini berjalan ke arah kami.

"Mas Alam kok masih di sini. Sana pergi, Mbak Aulia udah ngomel-ngomel di mobil," ucapnya.

Aku mengenali suara itu, mataku kini meneliti wajahnya yang nampak tak asing. Ya, sekarang aku ingat dia Mas Alan kakak kelasku dulu tapi beda sekolah.

Hanya info saja, aku dulu sekolah MA di sekolah khusus perempuan dan Mas Alan ini sekolah di MA sekolah khusus laki-laki yang mana sekolahku dan sekolahnya itu berhadapan langsung dan masih satu yayasan. Terus dari mana aku kenal dia? Dulu aku pernah ikut lomba dan menang juara tiga dan juaranya satunya itu dia, dari lomba itu kami saling tukar nomer buat saling nambah ilmu.

Dia adalah adiknya Pak Alam, aku mengetahui fakta ini sudah sangat lama tentunya karena Mas Alan sering berkunjung ke kampus ini untuk menemui Pak Alam.

Dari wajah mereka juga terlihat mirip, tapi kalau aku boleh berkomentar wajah Mas Alan memang nampak lebih tampan, mungkin karena ia juga lebih muda dari Pak Alam.

"Mohon maaf Afra, di tunda dulu ya. Saya ada urusan penting, saya tinggal dulu. Assalamualaikum," ucap Pak Alam dan berlalu.

Aku menatap punggung Pak Alam yang sampai menghilang, kemudian tatapanku beralih pada laki-laki di depanku. Aku terkejut saat tatapan kami bertemu, ternyata dia juga tengah menatapku dengan intens.

"Masya Allah," gumamnya yang masih bisa ku dengar.

"Masya Allah apanya?" tanyaku.

"Kita ketemu," ucapnya.

Aku mengerutkan dahiku.

"Lama nggak ketemu. Apa kabar?"

"Perasaan beberapa bulan yang lalu ketemu deh," ucapku.

Sepupuku Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang