"Udah lama lo sedeket ini sama Jeno, Nya?" Jaemin bertanya padaku, masih belum berhenti menggoda soal Jeno.
Kami sekarang sudah di kelas, tengah duduk di kursi masing-masing sambil menunggu kedatangan Pak Jaehyun karena kebetulan jam pelajaran selanjutnya adalah Matematika. Teman-teman sekelasku yang masih 'trauma' dengan omelan yang diberikan pak Jaehyun soal kejadian beberapa hari lalu diam di tempat masing-masing, mencoba diam dan tidak menimbulkan suara-suara bising, berbeda dengan Jaemin yang malah masih terus mengoceh disampingku.
"Entar kalo lo pacaran sama Jeno, ada alesan dong buat lo ikut nongkrong bareng geng gue."
"Eh, tapi susah juga karena Mark itu mantan lo."
Dia mengengam tangan kananku sebelum kembali mengoceh,"Tapi nggak apa-apa, gue yakin Mark pasti bakalan bisa nger—"
"Sssttt" aku bersuara demikian, berusaha untuk memberi kode kepada Jaemin kalau Pak Jaehyun sudah datang.
Jaemin yang sebelumnya menoleh untuk memastikan, langsung menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan ketika netranya menangkap punggung guru matematika kami yang tengah menutup pintu kelas itu.
Ketua kelas kami, Hyunjin terbangun dari tidurnya begitu Pak Jaehyun mengucapkan salam. Dia memimpin kami semua yang ada di kelas untuk bersama-sama membalas salam dari Pak Jaehyun seperti yang kami rencanakan kemarin.
Pak Jaehyun bertingkah seperti biasa, tidak menunjukan raut wajah kesal sedikitpun, seolah telah mengubur kejadian 'itu' dengan sempurna. Mungkin sengaja agar kami tidak merasa canggung dan berakhir menganggu pembelajaran. Berbeda dengan Jaemin yang masih bertingkah kekanak-kanakan dengan menyembunyikan dirinya dibalik lipatan tangannya untuk menghindari guru matematika kami itu.
Aku tidak tahu berapa lama Jaemin akan bertahan dalam posisi itu, dia sama sekali tidak bergerak meski untuk sekedar mengintip apa yang ditulis Pak Jaehyun di papan tulis. Tidak bahkan ketika handphone miliknya terus bergetar dari dalam laci meja.
Getar yang berasal dari handphone Jaemin itu menimbulkan suara yang cukup menganggu karena tidak lekas berhenti, hal itu membuat Hyunjin yang sepertinya juga mendengar suara getarannya menoleh padaku, menyuruhku mematikan benda apapun itu.
"Jaem, suara getar kamu hp kedengeran." Bisiku padanya, was-was takut hal itu akan menimbulkan masalah.
Untunglah Jaemin yang mendengar bisikanku dengan cepat bergerak, diam-diam mengambil handphone miliknya dan melakukan sesuatu pada benda itu untuk menghentikan getarannya yang menimbulkan suara. Tapi baru saja akan bernapas lega, Jaemin kembali membuat suasana kembali lebih menegangkan untukku.
Setelah selesai berurusan dengan handphonenya Jaemin bangkit dari tempat duduk tanpa aba-aba, raut wajahnya menyiratkan kekhawatiran akan sesuatu yang tiadak aku ketahui. Dia baru saja akan pergi dari kelas, sebelum akhirnya suara kesal dari Pak Jaehyun menghentikan langkah kakinya yang semula terburu-buru, "Kamu mau kemana?"
"Temen saya kecelakaan, Pak." Jaemin menjawab dengan cepat, kakinya terlihat tidak sabar untuk kembali bergerak. Tapi sepertinya Pak Jaehyun tidak akan membiarkan Jaemin pergi dengan mudah.
"Kembali ke tempat duduk kamu." Kata Pak Jaehyun memerintah,
Jaemin melotot mendengar perintah itu, "Tapi temen saya—" perkataan Jaemin terpotong,
"Saya nggak butuh alasan kamu, yang saya butuhkan kamu tetap di kelas saya. Lagian kamu bisa apa kalau pergi sekarang? Temen kamu yang kecelakaan bakalan langsung sehat walafiat lagi kalo kamu nemuin dia siang ini juga?"
Pak Jaehyun yang sepertinya sudah benar-benar muak dengan Jaemin kemudian menohok Jaemin dengan ancamannya, "Kamu lupa apa perjanjian kamu sama Pak Kepala Sekolah? Ikuti perintah saya atau jangan harap minggu depan kamu bisa ikut pertandingan futsal."
Mata Jaemin melotot marah, handphone di tangannya kembali bergetar, aku melirik dan mendapati notifikasi pesan dari Mark yang isinya menyebut Jaemin 'b*ngs*t'
Aku tidak tahu betul apa yang terjadi, Jaemin masih mematung di tempatnya berdiri sambil menatap pak Jaehyun dengan tatapan kecewa. Era yang berada di dekatnya bergerak, dia membisikan sesuatu pada Jaemin kemudian menarik tangannya lembut, berniat menuntunnya kembali ke tempat duduk.
Tapi Jaemin yang sepertinya benar-benar marah menampik tangan Era, lalu dengan langkah kesal pergi ke tempat duduknya di sampingku dengan langkah berat. Kembali Jaemin menenggelamkan kepalanya di lipatan tangan. Mengabaikan suasana tegangan yang masih tersisa. Sebelumnya, ia melempar handphone miliknya dengan kasar kedalam laci, membuat getarannya yang semula kembali muncul berhenti seketika.
Aku mengulurkan tanganku ke sebelah tangan Jaemin yang terkepal kuat di atas pahanya, berharap hal itu bisa menenangkannya meski hanya sedikit.
.
.
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Om! ▪Jaehyun▪
Fanfic"Ya Tuhan, Maafin Anya karena udah suka sama Om Jaehyun"-Anya . .