Sekarang aku mengerti apa yang Rifqi katakan. Setiap orang memang memiliki porsinya masih-masing untuk setiap kegagalan dan keberhasilan, dan tentu saja tidak bisa dipukul rata. Aku paham jika sekarang gagal, belum tentu pada kesempatan selanjutnya akan gagal, atau jika gagal maka ciptakan kesempatan, jangan menunggunya datang! Dulu aku terlalu terpaku pada keberhasilan bang Rury, hingga lupa jika sezeki setiap orang itu berbeda.
Sekarang aku tahu rasanya berhasil setelah hampir satu tahun yang lalu menangis di depan Rifqi. Keberhasilan selalu datang disaat yang tepat. Setelah gagal lolos SNMPTN, aku tidak menyerah tapi berjuang lebih keras lagi, mengerjakan soal lebih banyak dan berdoa lebih sering dari biasanya. Hingga kemudian aku mengikuti UTBK dan dinyatakan lolos SBMPTN di Universitas Jenderal Soedirman jurusan Akuntansi.
Tepukan dibahu membuatku menoleh pelan. Aku tersenyum simpul melihatnya berdiri dalam balutan almamater universitasnya. “Hallo Iki, apa kabar?” Alisnya terangkat sebelah membuatku gatal untuk menggusak wajahnya.
“Kamu bertanya seolah kita tidak pernah berkirim pesan sebelumnya.” Suaranya masih sama, tenang namun mampu memecah rindu yang menggunung.
“Ayolah Iki, jangan jahat begitu.” Protesku dengan wajah memelas.
Kami baru bertemu secara langsung kali ini di EXPO 2020. Acara pengenalan kampus dari alumni SMA N 1, namun dia bersikap seperti. Seharusnya kita bisa berbagi cerita secara langsung.
“Aku baik. Cukup baa-basi yang sudah terlalu basi.”
“Ya udah, gimana kuliah Iki?”
“Itu juga basi.”
“Aku bingung harus nanya apa sama Iki.”
“Ya udah gak usah nanya.”
“Tap …”
Rifqi merangkul bahuku dengan tawa renyahnya, menuruni tangga dengan dinding-dinding yang kembali hangat.
***
[23 Januari 2020]Yang harus kita ingat bahwa Tuhan akan memberi kita yang terbaik diwaktu yang tepat. Gak papa sekarang gagal, kecewa, lalu bangkit dan yakinlah keberhasilan sedang menunggumu di depan sana.
Terima kasih sudah membaca sampai akhir.
Maaf tidak sesuai ekspektasi.
Maaf untuk alur yang aneh dan penulisan yang masih berantakan.
Terima kasih sudah membuat hariku menjadi lebih ringan.
Terima kasih sudah membaca keluh kesahku.
Jangan lupa bahagia dan bersyukur atas semua yang terjadi.
Sampai jumpa ditulisan lainnya.
Aku sayang kalian, sayang sekali. Pengen peluk kalau bisa.
Salam sayang,
Biru
KAMU SEDANG MEMBACA
Lir Ilir (Dimensi 1 dan 2, Selesai)
Novela Juvenil[Re-publish] Lir Ilir (Dimensi 1), dimulai dari Prolog - Part 15. Kebencian Mega terhadap Seni Budaya membawanya kembali kemasa lalu. Seorang pemuda misterius yang gagah berani menyelamatkannya dari kejaran hewan buas. Lalu mampukah Mega kembali ke...