LI 3 - Padepokan

624 89 9
                                    

Mega berdecak kagum, matanya memandang dengan lapar sebuah padepokan milik guru penyelamatnya. Bangunan sederhana dengan pilar-pilar tinggi itu membuatnya merasa nyaman. Apalagi dihalamannya dikelilingi pohon-pohon tinggi dengan rumput yang tampak sangat terawat.

Tapi tiba-tiba saja kekaguman itu lenyap tergantikan oleh rasa bingung yang tak terbendung. Sebenarnya dimana dia berada sekarang? Kenapa semua tempat sunyi dan sangat sederhana---seperti belum terjamah globalisasi. Apa sekarang Mega tersesat dipedalaman? Atau daerah terisolir?

"Ikuti aku!" Mega tersadar saat Penyelamatnya berkata setelah mengikat tali kekang kudanya di salah satu pohon. Dengan ragu Mega berjalan di belakangnya. Jika tadi dia bisa merasa senang karena sudah diselamatkan dari maut. Tapi sekarang berbeda, bagaimana kalau yang menyelamatkannya adalah perampok.

Tulisan arab pada dinding padepokan itu membuat Mega tertegun. Mega mengucek kedua matanya. Bismilahihormanirohim. Baca Mega dalam hatinya. Lalu beralih pada pilar-pilar yang juga ada ukiran huruf arabnya.

Sebenarnya dimana dia sekarang? Apa ini pesantren. Tapi penyelamatnya bilang akan membawa Mega ke Pedepokan gurunya karena dia tak tahu ini dimana, dan yang paling parah Mega bilang dia lupa darimana dia berasal. Tentu saja itu kebohongan. Mega terpaksa mengatakannya agar Penyelamatnya mau kembali menolongnya. Dan tak akan menganggapnya sebagai orang gila karena satu langkah kakinya, membuat dia tersesat dibelantara.

Samar-samar suara orang yang tengah---em mungkin melakukan motivasi atau berdakwah? Mulai terdengar jelas seiring dengan langkah kakinya yang mulai semakin masuk kedalam bangunan itu.

"Allah Subhanahu Watta'ala telah memerintahkan kita agar melaksanakan shalat lima waktu melalui Nabi Muhamad Solawllahualaihi wasaalam. Maka celakalah orang-orang yang shalat. (Yaitu) orang-orang yang lalai dari shakatnya (Q. S Al-Maun ayat 4 & 5). Anak-anak ku,  sesungguhnya azab Allah itu sangatlah pedih."

Langkah Mega terasa terpaku. Dia berdiri tepat dibelakang para orang-orang yang tengah duduk menghadap satu orang dengan baju putih panjang, sorban, dan janggut putihnya yang agak panjang. Wajahnya yang tak muda lagi itu terlihat sangat menenangkan dan tampak bercahaya.

Pria paruh baya itu bangkit, berjalan, saat penyelamatnya semakin dekat dengannya. Matanya semakin melebar saat menyaksikan adegan di depannya. Penyelamatnya mencium tangan pria parubaya itu, dan mengucap salam yang mampu membuat hatinya bergetar. "Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu."

Yang bisa Mega lakukan hanya mematung seperti orang bodoh, saat semua mata memandang kearahnya. Mega meneguk ludahnya samar saat pria parubaya itu berjalan kearahnya dan berhenti satu meter di depannya. Dengan suara yang sangat pelan Mega menjawab salam yang diucapkan pria itu.

"Siapa nyisanak ini? Sepertinya sangat asing sekali, seperti bukan orang Bonang maupun Tuban." Kedua tangan Mega saling meremas dengan kepala tertunduk dalam. Apa yang harus dikatakannya? Apa dia harus melakukan kebohongan lagi? Tapi dosanya sudah terlalu banyak.

"Saya tadi bertemu dia dihutan, nyaris jatuh dari tebing. Dia juga
mengatakan lupa darimana dia berasal, walau saya yakin dia berbohong." Mega mengangkat wajahnya, memandang sendu kearah Penyelamatnya yang masih berdiri ditempatnya tadi. "Tapi, dia hanya kebingungan. Tolong biarkan dia tinggal di Padepokan ini, guru." Lanjut Penyelamatnya dengan yakin dan nada memohon. Haruskah Mega meminta maaf pada penyelamatnya setelah ini?

"Kenapa kamu begitu ingin menolongnya Kalijaga?" Kening Mega mengernyit. Telinganya  tak salah mendengarkan. Kalijaga? Jadi penyelamatnya bernama Kalijaga? Terdengar tak asing ditelinganya.

"Saya yakin dia gadis yang baik." Darah Mega terasa berdesir saat mendengarnya. Kepalanya menunduk dengan senyum simpul, dan pipi memerah yang tak lepas dari pengamatan Guru seorang Kalijaga.

Ya Robb, siapa sebenarnya gadis ini? Mengapa Kalijaga begitu mempercayainya?

***

Sukanagara, 22 Oktober 2018

Ya ampun semoga masih ada yang mau baca kelanjutannya.

Biru

Lir Ilir (Dimensi 1 dan 2, Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang