Menjelang pergantian hari, sebuah taksi berhenti di depan rumah mewah dengan pagar tinggi. Menurunkan Lea dengan penampilannya yang jauh dari kata baik. Rambutnya tergerai tak rapi, kedua matanya sembab, dan baju yang sudah kusut di beberapa bagian, ransel yang dibawanya tercangklong di bahu kiri. Lea menarik nafas panjang dengan kedua tangan terkepal, berusaha membuat dirinya tenang. Dirasanya cukup, Lea melangkahkan kaki memasuki gerbang. Masih ada bendera merah yang terpasang disana juga puluhan karangan bunga yang berjajar rapi sepanjang Lea berjalan. Lea mengigit bibir bawah, matanya kembali memanas membaca nama yang terpasang disetiap karangan bunga. Ada rasa menyesakkan di dadanya hingga Lea harus beberapa kali berhenti berjalan untuk menguatkan dirinya sendiri.
Ingatannya menarik pada satu harinya yang dihabiskan bersama pemilik nama di karangan bunga itu. Singkat tetapi begitu membekas di ingatannya. Lea masih ingat senyuman itu terukir ketika menyapanya, pelukan hangat, usapan lembut di kepalanya, juga suara penuh kasihnya pada hari itu. Lea bahkan merasa semua baik-baik saja saat itu, tidak pernah terpikirkan Tuhan akan secepat ini memisahkan. Setelah sekian tahun bertemu kembali dan sekarang harus berpisah lagi.
Perpisahan untuk selamanya.
Air mata Lea kembali mengalir yang buru-buru dihapus olehnya kala Lea sampai di rumah yang berduka. Jelas, Lea sudah terlambat untuk bertemu meski yang dilihatnya hanya sebuah raga tak bernyawa. Tak banyak orang yang masih menetap, hanya ada beberapa orang hilir-mudik bersih-bersih sebab Lea tahu pemakaman sudah selesai sejak siang tadi. Sepasang lansia menyambut kedatangannya, memeluknya singkat dan menggumamkan kata "terima kasih" atas kedatangan dan ucapan bela sungkawa dari Lea. Kalau Lea tidak salah ingat sepasang lansia yang menyambutnya ini adalah kakek dan nenek dari Je. Lea sempat melihat foto-fotonya terpajang rapi di kediaman Je yang dulu.
Dan dari apa yang Lea ketahui, rumah mewah dua lantai dengan pelataran luas ini adalah kediaman nenek-kakek Je atau malah rumah pribadi Mama Uni. Lea belum memastikan, yang Lea tahu nenek dan kakek dari Je memang tinggal di Yogyakarta. Seperti yang sempat Lea dengar bahwa keluarga Je termasuk salah satu keluarga kaya yang terpandang dengan bisnis properti tersebar diberbagai kota di Indonesia maka tidak mengheran kalau rumah ini begitu mewah dengan nuansa vintage yang begitu kental. Meski hanya dua lantai tapi rumah ini sangat luas, dengan desain interior yang menakjubkan. Mewah tanpa meninggalkan kesan hommie yang menenangkan dan teduh. Rumah ini lebih bagus dari rumah yang kerap Lea datangi dulu sebelum kejadian itu.
Memasuki rumah lebih dalam, Lea menemukan Rasya menghampirinya dengan balutan pakaian serba hitam. Berbeda dari raut wajah yang biasa Lea temukan, wajah Rasya tampak sendu dengan sorot mata khawatir. Lea berterima kasih karna Rasya mengabulkan permintaannya untuk menunggu disini sampai Lea datang. Rasya yang mengabari berita duka itu pagi tadi, juga mengirimkan alamat rumah yang sekarang Lea kunjungi. Selain Rasya, ada anak kontrakan yang lain Dhikta, Ben, dan juga Jo yang duduk berjajar di sofa. Lea juga menemukan putri salju duduk bergabung disana berdampingan dengan seorang wanita cantik yang wajahnya sangat mirip putri salju.
"Dia dimana?" tanya Lea pada Rasya.
"Saung belakang," Rasya meraih ransel dibahu Lea, "Dia keliatan baik-baik aja, bisa ngurusin acara pemakaman sampai selesai pun dia gak nangis tapi setelah itu dia gak mau ngomong sama siapapun dan milih menyendiri. Gue----"
"Gue bakal temuin dia," Lea memotong kalimat Rasya, menepuk pundak laki-laki itu dengan senyum tipis.
Kemudian, melangkahkan kaki ke saung belakang. Tempat dimana dia sekarang berada. Lea sempat melirik sebentar pada Jo yang memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Lea tahu, setelah ini ada banyak hal yang harus Lea jelaskan pada Jo dan juga anak kontrakan yang lain. Setidaknya itu bisa dilakukan nanti, Lea harus menemui dia terlebih dahulu. Seseorang yang hari ini sedang berduka, sebuah kehilangan untuk selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return ✔
FanfictionKenapa Lea harus dihadapkan dengan masa lalu ketika ia bahkan ingin memulai lembaran baru? Nyatanya, takdir memang suka sebercanda itu.