Li.10-Lagi

317 57 10
                                    

"Apa yang sedang kau lakukan? Berjalan sendiri manis! Tidakkah kau tahu ini wilayah kekuasaan kami. Jika ingin lewat dengan selamat kau harus menyerahkan barang berhargamu." Mega merasa perutnya bergejolak saat melihat seringat mengerikan di wajah pria yang baru saja berkata.

"Apa kau ingin menemaniku bermain?" Pria yang baru mengatakan itu tertawa bersama temannya. Mata mereka menatap Mega dari atas kebawah dan seterusnya dengan mata penuh kabut napsu.

Mata Mega sudah berkaca-kaca dan dipenuhi kabut kebencian. Dia merasa benar-benar terhina, sebelumnya tidak ada yang pernah menatapnya dengan sebejat itu. Pria yang dari tadi diam, berjalan mendekati Mega, hingga hanya berjarak setengah meter. "Tubuhmu lumayan indah. Akan sangat bagus jika kita menjualnya untuk dijadikan pelacur."

"Ya kau benar, dia memiliki wajah yang manis."

"Tapi, bukankah lebih baik jika kita menikmatinya terlebih dahulu."

Tangan Mega memegang kedua keranjangnya dengan erat. Ingin sekali dia melemparkan kedua keranjang itu kepada wajah mesum takt ahu diri milik ketiganya. Tapi dia masih memiliki akal sehat yang mengatakan jika dia tidak akan bisa menggantinya.

Mega repleks mundur selangkah, saat tangan pria kedua terangkat ingin menyentuh wajahnya. Ekspresi wajahnya datar ketika dia berkata dengan tegas. "Demi Allah, jangan sentuh aku dengan tangan kalian."

Pria ketiga pertama melangkah mendekatinya dengan senyum remeh. "Jangan berpura-pura manis, sebentar lagi akan banyak lelaki yang menyentuhmu, jadi biarkan kami memulainya." Dalam hati dia hanya meminta Tuhan agar mengirimkan dia penyelamat.

"Dalam mimpi." Decih Mega dengan remeh.

"Kau sangat menarik." Pria kedua tanpa Mega sadari sudah memegang tangannya.

"LEPAS. TIDAKKAH KALIAN TAKUT DAN MALU KEPADA ALLAH." Mega memberontak dengan sekuat tenaga. Ekspresi wajahnya benar-benar memperlihatkan ketakutan yang luar biasa. Tidak. Mega tidak ingin mereka merenggut masa depannya. Mega tidak suka diperlakukan sehina ini.

"Oh, siapakah Allah itu? Apakah Tuhanmu akan datang menyelamatkanmu? Kurasa tidak. Karena Tuhan itu tidak ada." Pria ketika berkata dengan nada menghina.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Qur'an Surat Al Baqarah ayat 164."

Suara tenang itu berasal dari arah yang berlawanan. Kalijaga turun dari kudanya dengan tenang. Wajahnya memiliki cahaya orang yang bijak dan pantai. Ketiga pria itu menatap Kalijaga dengan pongah. "Ah kau rupanya, Kalijaga. Orang yang menghasut orang-orang untuk memeluk apa yang kau ajarkan."

Kalijaga tersenyum kecil. "Rupanya kisanak mengenal saya. Saya tidak menghasut orang-orang, saya hanya menyampaikan apa yang Allah turunkan kepada Nabi Muhamad Saw."

Tanpa mereka sadari Kalijaga sudah memegang tangan pria kedua yang mencengkaram tangan Mega. "Kau tidak bisa memperlakukan perempuan seperti itu, kisanak."

"AKH!" Pria itu berteriak kesakitan saat takannya dicengkaram kuat, seolah-olah tulangnya akan remuk, menyebabkan cengkramannya ditangan Mega terlepas. Sebelah tangannya yang bebas megayunkan pedang kearah Kalijaga, yang dapat dia tepis dengan mudah, dan memukul dadanya hingga pria kedua mundur beberapa langkah, dan memuntahkan darah segar.

"Bertaubatlah kisanak, memohon ampunan kepada Allah. Sesungguhnya dia maha pengasih dan maha penyayang."

"Berhentilah mengatakan kata-kata kosong. Sampai kapanpun aku tidak akan menyembah apa yang kau sembah."

"Mari kita selesaikan ini dengan jantan."

Ketiga pria itu menyerang Kalijaga secara bersamaan. Mata Maga menatap pertempuran tidak seimbang itu dari sisi yang sedikit jauh. Dia bersyukur untuk kedua kalinya Kalijaga menyelamatkannya.



***

[07 April 2020]

sumpah ya kesel banget. Udah bela-belain keluar rumah demi kelas online eh doinya gak ada kabar.

kadang dosen emang senyebelin itu.

Biru

Lir Ilir (Dimensi 1 dan 2, Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang