Kelas Lea dimulai siang hari, itu artinya Lea tidak perlu buru-buru ke kampus. Masih ada banyak waktu baginya untuk bersantai di tempat tidur, bergelung dengan nyaman di bawah selimut tebalnya. Salah satu aktivitas yang akhir-akhir ini sulit untuk Lea lakukan sebab dirinya lebih banyak kebagian kelas pagi dibandingkan siang. 3 dari 5 hari yang ada, Lea dijadwalkan ada kelas pagi makanya Lea kadang kerepotan sendiri untuk bisa mengatur waktunya. Tapi kata senior Lea, kebanyakan mahasiswa baru memang lebih banyak kebagian kelas pagi karena sistem-nya masih paketan. Baru nanti kalau sudah semester 3 ke-atas bisa memilih jadwalnya sendiri. Mau tidak mau Lea harus menerimanya, meski sesusah itu ternyata menyesuaikan diri dengan gaya hidup baru. Lea sering melupakan sarapan dan memilih menggabungkannya dengan makan siang. Penyebab-nya tidak lain tidak bukan adalah kebiasaan Lea yang masih belum bisa bangun bagi, selalu saja bangunnya mepet jam sehingga tidak ada waktu untuk mencari sarapan terlebih dahulu. Dan Lea juga terlalu malas bergerak ke dapur, sekedar untuk membuat susu atau sereal sebagai pengganjal perut.
Tidak heran jika Lea kena omel Mama terus setiap kali beliau menelfon. Mama masih sering menelfon Lea, hampir setiap hari malah begitupun juga dengan Lira. Yang paling jarang menelfon itu Papa, mungkin dalam seminggu Papa hanya menelfon Lea satu kali atau malah tidak sama sekali. Berbeda dengan Mama dan Lira yang menaruh kekhawatiran besar pada Lea. Papa itu kebalikannya, Papa sepenuhnya percaya bahwa Lea bisa mengurus dan menjaga dirinya sendiri. Lea sudah tumbuh dewasa, sudah tahu mana yang baik dan buruk serta bertanggung jawab akan keputusannya. Itu alasan kenapa Papa tidak se-khawatir itu dengan Lea.
Kalau boleh memilih, Lea lebih memilih Papa saja yang menelfon daripada Mama atau Lira. Papa tidak pernah mengomelinya, kebanyakan Papa malah tertawa mendengar cerita-cerita Lea. Tentang keseharian Lea, kejadian-kejadian konyol yang Lea alami maupun perkuliahannya. Papa akan dengan setia mendengarkan tanpa menyela, sesekali memberikan nasihat pada Lea. Terkadang Papa gantian menceritakan kesehariannya pada Lea. Tidak seperti Mama yang sering mengomelinya sampai membuat Lea bosan karna omelan Mama tidak akan jauh beda dari yang sebelumnya. Ya, menyebalkan sih tapi Lea tahu, itu bentuk ungkapan kasih sayang Mama padanya. Lagipula setiap orang tua itu memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengungkapkan kasih sayangnya pada sang anak. Meski kadang bisa disalah artikan tapi Lea paham, orang tua akan selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.
Satu jam sebelum kelas dimulai, Lea sengaja berangkat terlebih dahulu meninggalkan Mara yang masih bermalas-malasan di tempat tidur. Lea mau mampir sebentar ke toko alat tulis yang letaknya tidak jauh dari kampus (menurut google maps di ponsel Lea). Ada beberapa barang yang harus dibeli, mumpung Lea ingat dan ada waktu senggang. Lea menggunakan jasa ojek online untuk sampai ke toko yang ditujunya. Maklumlah, Lea belum terlalu hafal jalanan di Yogyakarta. Jadi daripada nyasar, Lea lebih memilih diantar bapak ojol saja. Lebih aman dan sudah pasti bapaknya lebih paham jalanan disini dibanding Lea. Baru nanti Mara menjemputnya untuk berangkat ke kampus.
Toko yang dikunjungi Lea cukup luas. Menurut google, toko ini salah satu toko terlengkap yang menjual alat tulis. Bangunannya modern, rak-rak etalase berjajar dengan rapi. Ada petunjuk yang menggantung di atas sebagai penunjuk barang apa saja yang dijual, memudahkan pembeli untuk mencari keberadaan barang yang diinginkannya tanpa perlu mengelilingi satu-persatu rak-rak etalase. Dindingnya dihiasi beberapa lukisan dan kata-kata mutiara atau sebut saja quote yang dipasang sedemikian rupa hingga mencipta pemandangan yang enak dipandang. Meja kasir terletak dibagian depan dekat dengan pintu kasir. Selama berada di dalam toko, terdengar suara musik yang mengalun melalui pengeras suara untuk membangkitkan suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return ✔
FanfictionKenapa Lea harus dihadapkan dengan masa lalu ketika ia bahkan ingin memulai lembaran baru? Nyatanya, takdir memang suka sebercanda itu.