22. Kejadian malam hari

58.2K 6.2K 207
                                    

Dan disinilah aku tengah duduk di introgasi oleh kedua sahabatku.

Mereka nampak antara percaya dan terkejut atas apa yang aku jelaskan tadi.

"Lo nikah nggak ngundang-ngundang kita." Katya menatapku tajam.

"Ya gimana ya, sebenarnya aku mau ngundang tapi acaranya aja mendadak, rasanya aku aja belum sempat ambil nafas."

Aku melihat Katya menangkup kedua pipinya dan menatap kosong ke depan.

"Gue masih nggak nyangka lo nikah sama sepupu lo sendiri. Kayla udah nikah bahkan udah hamidun, lo udah nikah, berarti tinggal gue dong yang sendiri," ucapnya sedih.

"Makanya cari jodoh," celetuk Kayla.

"Gue mah kalau ada yang mau ngajak serius sekarang juga, gue langsung tolak sih." Katya nyengir.

"Huuu, dasar jomblowati."

"Tapi Nay, gue penasaran kalian kan menikah tanpa ada perasaan cinta-"

"Ralat, cuma sebelah pihak doang yang punya perasaan."

"Mas Gibran ngungkapin kalau dia suka sama kamu?!" tanya Kayla.

"Mas Gibran belum punya perasaan sama aku."

"Maksudnya lo yang punya perasaan sama dia?!" tanya Katya disertai pelototan tajamnya.

Aku mengangguk sebagai jawaban. Katya dan Kayla sama-sama menggeleng tak percaya.

"Sejak kapan?"

Aku mengandikkan bahu, "bertahun-tahun yang lalu."

Katya dan Kayla kembali menggeleng tak percaya.

"Pak Gibran tau?"

"Aku ngasih tau dia pas malam dia ngelamar Dila."

"Gila lo." Katya berdecak.

"Pasti susah sih jalanin kehidupan rumah tangga tanpa adanya perasaan yang sama antar kedua belah pihak," celetuk Kayla.

"Kalau gue jadi lo sih, gue nggak akan nerima lamaran Mas Gibran, mendingan sama Alan yang udah jelas-jelas cinta banget sama lo. Lebih baik hidup sama orang yang dicintai dari pada yang mencintai, tapi memang kalau bisa kedua-duanya kenapa harus memilih hanya dicintai?"

"Itu namanya jodoh, Kat. Kita mungkin bisa berencana untuk ini dan itu, tapi kalau Allah udah berkata lain kita sebagai mahluk bisa apa? Lagi pula aku yakin, semuanya udah di atur sama Allah, pun termasuk pernikahanku sama Mas Gibran semuanya udah di atur. Aku percaya sebaik-baik rencana adalah rencananya."

"Nah, betul tu kata Naya," sahut Kayla.

"Iya, iya, gue kan cuma bilang kalau seandainya gue jadi lo. Itu hanya perandaian semata sahabat."

"Iya-iya sahabat," balas Kayla.

"Bay the way pertanyaan ini udah coba gue tahan dari tadi tapi nggak bisa, jadi dari pada gue mati penasaran gue mau nanya aja sama lo. Lo udah nggak perawan atau masih?" aku membulatkan mataku, begitu pula dengan Kayla yang sedang meminum auto tersedak mendengar pertanyaan Katya.

"Jorok!" seru Katya mengibas bajunya yang terkena cipratan Kayla.

"Salah kamu si buat aku terkejut dengernya," kata Kayla kesal.

"Balik ke pertanyaan gue yang tadi. Masih atau nggak?" tanya Katya menatapku.

"Ngapa nanya gitu?" tanyaku balik mengintimidasi Katya.

"Kan cuma nanya, gue pengen tau jawabannya karena gue penasaran aja." aku menatap Katya dan Kayla bergantian.

"Kepo kalian. Kalau pun aku udah atau belum kalian nggak boleh tau, karena itu aib hanya pasutri aja yang boleh tau." mereka terlihat mencebik.

Sepupuku Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang