Kalau ada seseorang yang bertanya hal menyenangkan apa yang akan aku pilih jika punya waktu luang setelah pulang sekolah, aku pasti dengan mantap memilih quality time bersama Om Jaehyun seperti hari ini.
Untuk Papa, meskipun sosoknya menyenangkan aku sudah terlalu banyak menghabiskan waktu luangku bersamanya. Dan jujur saja, perutku hanya akan kelaparan seharian meskipun kami sangat bersenang-senang. Karena yah, dia tidak pintar memasak. Berbeda dengan Oom ku yang akan membuatkan cemilan-cemilan sore super lezat.
Hari ini setelah pulang sekolah Om Jaehyun dan aku bersantai di apartemennya sambil menonton televisi. Aku tidak sepenuhnya fokus menonton sih, lebih fokus menanyakan perihal olimpiade matematika yang akan dilaksanakan sekolah kami tahun ini.
"Om, angkatan Anya yang ikut siapa aja? kasih bocoran dong. Biar ada yang digosipin gitu waktu istirahat."
Aku menumpukan daguku pada kepala Oom ku yang dalam posisi duduk di lantai beralas karpet itu. "Jangan banyak-banyak ngegosip, nggak baik." Bukannya menjawab dia malah memperingatiku.
Berdecak, aku masih kekeuh untuk meminta bocoran padanya. "Jeno ikut, kan? anak kelas MIPA itu loh Om yang ganteng." Aku menggoyangkan bahu Oom ku itu.
Om Jaehyun kemudian membalikan tubuhnya menghadapku, "Jeno? yang ganteng?" ah, dia ternyata hanya tertarik karena hal itu.
"Iya, Jeno yang ganteng itu. Yang populer gara-gara cuekkk banget." Jawabku cepat.
Alis mata Oom ku itu mengerenyit, "Bukannya kamu bilang saya ini yang paling ganteng?" dia bertanya. Dan aku cukup terkejut karena pertanyaan Om Jaehyun itu, tunggu jangan-jangan dia,
cemburu?
"Iya menurut Anya om emang yang paling ganteng, tapi bukan berarti cowok lain jelek semua, kan?" aku membalas.
Baru saja akan mengambil biskuit cokelat yang ada di meja, Om Jaehyun memukul pelan tanganku yang terulur. "Aw!" dan aku tidak bisa untuk tidak memekik terkejut karenanya.
"Ganteng saya atau Jeno?" tanyanya.
Aku mengerenyit, "Om Jaehyun, kan Anya udah pernah bilang Oom itu yang paling ganteng menurut Anya."
Kembali aku berniat mengambil biskuit itu, tapi Oom Ku itu malah menangkup tanganku. "Anya mau ngambil biskuitnya!" ujarku marah.
Tapi Om Jaehyun masih tidak melepaskan tanganku, maka aku memikirkan ide lain. Aku mendekat kemudian memberikan satu kecupan di pipinya, satu hal yang biasa ku lakukan apabila Papa sedang marah padaku.
Dan benar saja, hal itu juga berpengaruh pada Oomku, terbukti dengan mengendurnya gengaman tangannya pada tanganku. Aku bergegas, mengambil sepiring biskuit cokelat buatannya, lalu pergi ke kamarku.
Di kamar aku melihat jika ponsel milikku bergetar, sebuah panggilan telpon dari Jaemin masuk ke sana.
Aku mengangkatnya, dan langsung mendengar suara Jaemin yang ada di seberang sana tengah memanggil namaku keras-keras seolah dia tengah berada di tempat yang sangat ramai.
"Kenapa Jaem?" aku bertanya,
"Ke warung soto deket sekolah sekarang, Mark berantem nih ama Jeno. Elo dibawa-bawa soalnya. Takutnya mereka berdua ada salah paham sama elo"
Jaemin berujar dengan cepat. Lalu langsung mematikan panggilan telpon itu.
Aku sedikit ragu menuruti permintaan Jaemin, datang ke tempat tongkrongan anak-anak cowok yang sedang berkelahi? entah apa yang diharapkannya dariku.
.
.
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Om! ▪Jaehyun▪
Fanfic"Ya Tuhan, Maafin Anya karena udah suka sama Om Jaehyun"-Anya . .