Pulang ke rumah aku melihat Papa yang tengah membuat berondong jagung di dapur, mengamati letupan dari jagung-jagung di dalam teflon yang ditutup menggunakan tutup bening. Meletakkan tas milikku di atas meja makan, aku lantas mendekat ke arah Papa yang sigap menyuapkan berondong jagung yang sudah matang. Aku melirik sinis pada Oomku yang sedang sibuk membawa tas milikku ke kamar.
Saat sosoknya datang ke dapur untuk mengikuti kami, lantas aku bertanya pada Papa, berniat menyindir Oomku dengan dalih meminta pendapat pada Papaku. "Pa, emang orang kalo udah putus masih bisa akrab gitu ya?" kembali aku menerima suapan dari Papa sebelum melanjutkan kalimatku dengan mulut penuh berondong jagung.
"Soalnya di drama korea yang biasa ditonton Anya sama Jaemin tuh ya, orang kalo udah putus umumnya nggak bakal bisa akrab, malah biasanya musuhan. Atau ya, kayak aku sama Mark, mau saling say hi aja pasti canggung abis."
Tampak sosok Papa hendak menjawab pertanyaanku itu, namun Om Jaehyun lebih dahulu menimpali. "Saya sama Aurora putus baik-baik, jadi nggak ada alasan buat kami jadi musuh. Lagian itu udah bertahun-tahun yang lalu." Katanya. Aku mendengus, sementara Papa melihat kami berdua bergantian dengan tatapan bingung.
Ingatanku dibawa kembali saat berada di toko kosmetik beberapa waktu yang lalu. Saat mendapati seorang wanita berusia matang merebut liptint yang akan dibeli Om Jaehyun untukku. Sosok cantik itu menggoyang-goyangkan liptint di antara jemarinya dengan senyum penuh kemenangan. "Saya yang ambil." Katanya. Dia tampak akan segera pergi, namun saat menoleh dan mendapati aku memakai seragam SMA, dia bertanya apa ini dibeli untuk dipakai olehku.
Aku menoleh pada Oomku dan mengangguk, wanita itu ikut menoleh lalu berseru dengan nada tinggi. "Jaehyun! Ini elo?" dia bertanya sambil menunjuk sosok Oomku. "Ini gue, Aurora. Masa lupa sih, gue mantan pacar lo waktu kelas sebelas dulu." Ujarnya membuatku melotot. Sementara Om Jaehyun yang semula mengerenyit lantas mengendurkan alis matanya dan mengangguk.
Wanita bernama Aurora itu lantas memberikan liptint yang hendak diambilnya padaku, lalu menyibukkan diri mengobrol sejenak dengan Om Jaehyun. Make up yang sudah dibeli oleh Om Jaehyun diserahkan pada pegawai yang mengikutinya tadi, sementara kartu miliknya diserahkan padaku untuk meminta aku memproses pembayaran lebih dulu.
"Angkatan kita bakalan reuni, lo bakalan dateng, kan?" hal terakhir yang aku dengar dari mantan pacar Oomku adalah hal itu.
Kembali pada saat ini aku membantu Papa membawakan berondong jagung ke ruang tamu, sementara sosoknya sibuk mengambil minuman soda di kulkas. Om Jaehyun mengikuti aku yang duduk di sofa, lantas menyerahkan make up yang dibelinya untukku. Aku menerimanya, lalu mengucapkan terima kasih. Dia duduk di sebelah, pun dengan Papa yang lantas datang.
"Woah!" Papa terkagum melihat banyaknya hal yang dibeli Om Jaehyun yang dibeli untukku. Lalu beralih melihat pada Oomku dengan tatapan tidak enak, Papa mengambil struk disana sambil mengeluarkan dompetnya. Tapi sebelum benar-benar melihat totalnya, struk itu sudah lebih dulu direbut oleh Om Jaehyun yang lantas dikantongi di celana miliknya. "Saya sudah janji ke Anya buat beliin."
Ada perasaan tidak enak saat melihat hal itu, apalagi setelah mengingat bagaimana sikap menyebalkanku sepanjang perjalanan pulang hanya karena interaksi singkat antara Om Jaehyun dengan mantan pacarnya. Dua laki-laki dewasa itu tampak sadar, lalu mencoba mengalihkan topik dengan bertanya apakah aku bisa menggunakan semua alat-alat itu.
Mendengarnya aku mengerenyit, "Anya kira kalian yang bakal ngajarin Anya makainya gimana."
Mereka saling melemparkan pandangan bingung, lantas menggeleng bersamaan. Mengaku kalau tidak bisa memakai benda-benda itu. Namun Om Jaehyun lantas mengatakan kalau dia tahu guru make up yang bisa membantuku. Membuatku lantas bertanya dengan perasaan tidak enak.
Dengan senyum merekah dia menjawab "Youtube." Membuat kini aku dan Papa-lah yang saling melemparkan pandangan bingung harus menampilkan reaksi macam apa. Kami berdua sepakat untuk pura-pura tertawa, mengira jika dia sedang membuat lelucon yang sama sekali tidak lucu. Namun Om Jaehyun malah mengerenyit sambil menyodorkan handphone miliknya yang tengah membuka aplikasi Youtube dengan berbagai video tutorial make up.
Aku mengikuti panduan dari salah satu video yang aku pilih setelah membersihkan wajah. Sementara Papa dan Om Jaehyun menaruh fokus pada pertandingan sepakbola yang tengah mereka tonton. Liptint, dan blush on sudah aku coba pakai dan hasilnya tidak terlalu buruk, namun ketika akan mengikuti gerakan sang tutor untuk membuat alis mata aku sedikit kesusahaan.
Beberapa kali aku merubah cara memegang pensil alis itu, dari tangan kanan ke tangan kiri, menggambar dari atas bahkan dari bawah, aku tetap kesusahaan untuk mendapatkan hasil yang baik. Semua tambah buruk saat tanganku yang tengah pelan-pelan menggambar itu tersenggol oleh Papa yang sibuk bersorak karena tim yang didukungnya mencetak satu gol.
"Papa, mah!" aku berucap jengkel ketika sebuah coretan panjang muncul.
Papa menoleh dengan wajah bersalah meskipun juga tampak menahan tawa. Dia baru saja akan turun tangan memperbaiki kesalahannya, namun Om Jaehyun lebih dulu mengambil alih pensil alis yang aku pegang, lantas berkata. "Coba sini, saya benerin."
Badanku dituntunnya untuk bergerak menghadap sosok Om Jaehyun, dia fokus untuk mengambil peran sebagai perias, sementara aku sibuk memperhatikan wajahnya yang enak dilihat. Senyum kecil sesekali muncul dari wajah itu, membuat aku tertular senyumannya. Namun setelah sepuluh menit berlalu, aku mendengar teriakan marah dari Papa sembari menarikku jauh-jauh dari Om Jaehyun.
.
.
.
Tbc
_
Alohaaa..
Anya dan Om Jaehyun akhirnya kembali lagiii. Semoga bisa menghibur kalian-kalian yang malmingnya sepi
TT
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Om! ▪Jaehyun▪
Fanfic"Ya Tuhan, Maafin Anya karena udah suka sama Om Jaehyun"-Anya . .