04 | Shit Happen

234 46 31
                                    


For the first time, bisa update di jam wajar. 

I know, it's too late but it's better than nothing. 

Hehe

.

.

.

Happy Reading^^^ 

.

Apakah sebuah kebetulan itu ada?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah sebuah kebetulan itu ada?

Apa sesuatu bisa terjadi hanya karna kebetulan?

Itu adalah pertanyaan yang akhir-akhir ini sering ditanyakan Lea pada dirinya sendiri. Semenjak pertemuan tak terduganya bersama Je. Iya, Jenar si wakil ketua klub fotografi sekaligus seseorang yang dikenal Jo (dan kemungkinan mereka berteman dekat soalnya mereka terlihat akrab). Perasaan Lea semakin tak menentu.

Apa ya? Kalau diumpamakan, dalam mimpi terburuk Lea sekalipun tidak pernah membayangkan akan kembali dipertemukan oleh Je. Seseorang dari masa lalu yang selama ini ingin Lea hapus dari ingatannya. Lea selalu meyakinkan dirinya bahwa dunia ini luas, terbentang dari kutub utara sampai kutub selatan. Itu artinya presentase pertemuannya dengan Je sangatlah kecil. Namun, Lea ternyata salah. Dunia tidak seluas yang Lea kira sebelumnya. Benar juga kata pepatah yang bilang kalau dunia itu selebar daun kelor saja. Dulu, Lea tentu tidak percaya dengan pepatah itu tapi sekarang mau tidak mau Lea membenarkannya.

For the God's sake, dari semua tempat yang ada, kenapa harus Yogyakarta?

Kenapa Lea harus bertemu kembali dengan Je di Yogyakarta, huh?

Kenapa? Kenapa Lea harus bertemu kembali dengan masa lalunya?

Padahal sudah jelas, alasan utama kenapa Lea mau jauh-jauh ke Yogyakarta jauh dari orang tua, belajar mandiri dengan tinggal di kos tanpa ada sanak saudara terdekat disini itu untuk membuka lembaran baru. Merasakan suasana baru, lingkungan baru, teman-teman baru dan tentu saja menghilangkan segala ingatan masa lalunya.

Lalu, kenapa Je menghancurkan segala rencananya?

Rasanya percuma Lea jauh-jauh kemari kalau ujung-ujungnya dipertemukan kembali dengan Je. Usahanya satu tahun belakangan ini seperti tidak ada artinya, sebab hanya dengan Je menyebutkan namanya tempo hari membuat segala yang Lea bangun hancur seketika. Pertahanannya runtuh, ingatan masa lalunya langsung menyeruak kembali. Lea tidak bisa mengendalikan itu semua bahkan sampai sekarang. Lea merasa dipermainkan.

Ini sebenarnya hanya kebetulan semata atau kehendak semesta?

"Argghhh..."

"Lo kenapa sih dari tadi teriak mulu? Koyo cah edan wae," Mara menegur Lea yang sudah berteriak untuk ke-empat kalinya selama setengah jam terakhir ini. Lea berbaring di tempat tidur dengan satu bantal menutupi wajah. Mara tidak tahu kenapa tapi akhir-akhir ini kelakuan Lea tidak jelas. Pagi ini saja, wajah Lea kusut, ada lingkar hitam yang menghiasi bawah matanya. Rambut yang biasa rapi dicepol asal, meninggalkan beberapa helai yang mencuat.

Return ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang