16 | One Step

154 36 9
                                    

"Lo kenapa dah?" Ben bertanya keheranan ketika melihat Rasya yang baru datang dengan wajah memerah dan nafas ngos-ngosan. Rasya duduk, menempati ruang kosong di samping Dhikta.

"Bentar, gue minum dulu. Aus banget," jawab Rasya menyeruput es jeruk yang entah milik siapa. Rasya tidak terlalu peduli sebab tenggorakannya sudah kering dan es jeruk adalah minuman yang bisa meredakan dahaga. Rasa nyess memenuhi tenggorokannya begitu Rasya menandaskan satu gelas es jeruk. Cukup untuk mengembalikan energinya yang terkuras sebelum akhirnya melipir ke kantin fakultas.

"Udah?"

Rasya mengalihkan tatapan pada Je, "Maap, aus banget gue, Je. Hehe"

Je mengeleng-gelengkan kepala, sudah paham dengan kelakuan Rasya. Jadi Je tidak mempermasalahkan, lanjut saja menyantap gado-gado dihadapannya. Sementara Ben dan Dhikta menuntut penjelasan dari Rasya.

"Gue tadi abis ngejar si Bunga," tutur Rasya.

"Lhah? Ngapain? Bikin ulah lagi lo?"

"Gak gitu, Ben. Gue tuh heran aja, akhir-akhir ini si Bunga kalo liat gue kabur mulu. Padahal biasanya gak pernah kek gitu tuh anak, makanya tadi gue kejar. Niatnya mau gue tanyain kenapa ehh anaknya malah lari kenceng banget berasa------"

"Soyo rene mungkin Bunga sadar nek raimu jijik'i dadi dek'e mlayu," celetuk Dhikta memotong pembicaraan Rasya dengan ekspresi julid. (Makin kesini Bunga sadar kalo wajahmu jijik'i makanya dia lari)

"Ngajak gelud kowe, cuk?" (Ngajak berantem lo?)

"Kok sama? Dek Bunga akhir-akhir ini juga kabur kalo liat gue," perkataan Ben membuat Rasya batal menarik kerah Dhikta. Laki-laki itu menumpukkan atensi-nya pada Ben.

"Serius?"

"Dua rius malah. Gue kemarin ketemu dia di fotokopian depan kampus, pas dia sadar ada gue dia langsung cabut gitu aja padahal dia belum jadi fotokopi. Gue chat dia juga gak dibales sama sekali."

"Gue kira cuma gue aja yang ngalamin."

"Kok aneh yo? Gue juga baru sadar, tadi gue gak sengaja ketemu Bunga di perpus pusat. Gue panggilin gak nyaut, malah lungo bocah'e."

Penuturan Dhikta membuat Rasya semakin yakin dengan dugaannya bahwa Lea sengaja menghindar bukan hanya padanya tapi yang lain juga. Ini bukan sesuatu yang Lea biasa lakukan. Gadis itu tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya. Lea tidak pernah menghindar ketika berpapasan dengan anak kontrakan, gadis itu selalu menyapa sekalipun pada Rasya yang menurut Lea orang paling menyebalkan di kontrakan.

Jadi, kenapa Lea tiba-tiba seperti ini?

Apa mungkin ada sesuatu yang terjadi pada gadis itu? Rasya ingat, terakhir kali Lea datang ke kontrakan itu sekitar seminggu lalu. Yang mana Rasya tidak bertemu langsung dengannya sebab saat itu dia sedang ada latihan futsal dengan Ben. Rasya tahu Lea datang karna stok cimory di kulkas berkurang dan tidak ada yang pernah mengambil itu kecuali Lea.

Rasya menarik mundur ingatannya di hari itu. Apa mungkin ada yang terlewatkan olehnya?

Belum lama terpekur, Rasya menjatuhkan tatapannya pada Je yang duduk dihadapannya. Selain Lea, Je juga aneh. Sebab akhir-akhir ini Je jarang tidur di kontrakan. Laki-laki itu menghabiskan waktu diluar, baru sekarang ini anak kontrakan ngumpul dengan formasi lengkap. Itupun dengan usaha yang cukup keras dan ancaman pedas dari seorang Bentala. Kalau tidak, mana mungkin mereka semua bisa duduk bersama di kantin fakultas teknik seperti sekarang tanpa ada bantahan. Akhir-akhir ini Je banyak sekali alasan kalau mau diajakin ngumpul bareng anak kontrakan. Maka dari itu Rasya langsung menaruh rasa curiga pada Je. Bisa sajakan ini gara-gara ulah Je.

Return ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang