“Tuh, benerkan gua, Meg? Rena itu emang hamil,” ujar Rasti saat ketiganya Rasti, Mega, dan Lida tengah mengganti baju olahraga dengan baju pramuka di salah satu bilik toilet yang lumayaan luas, muat untuk lima orang.
Mega hanya menghela nafas. “Gak tahu.”
“Lo lihat kan Meg, perutnya udah rata sama payudaranya!” Lida menanggapi dengan semangat. “Bego banget main tapi gak pake pengaman.”
Rasti memukul Lida dengan baju pramuka yang akan dipakainya. “Jorok banget lo anjing.”
“Gua kan cuma jujur.”
“Kaya yang udah berpengalaman aja.” Lida terdiam mendengar komentar Mega yang terasa sarkas ditelinganya.
“Eh, btw, kira-kira berapa bulan ya kandungan si Rena?” Lida dan Rasti masih berbicara dengan berbisik.
“Empat bulan kali, udah gede soalnya. Guru-guru kayanya udah tahu cuma di diemin.” Timbal Lida acuh.
“Sayang banget udah kelas 12, mana anak-anak lain juga udah mulai sadar.”
Mega menngancing bajunya dengan cepat, agak malas mendengar orang gibah. Kegaitannya sih gak seberapa, tapi bikin pahala hilang tanpa sadar. Mega sih gak mau nanti pas amalnya ditimbang berat dosa gara-gara gibah.
“Kalian udah belum? Kalau belum aku duluan.”
“Eh, Bentar lagi enak gibah nih.”
Baru Mega akan menimpali, tapi suara pintu yang diketuk mendahlui. “Ayo, kasian yang lain pada ngantri.”
***
Mega meguk minuman isotoniknya, sedang matanya menatap Rena yang tengah bercanda bersama teman segengnya, lebih tepatnya kearah perutnya.
“Kaya orang hamil,” bisiknya pelan.
“Emang lagi hamil.” Mega beristigfar, menatap Annisa dengan sedikit kesal.
“Lo ngapain begong sambil liatin Rena? Orang rabun juga tahu tuh anak hamil.” Lagi Mega terkejut dengan ucapan frontal Annisa.
Syifa teman sebangku Annisa menimpali. “Gimana gak hamil, orang pacarnya aja anak badung kek gitu.”
“Tapi kayanya, anaknya gak nyadar deh.”
Mendengar ucapan terakhir Syifa, Mega langusng terdiam. Rena tidak menyadari dirinya hamil? Sedangkan orang yang sekali melihat pun langsung menyadari? Apa ia harus memberi tahunya supaya tidak menambah dosanya mendengar gibahan anak-anak?
***
[02 Desember 2020]
Sampai jumpa hari jumat.
Eh, btw aku masih kaget pas tahu papua membentuk pemerintahan sementara. Bukan anak hukum sih aku, cuma kek sayang aja gitu, takutnya kek Timur Leste.
Ah, semoga ibu pertiwi lekas membaik.
Biru
KAMU SEDANG MEMBACA
Lir Ilir (Dimensi 1 dan 2, Selesai)
Novela Juvenil[Re-publish] Lir Ilir (Dimensi 1), dimulai dari Prolog - Part 15. Kebencian Mega terhadap Seni Budaya membawanya kembali kemasa lalu. Seorang pemuda misterius yang gagah berani menyelamatkannya dari kejaran hewan buas. Lalu mampukah Mega kembali ke...
