LI 2 - Pangeran Berkuda Hitam?

643 89 11
                                    

Mega menguatkan cengkramannya pada tumbuhan yang merambatan pada tebing dengan batu-batu besar. Tubuhnya menggantung dengan tangan sebagai tumpuan. Matanya sudah berkaca-kaca.

Saat auman keras terdengar dengan langkah mendekat kearahnya. Mega merasa lebih baik memilih mati menghantam batu karang atau batu besar dibawah sana, daripada harus mati perlahan-lahan dalam pelukan harimau.

Matanya terpejam. Mulai menghitung dari satu sampai tiga saat langkah itu semakin dekat.

Satu

Mega menghembuskan napas samar, berusaha meyakinkan dirinya jika pilihannya hanya itu. Dia tak bisa ragu.

Dua

Ayah, Bunda, Abang, Adik, maafin aku. Dadanya bergetar dengan hebat, terasa sesak oleh perasaan putus asa.

Tiga

Mega melepaskan tangannya dari tumbuhan rambat yang juga sudah putus karena tak sanggup menahan berat badannya.

Sebelum tubuhnya terjun bebas, sebuah tangan terulur, menangkap kedua tangannya. Seorang pria dengan pakaian serba hitam, dengan wajah yang juga ditutupi cadar berwarna hitam. Seorang musyafir?

Mega membuka matanya. Binarnya terang, begitu indah berpadu dengan langit jingga. Saat kedua netranya bertatapan dengan netra hitam kelam pria itu, semua jiwanya terasa tersedot masuk, menariknya kearah yang tak diketahui. Mengurungnya dalam perasaan menyenangkan yang belum pernah Mega rasakan sebelumnya.

Saat tangannya mulai ditarik naik oleh pria misterius yang menjulang di depannya. Barulah Mega mengerjap-ngerjapkan matanya. Rasanya dia baru saja tersesat dalam sebuah pemandangan yang indah. Lebih menakjubkan dari senja yang selalu disukainya.

Matanya beralih memandang kebawah tubuhnya. Batu karang tajam, dan debur ombak yang sangat kencang, seperti di pantai Selatan membuat bulu kuduknya berdiri. Kenapa tadi dia begitu bodoh sampai berniat membiarkan tubuhnya menghantam karang-karang tajam itu dengan sukarela?

Bukan hanya akan mati mengenaskan, tapi Sang Ilahi pun pasti tak menyukai dan menjadikannya pendosa. Betapa bodohnya dia yang tak mengingat Sang Kholiq untuk meminta pertolongan dan lindungannya.

Tubuhnya teremor saat sudah berdiri diujung tebing yang tadi sempat dipijakinya. Mega memiringkan kepalanya ke kiri, mengamati pria di depannya dengan penasaran. Setahunya orang berpakaian hitam seperti itu adalah penjahat. Itu sih dari film yang di tontonnya. Tapi, kalau pangeran berkuda hitam sih favorite nya. Apalagi yang dalam serial animasi selermoonth.

"Nyisanak baik-baik saja?" Suara itu terdengar dalam dan agak serak di telinganya membuat tubuh Mega yang sudah lumayan bisa di kondisikan untuk sejenak kembali bergetar.

Oh My God, Mega mau jerit-jerit mendengar suara seksi itu. "Aku baik-baik saja. Terimakasih." Mega membalas dengan suara yang seperti cicitan. Membuatnya mengutuk dirinya sendiri. Mengapa harus suara seperti itu yang dia keluarkan. Kenapa bukan suara secetar Syahrini atau sebagus Ariana Grande?

"Sedang apa nyisanak ini ditengah belantara pada sore seperti ini?" Pria di depannya kembali bertanya dengan suara yang mampu membuat Mega meleleh jika mendengarnya lebih lama lagi.

Dengan ekspresi bingungnya Mega menggaruk kepala belakangnya yang memang terasa gatal. Kenapa dari tadi pria itu memanggilnya nyisanak? Siapa sebenarnya nyisanak! Membuatnya kesal saja. Awas saja kalau ketemu, Mega buat perkedel tahu rasa.

"By the way namaku Mega Jingga bukan nyisanak." Ujar Mega membuat pria di depannya mengernyit bingung. Tapi Mega yang memang dari lahir tercipta untuk menjadi manusia cuek, ya damai saja. Lalu dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat Mega kembali menyambung perkataannya. "Aku tersesat, tiba-tiba saja aku sudah ada disini."

Pria didepannya menghela napas samar, sebelum menawarkan pertolongan untuknya. Mega terngaga saat melihat kuda hitam didepannya. Apakah dia pangeran itu? Pangeran impiannya yang akan membawanya menyeberangi hutan dan menyisiri garis pantai dengan kuda hitam saktinya?

Astaga, betapa kacaunya otak Mega sekarang.

***

Sukanagara, 19 Oktober 2018

Ya ampun nulis cerita ini membuat aku jadi semangat. Meskipun, ini akan agak sensitif karena akan ada tentang agamanya.

Biru

Lir Ilir (Dimensi 1 dan 2, Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang