14 | Unexpectedly

243 39 17
                                    

Seiring waktu yang semakin bertambah cepat, Lea sudah mulai terbiasa dengan kehidupannya sebagai anak rantau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seiring waktu yang semakin bertambah cepat, Lea sudah mulai terbiasa dengan kehidupannya sebagai anak rantau. Akhir-akhir ini Lea bahkan sedang bersemangat bergelut dengan alat-alat masak di dapur. Satu hal yang tidak akan pernah Lea lakukan di rumah. Lea itu tipe orang yang tidak mau ribet alias anak yang simpel-simpel saja. Dan urusan masak-memasak di dapur adalah salah satu hal yang sangat Lea hindari.

Kalau ada makanan cepat saji, kenapa harus ribet masak di dapur?, begitu pikir Lea.

Tahu sendiri banyak hal yang perlu dipersiapkan sebelum seseorang mulai memasak. Misalnya membeli bahan-bahan yang akan dimasak, lalu berganti menyiapkan alat masak yang diperlukan, belum lagi harus meracik bumbu-bumbu dari makanan yang akan dimasak. Banyak sekali langkah yang harus dilakukan makanya Lea malas sekali kalau disuruh memasak. Berkutatnya di dapur saja bisa memakan waktu berjam-jam, begitu sudah jadi tidak perlu menunggu waktu lama untuk menghabiskannya. Sebab itulah Lea tidak pernah mau bersentuhan dengan urusan di dapur meski Mama sering mengomelinya. Di kos pun kalau tidak kepepet atau mager keluar, Lea tidak akan mau memasak.

Tapi entah kesambet angin apa, di minggu pagi ini Lea sangat bersemangat berkutat di dapur. Bahkan Lea rela bangun lebih pagi dari biasanya hanya untuk menunggu pedagang sayur lewat di depan kos. Rencananya, Lea mau bereksperimen lagi di dapur seperti yang sudah dilakukannya akhir-akhir ini. Sudah ada 4 ikat kangkung segar, cabe rawit, dan tempe yang dibelinya dari pedagang sayur. Lea ingin memasak oseng kangkung dan tempe goreng. Menu yang sangat sederhana tapi butuh waktu lebih dari 1 jam untuk Lea memasaknya. Namanya juga masih amatiran, Lea belum hafal per-bumbuan dan alat-alat memasak di dapur.

Meski begitu, Lea menikmati sesi memasaknya. Kalau dulu Lea berpikir kalau memasak itu termasuk hal yang ribet dan memakan waktu. Sekarang Lea berpikir sebaliknya, ternyata memasak tidaklah se-ribet itu. Lea malah baru sadar jika memasak bisa dijadikan salah satu alternatif untuk healing. Melepaskan beban dan me-refresh pikiran dari hal-hal berat terutama tugas kuliahnya yang semakin menumpuk. Ditambah ada satu kepuasaan tersendiri ketika Lea bisa menyajikan satu menu makanan (meski sederhana ya). Rasanya memang tidak seenak masakan Mama tapi ya not bad-lah, masih bisa dibilang masakan yang aman untuk dimakan manusia. Terkadang Lea juga meminta beberapa anak kos mencicipi masakannya, hitung-hitung testimoni masakannya sendirilah. Dan Lea bisa merasa seolah-olah terbang ke langit ke tujuh kalau mereka bilang masakan Lea enak atau masakan yang dimasaknya habis ditelan anak-anak kos. Apa yaa Lea merasa waktunya bergulat di dapur terbayar dengan melihat bagaimana reaksi orang lain terhadap masakannya. Ada rasa kepuasaan sendiri bagi Lea.

"Lea, ada yang nyariin tuh di depan," salah satu anak kos menegur Lea yang baru saja menyuapkan sesuap masakannya ke mulut.

"Siapa?"

"Cowok, cakep tapi gak tahu siapa," Dahi Lea mengerut, bertanya-tanya siapa yang datang ke kosnya. Padahal ya, Lea baru saja menghidangkan hasil masakannya ke anak-anak kos. Makannya juga baru sesuap ehh udah ada yang menginterupsi.

Return ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang