Rate : TGenre : angst
Note : mental illness
Remake dari cerita byYue_aoi
Warning! Typo bertebaran
Selamat membaca^^
Klo ada yang masih bingung komen aja^^
"Aku merasa penasaran" ucap doyoung seraya meletakkan gelasnya dan menatap jisoo yang duduk berhadapan dengannya.
Siang ini secara kebetulan mereka berdua tidak mendapat tugas untuk makan siang bersama pasien sehingga mereka pergi ke restoran cepat saji terdekat.
"Kenapa? Kau benar-benar tertarik pada 'pemandangan' itu?"
Doyoung meringis mendengar ucapan jisoo. Mereka bersua baru saja berkenalan beberapa minggu, tetapi sudah cukup akrab hingga bisa pergi makan berdua jika jinyoung dan young ae sedang tidak bisa makan bersama mereka.
Setiap kali bersama dengan jisoo, doyoung selalu teringat dengan ten. Kepribadian mereka cukup mirip meskipun usia dan penampilan mereka berbeda.
"Bukan begitu. Aku hanya merasa heran karena sering melihatnya melakukan pekerjaan petugas, misalnya bersih-bersih atau mengunci bangsal."
Jisoo memahami kekhawatiran doyoung. Ia sendiri juga merasa heran awalnya, tetapi ia akhirnya mengerti ketika mendengar penjelasan dari young ae dan jinyoung yang menangani jaehyun.
Sebenarnya jaehyun adalah orang yang haus akan penghargaan dan akan berusaha keras untuk mendapat pengakuan. Dan lelaki itu juga bukan tipikal orang yang suka berdiam diri ketika sedang 'normal'. Ia merasa dirinya harus berguna, karena itulah ia dengan senang hati menawarkan diri untuk membantu petugas.
Jisoo tersenyum dan berkata "Awalnya juga aku juga merasa terkejut dan khawatir. Ketika jaehyun mengatakan ingin membantu melakukan sesuatu, jinyoung membiarkannya membantu mengambilkan makanan bagi pasien lainnya. Di luar dugaan dia bekerja dengan giat."
"Tapi sampai mengunci bangsal juga? Bagaimana kalau dia tidak mengunci dengan benar sehingga pasien lain bisa berkeliaran ditengah malam?"
Jisoo menatap doyoung lekat lekat dan meminum seteguk soda sebelum berkata "selama ini tidak pernah terjadi apapun. Lagipula petugas lain juga selalu memeriksa apa yang sudah dikerjakannya. Direktur yang memerintahkan begitu."
Doyoung menganggukkan kepala. Ia merasa begitu lega karena para petugas tidak begitu saja menyerahkan pekerjaan mereka pada jaehyun.
"Eh? Direktur bahkan tahu?"
"Tentu saja" sahut jisoo. Ia meneguk ludah sebelum melanjutkan ucapannya "bahkan direktur menyuruh untuk membiarkan jaehyun bekerja dan memastikan kami menunjukkan apresiasi padanya ketika dia menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Katanya itu bisa membantu proses penyembuhannya."
Doyoung mengernyitkan dahi. Ia masih tak begitu paham. Memangnya apa hubungan penyembuhan penyakit jiwa dengan memberi tugas pada pasien?
"Memang sih. Kondisinya jadi lebih baik. Sayangnya entah kerap dia malas meminum obat kalau gejalanya tidak kambuh. Padahal sepertinya dia bukan tipikal orang yang serampangan. Aku juga heran, terkadang memang sulit memahami jalan pikiran orang yang mengalami gangguan mental" ucap jisoo panjang lebar dengan sedikit kekecewaan yang terlihat di wajahnya.
Doyoung merasa heran setelah mendengar ucapan jisoo. Seketika ia teringat dengan ucapan jaehyun serta luka lukanya yang tak sengaja terlihat olehnya dan memutuskan memancing jisoo untuk bercerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreversible || JaeDo
FanfictionDoyoung, seorang mahasiswi jurusan psikologi tak pernah menyangka kalau ia akan magang disebuah rumah sakit jiwa. Ia merasa khawatir kalau ia akan merasa kelelahan secara mental menghadapi segala kenegatifan di rumah sakit itu hingga ia dipertemukan...