Simulasi hari pertama adalah matematika, kelas Mega mendapat giliran jam 9 di lab computer 2. Sekolah Mega memang hanya memiliki tiga lab computer untuk simulasi UNBK. Saat kelas 12 melaksanakan simulasi, anak kelas 10 dan 11 tengah melaksanakan kelas meeting, menyebabkan siswa tingkat akhir pun di wajibkan sekolah seperti biasa.
“Ribut banget sih Mega!” Rasti berkata dengan jengah, Mega semenjak tiba di sekolah langsung ribut membuka buku dan mengerjakan soal. Dia hanya terlalu gugup sehingga melupakan semua rumus yang telah dihafalnya selama ini.
“Aku lupa semua yang udah aku hafal, gimana dong?”
“Ya gak gimana-gimana. Lagian ini masih simulasi pertama, betul di bawah 10 juga masih dimaklumi.” Mega langsung mendelik dengan kesal. Selama masuk SMA, Mega selalu berusaha untuk mencapai nilai maksimal. Jika bagi orang lain ini masih merupakan mainan, maka bagi Mega ini evaluasi yang harus diperbaiki pada simulasi ke-2 nanti.
“Udahlah, mending keluar. lihat anak adek kelas yang udah ramai.” Mega hanya menggelengkan kepala, membiarkan dirinya sendirian di dalam kelas dengan rasa cemas yang semakin membuncah.
Kloter pertama akan selesai kurang dari 15 menit lagi. Mega dan teman sekelasnya sudah berada di depan lab computer. Mega sedikit mengintip dari jendela. Astagfirullah Fisika. Kertas di tangannya sudah lecek karena terlalu sering dia balik dan remas saat melupakan rumus-rumus yang menurutnya penting.
Suara pintu yang terbuka membuatnya menahan nafas sejenak. “Gimana Ki?” Yanmar menepuk bahu Rifqi yang tengah mengambil sepatu di rak. “Mayanlah,” ujarnya sembari duduk di samping Mega, yang memang kosong.
“Biasa aja, gak usah tegang gitu.” Bisiknya setelah selesai mengenakan sepatu. “Diem. Aku lagu ngehafal rumus.” Mega berkata tanpa menatapnya, matanya masih menatap keras di tangannya.
“Kamu menghafal pun percuma kalau tegang. Gak akan ada yang kamu inget. Yang harus kamu lakukan sekarang tenang.”
Mega menaruh kertasnya di antara dia dan Rifqi. “Terus gimana, deg-degan banget,” ujar Mega dengan gemas. “Gak bisa diem.” Mega sedikit risih saat teman-temannya memperhatikan pembicaraan mereka.
“Kerjain sesuai yang kamu inget aja.” Rifqi menepuk bahu gadis itu dua kali. “Semangat Mega.”
***
Saat pertama kali membaca soal setelah selesai login, yang bisa Mega lakukan hanya beristigfar sembari berusaha mengingat rumus yang telah dia hafal. Déjà vu adalah hal yang paling dia benci sekarang, Mega yakin pernah mengisi soal dengan rumus tersebut namun tak bisa mengingatnya. Belum lagi kondisi ujian yang tidak kondusif.
“Astagfirullahaladzin, kenapa berisik banget sih, padahal lagi simulasi. Lain kali gak usah ada class meeting,” gumamnya dengan kesal.
Saat temannya mulai keluar satu persatu Mega masih menatap komputernya dengan mata berkaca. “Lama banget Mega.” Ikbal salah satu temannya menghampiri meja. “Bentar, mau klik selesai tapi ragu.”
“Ya udah, awas gua aja yang klik, udah semua, kan?” Mega mengangguk dan membiarkan gadis itu tegang. Mata Mega terbelalak tak percaya dengan jumlah jawaban benar yang tertera di monitor.
“Masih ada simulasi dua Mega, gak papa.” Mereka berjalan ke luar kelas. “Tapi cuma bener 4 Bal, 4 biji.”
“Lo masih bisa berlatih lagi. Simulasi besok lo harus lebih enjoy.”
Mega hanya mengangguk saja, fikirannya masih tertuju pada simulasi hari pertama yang terasa begitu memalukan. Itu adalah hasil terburuk yang dia dapat selama bersekolah. Matanya menatap anak-anak kelasnya yang terlihat menertawakan satu sama lain.
“Eh, jam satu nanti, kita bisa buka SNMPTN kan? udah ada pegumuman siapa aja yang bisa ikut daftar.” Mega hanya mendengarkan percakapan teman-temannya tanpa ingin terlibat di dalamnya.
***
Tangan Mega memegang ponsel dengan bergetar. Sebelah tangannya membuka buku untuk melihat password yang sudah dia lupakan. Bismilah, hijau. Please hijau, jangan merah. Rasanya sangat lega saat melihat bahwa dia bisa berpartisipasi dalam pendaftaran SNMPTN. Gadis itu men-screenshoot dan mengirimkannya pada Rury.
Abang Ganteng Rury
[Online]
|abang, mega bisa ikut sn dong
|kasih selamat coba
|udah abang duga
|gak kaget
|sn kan 40% bagi sekolah akreditasi a
|gak asik|selamat ya adeknya abang
|simulasi pertamanya gimana?
|gagal
|jangan ketawa, mtk mega cuma betul 4 doang|nilai 1, serius?
|HAHAHHAH
|gpp sekali-sekali gagal
|nyebelin
|abang bukan?|jangan sedih dong, masih simulasi juga
|abang tahu kamu pasti bisa
|makasih abang ganteng|sip
|jangan nyerah ya dek***
[7/365]Sayang banget rifqi yang pernah gua temuin meski semua ganteng tapi nyebelin -_-
Biru
![](https://img.wattpad.com/cover/164566174-288-k555720.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lir Ilir (Dimensi 1 dan 2, Selesai)
Roman pour Adolescents[Re-publish] Lir Ilir (Dimensi 1), dimulai dari Prolog - Part 15. Kebencian Mega terhadap Seni Budaya membawanya kembali kemasa lalu. Seorang pemuda misterius yang gagah berani menyelamatkannya dari kejaran hewan buas. Lalu mampukah Mega kembali ke...