Epilog

324 30 22
                                    

Beberapa tahun telah berlalu, mendatangkan banyak sekali perubahan dalam kehidupan seorang Jenar Abrar Jumantara. Je yang dulu sangat berbeda dengan yang sekarang. Banyaknya hal yang sudah Je lewati dalam hidup, membuat Je belajar bahwa hidup tidak selamanya sesuai dengan ekspektasi. Adakalanya hal-hal diluar kendali terjadi dalam kehidupan seorang manusia. Terkadang takdir bisa sebercanda itu.

Masa-masa sulit Je telah terlewati dengan baik. Je berhasil mengalahkan keterpurukannya dan mulai menerima apa yang terjadi di hidupnya. Tidak mudah memang pada awalnya sebab menyembuhkan itu butuh proses serta waktu yang lebih lama. Namun perlahan Je terus mencoba dengan dukungan orang-orang terdekatnya, sampai pada akhirnya Je bisa berdamai dengan hal-hal diluar kendali yang bertubi-tubi hadir dalam hidup Je.

Je tidak lagi menyalahkan atau membenci, Je sudah lebih lapang. Menganggap apa yang pernah terjadi adalah proses yang harus Je hadapi untuk menuju kedewasaan. Je belajar banyak hal tentang kejujuran, kesabaran, keikhlasan, dan memaafkan. Apa yang dialaminya telah membawa Je pada titik ini. Pada seorang Jenar dengan versi terbarunya. Je sudah menemukan pegangan pada dirinya sendiri. Je yang lebih tegar, kuat, dan dewasa.

Luka yang diterima Je memang belum sepenuhnya hilang, masih ada yang membekas. Tapi setidaknya Je sudah tidak lagi mempermasalahkannya. Je menjalani hari-harinya dengan baik, menyelesaikan masa kuliahnya tepat waktu, lebih terbuka dengan teman-teman terdekatnya. Dan yang paling penting, Je menerima kehadiran wanita yang dicintai Papa dalam hidupnya.

Satu tahun setelah semua fakta terkuak, Papa secara resmi memperkenalkan Mami Clarissa (Ibu Nana) pada keluarga Jumantara. Status pernikahan keduanya tidak lagi disembunyikan tetapi sudah resmi tercatat di hukum negara. Semua itu terjadi atas usulan dari Je sebab Je tidak bisa membiarkan Mami terus-menerus bersembunyi, Mami berhak untuk diakui. Toh, Mamanya pun sudah memberi restu. Jadi, Je hanya meneruskan keinginan dari almarhumah Mama meski butuh waktu yang lama. Secara resmi pula nama Jumantara bisa tersemat di belakang nama Nana, tidak lagi hanya singkatan.

Beruntung, keluarga Jumantara juga Mama Uni menerima kehadiran Mami Clarissa dan Nana dengan baik. Tidak ada yang mempertanyakan, semuanya menerima dengan baik karna bagaimanapun keluarga Jumantara dan Mamanya telah ikhlas. Kemudian, Mami diboyong ke kediamannya di Jakarta bukan lagi tinggal di Surabaya. Ke rumah dimana dulu pernah menjadi rumah bahagia Je dan Mamanya. Je tidak keberatan waktu Papa menanyakan apakah boleh rumah itu kembali ditinggali dan Je menjawab tidak masalah.

Rumah itu pernah menjadi saksi kebahagiaannya selama puluhan tahun sebelum ditinggalkan karna satu kesalahpahaman. Maka Je bahagia jika rumah itu kembali menjadi saksi bahagia keluarganya walaupun Je hanya sesekali pulang ke rumah itu. Je lebih memilih tinggal di apartemannya sendiri. Seusai kuliahnya selesai Je kembali ke Jakarta untuk membantu Papa mengurus perusahaannya disana sebab saat itu Papa cukup repot mengurus buah cintanya bersama Mami Clarissa. Sedangkan Nana sedang berjuang menyelesaikan kuliahnya di Yogyakarta, di kampus yang sama tempatnya dulu kuliah.

Kalau kalian bertanya apa Je pernah ingin mencari tahu tentang asal-usul dirinya? Atau lebih tepatnya, apakah Je pernah mencari tahu keberadaan Papa kandungnya? Jawabannya adalah tidak. Terpikirkan pun tidak. Je tidak mau repot-repot mencari tahu sebab baginya semua itu sudah berlalu. Je tidak mau lagi kembali ke masa lalu. Di surat terakhir Mama pun tidak tersebut sesuatu hal yang bersinggungan dengan Papa kandungnya. Dari situ Je menyimpulkan bahwa Mama tidak mau Je mencari tahu. Sudah cukup Je mengetahui fakta itu saja, tidak mau mengorek lebih jauh. Toh, sampai sedewasa inipun entah siapa itu Papa kandungnya, tidak pernah sekalipun mencari tahu keberadaannya. Jadi, Je menutup masalah itu sampai disana. Je sudah lebih dari cukup bahagia dengan keluarga barunya sekarang.

Je mengalihkan perhatiannya pada langit cerah di luar jendela kafe yang dikunjunginya. Senyumnya tertarik setelah secara tidak sengaja mem-flashback kehidupannya beberapa tahun lalu. Rasanya sudah tidak semenyakitkan itu, Je bisa mengingatnya dengan senyuman dan hati yang lega. Je berhasil berdamai dengan semua hal yang diluar kendalinya.

Return ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang