#50 Mempersempit Jarak

447 57 8
                                    

Untuk beberapa alasan, perasaan gugup hinggap padaku ketika melihat reaksi Om Jaehyun pagi itu. Pewarna bibir yang aku pakai membuat sosoknya mengerenyit dalam, namun ia tidak mengatakan apa-apa. Sebagai gantinya dia mengulurkan selembar tisu basah, tampak tidak nyaman melihat penampilan baruku.

Dengan ragu-ragu tanganku terangkat untuk menerimanya, sebab mengingat bagaimana sosok Miss Wendy yang kemarin tampak cantik menggunakan make up yang membuatnya tampak dewasa. Berharap aku bisa terlihat secantik itu dengan dandanan serupa.

Ingatanku dibawa kembali pada waktu sore kamarin, selepas kepergian Om Jaehyun dan Miss Wendy. Era, Inne, dan Anis sibuk membicarakan bagaimana serasinya mereka berdua sepanjang kami kerja kelompok, tampaknya berita keduanya yang kondangan bersama dianggap lebih panas dibandingkan berita bahwa Om Jaehyun adalah Oomku.

Saat itu tanpa pikir panjang aku memberanikan diri bertanya pada Era apakah dia punya lipstick dengan warna yang mirip dipakai Miss Wendy, sebab tahu bahwa gadis itu nyatanya lebih akrab dengan alat rias wajah dibandingkan dengan alat seperti jangka dan busur. Tampak senang aku menanyakan hal itu, Era lantas mengeluarkan pounch make up yang lebih besar dari kotak pensilnya.

Menjajarkan berbagai jenis dan varian warna dari pewarna bibirnya. Dia mencari-cari, namun lantas menggeleng. "Kalo yang persis nggak ada, tapi kalo tebakan gue nggak salah, merk nya sama kayak yang ini." Dia mengulurkan satu padaku, mendengar bahwa aku ingin meminjam lipstick itu ia malah mintaku menggambilnya. Guratan wajahnya seolah menjelaskan bahwa ada kenangan buruk yang terkait dengan benda itu.

Dan tepat ketika dirinya akan pulang, bisikan Era membenarkan instingku. "Gue pakai waktu mau nemuin cowok yang bakal dijodohin ama gue itu, jadi lo ambil aja. Ogah gue, pakai lagi."

Ingatanku soal kejadian sore kemarin terputus ketika merasakan bibirku sedikit basah, Om Jaehyun dengan lembut mengulurkan tisu basah itu ke arah bibirku. Mencoba menghapusnya dengan lembut, sambil berkomentar. "Jujur saya cukup terkejut melihat kamu akhirnya tiba di fase ini, tertarik buat dandan."

"Tapi kayaknya kamu lupa kalau sekolah punya peraturan buat melarang murid berdandan terlalu berlebihan. Pewarna bibir yang kamu pakai terlalu mencolok, sepulang sekolah nanti saya beliin warna yang lebih fresh. Yang cocok dipakai buat remaja seumuran kamu." Ujar Om Jaehyun masih sibuk menghapus lipstick pada bibirku.

Mendengarnya aku refleks menggeleng, bukan hanya tidak setuju dengan ajakannya tapi juga sebagai respon penolakkan yang aku lakukan untuk perasaan berjarak yang muncul. "Aku mau yang kayak punya Miss Wendy." Aku berucap tanpa pikir panjang. Membuat kerenyitan kembali muncul di dahi Oomku.

"Kemarin aku lihat Miss Wendy cantik pakai warna itu. Lagian, aku juga sesekali mau kalihatan dewasa. Biar nggak dianggap bocil sama Om, sama Papa juga!" aku berkilah dengan takut-takut. Tapi sosok di sampingku itu hanya menggeleng sambil tersenyum.

Dia menyelesaikan pekerjaannya menghapus pewarna bibir yang aku pakai dengan tiga lembar tisu basah, lantas berucap. "Yang kelihatan bagus di orang lain belum tentu bagus di kita. Kamu kan masih remaja, bertingkah selayaknya umur kamu. Banyak hal yang harus dinikmatin sesuai waktunya, sesuai porsinya." Dia menasehati sambil menyalakan kembali mobilnya.

Selesai mendengarkan nasihat dari Om Jaehyun, aku menyenderkan tubuhku sambil melamun selama perjalanan, sama seperti yang dilakukan sosok Om Jaehyun yang akhirnya tutup mulut. Meski tampak fokus menyetir, ada kalanya aku bisa merasakan bahwa sosok itu tengah melamunkan sesuatu. Terlihat dari bagaimana raut terkejutnya ketika mobil yang kami gunakkan menyapa polisi tidur.

"Om ngelamun?" aku bertanya yang lantas menerima balasan 'hmm" singkat.

Sekali lagi aku bertanya, "Ngelamunin Miss Wendy?" Pada pertanyaanku yang kedua ini dia akhirnya membalas. Sebuah sanggahan diudarakan, setelahnya diikuti oleh kalimat tanya yang menyatakan rasa penasaran mengapa sejak tadi aku terus membawa-bawa Miss Wendy.

Aku tidak menjawab, hanya menatap sosok itu melalu ekor mataku. Sebagai gantinya dia melemparkan umpan, menebak bahwa aku punya hal yang ingin ditanyakan.

"Om masih pacarana sama Miss—"

"Itu cuma rumor."

Oke, rasanya cukup aneh melihat sosoknya yang biasa santai itu menjawab terlalu cepat dan terdengar gugup. Aku tidak bisa menebak apa maksudnya, namun juga tidak bisa menahan sudut bibirku untuk terangkat. Sebuah lirikkan darinya aku terima, membuat aku harus menekan sudut bibirku agar tidak lebih tertarik naik.

Ada raut penasaran pada wajahnya, mungkin karena menyadari senyuman yang aku tampilkan itu. Om Jaehyun baru akan membuka mulutnya, namun aku yang sadar bahwa kami sudah tiba bergerak dengan cepat untuk mengecup pipi sosoknya. Sambil dengan heboh berucap, "Oke, udah sampai!" sehingga mengembalikan kesadarannya. Mobil menepi, dan aku dengan buru-buru turun meninggalkannya.

Aku berlari kecil, namun rasa tertarik pada pipiku menghentikan aku untuk lanjut melangkah. "Senin pagi gini malah senyum-senyum. Ya—yailah malah tambah lebar, kayak orang nggak punya dosa lo." Kalimat itu diudarakan oleh Jaemin yang tiba-tiba muncul dengan bakpao yang mengepul di tangan kirinya.

"Udah nggak sabar ngeliat satu lagi piala tim futsal putri dipajang di pendopo?" dia menebak, tapi aku menggeleng.

Karena tidak betah aku lantas memintanya melepaskan tarikan pada pipiku, sambil berjanji menceritakan hal menyenangkan apa yang aku alami pagi. Terlihat bahwa Jaemin mewanti-wanti aku agar tidak menipunya, yang tanpa pikir panjang aku iyakan.

Perasaan tertarik itu perlahan menggendur, Jaemin di sampingku juga tampak siap mendengarku bercerita sambil mengambil satu gigitan pada bakpao yang dia bawa. Tapi ketika baru mengucapkan dua kata, "Jadi gini—" melihat wajah penasaran Jaemin yang tampak lucu membuat aku tidak bisa menahan keinginanku untuk menggodanya. Jurus seribu langkah tanpa aba-aba aku luncurkan, membuat laki-laki itu tergopoh-gopoh menyebut namaku sebab bakpao panas di dalam mulutnya sebelum akhirnya ikut berlari, mengejar.

.

.

.

Tbc

Hai Om! ▪Jaehyun▪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang