#28 Makan Siang

863 117 13
                                    

Setelah pembicaraan 'empat mata' antara aku dan Jaemin pagi tadi bisa aku rasakan hubungan pertemanan antara kami berdua merenggang. Jaemin yang ada dalam mode mengabaikan aku kini asik dengan teman barunya, Era.

Sementara teman-teman sekelas yang lain mulai menganggu aku dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai hubungan aku dan Om—maksudku Pak Jaehyun.

"Nya, denger-denger katanya lo pacaran sama Pak Jaehyun."

"Pacaran sama guru kaya gitu, emangnya enak. Nya?"

"Nya, mintain kunci jawaban ulangan harian matematika minggu depan dong. Elo kan pacarnya, nggak mungkin nggak dikasih, kan?"

Jam istirahat yang seharusnya menjadi kesempatan aku untuk makan siang kini terasa menyebalkan, aku sudah menjawab dengan jelas dan tegas jika aku tidak punya hubungan romantis macam itu dengan Pak Jaehyun. Tapi kelihatanya, kekuatan gosip yang disebarkan Era dan kawan-kawannya terlalu kuat untuk dipatahkan.

Maka aku mulai mengabaikan mereka, membuat teman-teman sekelasku lelah karena tidak mendapat tanggapan hingga akhirnya meninggalkan aku dengan guratan kesal. "Udah deh, Anya lagi nggak mau diganggu. Nanti kalo dilaporin ke Pak Jaehyun, kalian nggak takut?" pancing Era yang lewat tempat dudukku untuk pergi ke kantin bersama Jaemin dan yang lain.

Aku melirik kesal mendengarnya, sedangkan Era membalas dengan melemparkan senyum jahilnya, "Nya, maafin temen-temen yang lain ya." Katanya kemudian berpamitan.

Dengan pamitnya Era dan teman-teman yang lain, suasana tenang kemudian datang. Aku lantas beralih pada kotak makan siang yang aku bawa, kemudian sadar jika teman sebangkuku yang baru, Jasmine tidak ikut pergi bersama Era dan yang lain. "Kamu nggak ke kantin?" tanyaku pada Jasmine yang masih sibuk mengerjakan latihan soal di buku Ekonomi miliknya.

"Nggak, lagi libur dulu jajannya." Jawab Jasmine.

"Lagi puasa?"

Kepala miliknya menggeleng sedikit, aku mulanya tidak mau terlalu peduli mengingat Jasmine pun bagian dari 'kelompok Era' yang mulai hari ini sudah aku pastikan menjadi orang-orang yang aku tandai, namun ketika aku baru saja membuka kotak makan siang milikku, aku mendengar suara kecil yang berasal dari Jasmine.

Seperti, suara perut keroncongan?

Mendengarnya hal itu mana bisa aku tidak peduli.

"Aku bawa bekal pake lauk daging balado, kamu mau nyoba?" tawarku. Tatapan Jasmine yang semula fokus melihat deretan soal di bukunya itu melirik cepat ke arah kotak makan siang yang aku bawa, tepat ketika aku mengatakan 'daging balado'.

Sendok milikku aku serahkan padanya, dan tangannya yang semula mengenggam kuat pulpennya dengan cepat beralih menerima sendok yang aku berikan. Diam-diam aku tertawa, merasa Jasmine terlihat lucu.

Aku mendekatkan kotak makan siangku padanya, dan Jasmine langsung menyendok dengan hati-hati.

"Enak," kata Jasmine sambil mengunyah makanannya itu.

"lo beli dimana?"

Menggeleng, aku juga ikut menyendokan daging balado dan nasi ke dalam mulutku. "Oom aku yang masak. Kamu suka?"

Kepala Jasmine mengangguk-angguk, "banget," ucapnya jujur. Aku tersenyum, keahlian masak Oomku memang tidak perlu lagi diragukan.

Bekal makan siang yang aku bawa itu akhinya kami santap bersama-sama. Walaupun cenderung pendiam, Jasmine keliahatannya adalah tipe orang yang selalu menjawab tiap pertanyaan yang diajukan padanya dengan kata-kata. Hal ini membuat obrolan kami cukup menyenangkan di tengah acara makan siang itu.

"Ngomong-ngomong kenapa libur jajannya, kamu nggak bawa uang?"

"Lagi marahan sama Mama—" dia berhenti sebentar untuk minum, "Jadinya nggak dikasih uang jajan bulan ini."

"Sebulan? Gara-gara apa?"

Jasmine mengangguk, "Gara-gara Mama tahu gue ikut-ikutan ngejahilin Pak Jaehyun. Katanya biar gue instropeksi diri, kalo main-main apalagi ngejahilin guru kaya waktu itu tuh nggak baik. Mama bilang nanti ilmunya nggak berkah."

Kepalaku refleks mengangguk-angguk, setuju dengan ucapan Mamanya Jasmine. Daging balado yang aku bawa tinggal sepotong sementara nasi di sana sudah habis. Tadinya aku mau menawarkan itu pada Jasmine melihat perempuan itu kelihatannya sangat menyukai daging balado buatan Oomku itu. Tapi belum sempat benar-benar menawarkan itu padanya, sosok Era yang masuk ke kelas sambil memanggil Jasmine membuat perhatian perempuan itu beralih.

"Iih, pantesan gue cari-cari di kantin nggak ada." Kata Era, ketika mengatakannya aku bisa menangkap tatapan curiga milik Era yang diarahkan pada kotak makan siang milikku yang ada di dekat Jasmine.

"Hari ini libur dulu jajannya, nggak bawa uang." jawab Jasmine untuk Era dengan wajah datarnya andalannya.

"Kaya sama siapa aja sih lo, yuk gue jajanin." Ajak Era sambil menarik-narik tangan Jasmine. Jasmine menurut, namun sebelum mengikuti Era dia lebih dahulu mengucapkan terimakasih dengan makanan yang aku bagi padanya.

Bisa aku lihat meskipun Jasmine kini sudah berada digandengan Era, perempuan itu masih tidak puas. Era masih sesekali melirik ke belakang, ke arah aku yang akhirnya melahap potongan terakhir daging balado yang tadinya mau aku tawarkan kepada Jasmine.

Semula aku tidak tahu mengapa perempuan itu melirikku dengan tatapan penuh curiga, tapi tepat ketika kunyahanku berakhir sebuah ide yang mungkin menjadi alasan Era memberikan tatapan itu muncul.

Bagaimana kalau aku membalas sedikit perbuatan menyebalkannya?

.

.

.

Tbc

_
Maap banget buat temen-temen semua yang baca eps ini waktu puasa. Semoga bahasan mengenai daging balado nggak melemahkan niat puasa kita semua ☻

Hai Om! ▪Jaehyun▪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang