Jo masih berkutat dengan laptop ketika Rasya memasuki kamarnya. Sebuah hal biasa jika Rasya main nyelonong masuk ke kamar anak yang lain. Pernah disebut bukan, kalau yang paling beradab disini hanya Dhikta seorang. Sisanya tidak perlu ditanyakan lagi terutama Rasya. Masuk ke kamar orang lain yang termasuk area privasi tidak Rasya indahkan sama sekali. Asalkan itu bukan kamar yang jelas-jelas milik perempuan, Rasya tetap akan masuk tanpa mempedulikan adab mengetuk pintu.
Rasya membaringkan tubuhnya di tempat tidur milik Jo tanpa berkata apapun begitu juga dengan Jo yang tampak tidak terusik kehadiran Rasya di kamarnya. Padahal jelas Jo sedang berkutat menyelesaikan deadline-nya. Hubungannya dengan Lea yang sempat merenggang membuat Jo menelantarkan beberapa tugasnya sebab otaknya sama sekali tidak fokus untuk berkonsentrasi. Untung saja hubungan keduanya sudah membaik jadi Jo bisa fokus dengan kuliahnya lagi.
Memang ya, kalau sudah berurusan dengan perasaan dan cinta itu akal manusia suka tumpul dadakan.
"Jo, bagi rokok dong," Jo menghentikan gerakan jari-jarinya di keyboard laptop untuk meraih satu bungkus rokok yang tergeletak di sudut mejanya.
Jo berbalik, melemparkannya pada Rasya yang sudah berubah posisi menjadi duduk, "Ambil aja semua."
"Gak lo pakek emang?"
"Kagak, udah males."
Rasya mengernyit, "Udah baikan sama Bunga?"
Jo tidak menjawab, hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali. Lalu kembali menekuri laptop dihadapannya dan beberapa file print out. Hal itu menimbulkan sebuah dengusan kecil yang datang dari Rasya, pantas saja Jo terlihat sumringah dan secara cuma-cuma memberikan sebungkus rokok yang baru berkurang satu padanya. Ternyata Jo sudah berbaikan dengan Lea. Itu artinya masalah yang selama ini suka menganggu fokus Jo sudah selesai. Dan Jo tidak butuh batangan nikotin lagi untuk membantunya berpikir serta tempat pelampiasannya.
"Jadi, wes jadian iki? Officially pacaran, pak?"
"Enggak."
"Lhah? Lo udah baikan sama Bunga, itu artinya dia tahu lo demenkan sama dia?" Rasya batal menyulut rokok ditangannya. "Atau lo ditolak sama Bunga?"
"Bener, gue confess sama Lea kalau gue suka sama dia. Tapi gue gak jadian, ditolakpun gue rasa juga enggak."
"Maksud lo?"
"Gue cuma confess aja ke dia tanpa mau membebani dia dengan perasaan gue makanya gue gak minta jawaban. I just want her to know it. And that's enough. Dibandingkan gue minta jawaban dari dia, gue lebih pengen kalau hubungan gue sama dia gak berubah."
"Lo terima-terima aja cuma temenan doang sama Bunga?"
Jo menganggung mantap, "Asalkan Lea masih mau berhubungan baik sama gue, gak masalah tetep jadi temen. Lagipula gue gak mau maksa dia, Lea keliatan gak sesiap itu jadi lebih dari temen sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Return ✔
أدب الهواةKenapa Lea harus dihadapkan dengan masa lalu ketika ia bahkan ingin memulai lembaran baru? Nyatanya, takdir memang suka sebercanda itu.