Li. 7 - Lir Ilir

390 58 15
                                    

Lagunya seperti yang di mulmed. Aku hanya mengambil lagunya dari yt tanpa mengambil cast:" aku tidak memiliki hak cipta atas video tersebut.

#sad gak bisa pake audio

***



Kegiatan sore ini benar-benar melelahkan. Sudah beberapa kali Mega bolak-balik membantu santri putri di dapur. Keringat memenuhi keningnya. Ah biasanya dia hanya akan membantu membereskan pondok untuk shalat maghrib dan kegiatan setelahnya. Tapi sekarang, dia terjebak di antara santri putri yang dengan telaten memotong sayuran, mengiris bumbu, dan menyalakan anglo.

Ah melihat anglo mengingatkannya pada kegiatan membatik di sekolahnya. Bisakah dia kembali dan meminta maaf pada gurunya? Rasa menyesal merasuk ke dalam hatinya. Tapi menyesalpun percuma. Nasi telah menjadi bubur. Masa telah membawanya kembali ke belakang, menjelajah kepingan sejarah yang pernah tertulis.

Mega menghentakan kakinya dengan kesal tanpa sadar, membuat pasang mata menatap padanya, tapi dia belum menyadarinya. Tangannya masih memetik kangkung. Bibirnya maju beberapa senti, awan mendung fiksi menggunung di atas kepalanya, membuat santri lain enggan menegurnya.

Setelah tugas memotong kangkungnya selesai, Mega hanya diam mengamati. Semakin buruk suasana hatinya saat menyadari semua orang berbincang, berbagi canda dan tawa. Lagi, itu mengabur, menciptakan lubang dalam hatinya. Dia benci perasaan kesepian saat dirinya diabaikan.

Mega memutuskan untuk keluar. Berjalan, melihat semua orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Untuk kesekian kalinya dia menyadari jika perasaan asing ini datang untuk mengingatkan jika dia bukan bagian dari mereka. Dia sendirian di dunia ini. Mega memilih duduk di depan pendopo menatap kearah gazebo yang digunakan oleh penyelamatnya, atau biskah sekarang dia memanggilnya Sunan Kalijaga-untuk berbagi cerita bersama anak-anak.

Bibirnya ikut tersenyum melihat tawa lepas mereka, meski tidak mengetahui apa yang mereka bicarakan. Ada setitik rasa hangat yang tak disadari berdiam dalam hatinya. Dengan penuh keyakinan Mega bangkit, berjalan kearah mereka.

Mega duduk di barisas paling belakang ketika mereka mulai menyanyikan lagu yang tak pernah bisa Mega ingat meski sudah menghafalnya dari sekolah dasar. Matanya menatap sosok penyelamatnya dengan berbinar.

Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir

Tak ijo royo royo

Tak sengguh panganten anyar

Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi

Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro

Dodotiro dodotiro kumintir bedah ing pinggir

Dondomana jrumatane kanggo seba mengko sore

Mumpung padang rembulane

Mumpung jembar kalangane

Sun suroko surok hiyo

Tanpa sadar tangan Mega bertepuk tangan dengan keras saat mereka selesai menyanyi. Semua pasang mata menatap kearahnya dengan aneh. Mega menurunkan tangannya dengan canggung. Dia menggaruk keningnya dengan cengiran bodoh.


***

[05 Maret 2020]

Santai dulu, part depan kita akan belajar sejarah:"

Biru

Lir Ilir (Dimensi 1 dan 2, Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang