"Saya disini buat ngajar kalian, satu paket sama ngasih petuah sampai telinga kalian bolong dan ngikutin petuah saya." Pak Jaehyun berujar.
"Kalian nggak malu sama nilai-nilai kalian yang jeblok ini?"
"Apa aja yang sebenernya kalian bawa ke sekolah? Cuma alat tulis? Otaknya ketinggalan gara-gara nggak sabar mau main sama temen?"
Aku terkejut, benar-benar terkejut ketika melihat sisi Pak Jaehyun yang satu ini. Pantas, ketika aku mengatakan jika aku senang mendengar Pak Jaehyun mengajar seluruh kelas sebelas kakak-kakak kelas di tim futsal menertawakan aku.
Inilah alasannya.
Tidak ada lagi sosok Pria baik yang menuruti segala permintaan keponakannya. Tidak ada lagi sosok Om Jaehyun yang tersenyum manis, dan sering memberikan ku berbagai kalimat motivasi. Disini hanya ada Pak Jaehyun, guru matematik ter-killer dari semua guru killer yang pernah aku temui dengan semua omelan pedasnya.
Ini baru hari pertama, dan kami berharap hal-hal baik darinya. Memang ia masuk dengan membawa energi positif, namun setelah ia bertanya berapa banyak anak yang nilai Matematikanya yang tidak mencapai batas KKM, aku melihat matanya berubah marah ketika seluruh murid di kelas kami mengangkat tangannya.
Tanganku bahkan sejak tadi gemetar di bawah meja. Belum pernah aku mendengar kata-kata sekasar itu bahkan dari Miss Wendy yang dulu kami anggap guru paling galak selama di kelas sepuluh.
"Anya! kenapa melamun?" Aku berjengit kaget ketika namaku disebutkan olehnya. Sama sekali tidak berharap dia akan memberi perhatiannya padaku di saat-saat seperti itu.
"S-saya tidak melamun pak." aku berbohong, mencoba segera keluar dari situasi tidak mengenakkan itu.
"Jangan bohong!" dia menyerangku.
Suara tangis terdengar samar-samar, Era yang terkenal sebagai siswi paling cantik di angkatan kami itu menangis. Mungkin terkejut karena situasi menegangkan ini.
Pak Jaehyun berdecak, aku diam-diam melirik padanya ketika teman-teman sekelasku yang lain mencoba untuk menenangkan Era.
Pintu bagian depan kelas kami diketuk, seseorang masuk membuat suasana tambah menegang. Aku mendengar Jaemin yang duduk disampingku berbisik jika kedatangan sosok itu sama sekali tidak membantu. Malah bisa dibilang, akan menguntungkan posisi Pak Jaehyun.
"Kepala sekolah mau bertemu Bapak" kata Miss Wendy ketika ia telah masuk kedalam kelas kami di situasi ini.
Era sudah meredakan tangisnya, tapi hal itu masih menarik perhatian Miss Wendy. "Apa ada masalah, Pak?" ia bertanya pada Pak Jaehyun.
Tapi Pak Jaehyun yang sepertinya tidak ingin Era malu karena ketahuan menangis hanya menggeleng. Miss Wendy kemudian pamit keluar, sementara Pak Jaehyun berjalan mendekat ke arah Era.
"Maaf jika kata-kata saya keterlaluan dan mengejutkan kamu" ia berkata.
Pak Jaehyun melanjutkan, "Tapi menangis tidak akan menyelesaikan masalah, kamu sudah SMA bukannya harusnya malu menangis sambil dilihat teman-temanmu?"
"Bicara dengan lantang jika kalian merasa kata-kata saya berlebihan. Hentikan perkataan saya yang menjengkelkan dengan sikap yang dewasa." Kata-kata itu seolah ia tujukan pada semua yang ada disana, bukan hanya untuk Era.
"Saya harus pergi, masih ada sekitar sepuluh menit sebelum jam pelajaran selanjutnya. Silakan renungi apa yang saya katakan." Tutup Pak Jaehyun.
Dia keluar, dengan wajah datar seolah tidak ada yang terjadi di kelas kami. Dan ketika pintu kelas kembali tertutup dengan menghilangnya sosok Pak Jaehyun dari pandangan Kami, semua orang disana menghela napas lega.
Beberapa anak menghampiri Era, mencoba menenangkannya. Sementara Jaemin masih duduk di sampingku, dia menggengam tanganku seolah sadar jika aku juga gemetar saking takutnya.
"Lo nggak bakalan ikutan nangis kaya Era, kan?" tanyanya yang membuat aku menggeleng dengan cepat.
"Nah gitu dong, gue tau elo kuat." ia lalu menepuk bahuku, membuat gemetar pada tanganku lantas mereda.
.
.
.
Tbc
Ada yang punya guru kek Jaehyun juga? yang keliatannya baek banget tapi pas ngajar ternyata lebih nyeremin dari setan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Om! ▪Jaehyun▪
Fanfic"Ya Tuhan, Maafin Anya karena udah suka sama Om Jaehyun"-Anya . .