3. Realita

1.3K 193 11
                                    

Rate : T

Genre : angst

Note : mental illnes

Remake dari cerita by Yue_aoi

Jangan lupa comment hehehe


"Hana-ya anak pintar" ucap salah seorang wanita tua seraya mengulurkan tangannya yang telah dipenuhi keriput dan menepuk kepala doyoung.

Doyoung hanya bisa tersenyum lembut dan membiarkan wanita tua itu mengelus kepala doyoung. Ia berkata "eomma pasti lapar, kan? Biar aku yang menyuapimu."

Wanita tua itu meraih sendok yang dipegang doyoung dan mengarahkannya pada mulut doyoung "Tidak, tidak Hana pasti lapar. Biar eomma menyuapimu."

"Ah, aku baru saja makan kok, eomma harus makan, setelah itu minum obat yah" ucap doyoung dengan lembut seraya  tersenyum.

Wanita tua itu mengangguk dan makan dengan lahap setelah di suapi doyoung. Sesekali doyoung juga mengusap nasi yang menempel di sekitar bibir wanita yang dipanggilnya dengan sebutan 'eomma' itu.

Doyoung segera meletakkan sendok di atas piring tepat ketika wanita tua itu sudah selesai makan dan ia segera menoleh ke samping dan memejamkan mata serta mengusap air mata yang baru menetes dengan cepat.

"Minum obatnya dulu, yuk. Setelah ini aku masih harus pergi bekerja." Doyoung membantu wanita tua itu untuk memasukkan kapsul obat ke mulutnya.

Setelahnya doyoung membantu wanita tua itu memegang gelas berisi air karena tangan wanita tua itu terlihat kesulitan memegang gelas.

"Hana pasti akan kembali, kan? Kau tidak akan meninggalkan eomma sendirian, kan?"

Doyoung menganggukkan kepala "Tidak akan"

Wanita tua itu berusaha bangkit dan berdiri dengan berpegangan pada tepi meja dan mencium kening doyoung kemudian memeluknya. Dimatanya doyoung bukanlah seorang petugas rumah sakit jiwa, melainkan Hana putrinya yang telah meninggal karena kecelakaan lalu lintas.

Doyoung membalas pelukan wanita itu. Menurut teori yang dipelajari doyoung, Ia seharusnya berusaha perlahan lahan menyadarkan wanita tua itu akan realita yang sesungguhnya, bukan membiarkan halusinasi tersebut dan berpura pura menjadi Hana tetapi doyoung merasa tak sampai hati melakukannya.

Wanita itu melepaskan pelukannya dan melambaikan tangan "Hati hati dijalan, Hana-ya"

Doyoung tersenyum dan melambaikan tangan pada wanita itu. Ketika ia berbalik badan dan mengakhiri perannya sebagai 'Hana' air mata segera mengalir deras membasahi wajahnya.

Sejak merawat  So young, wanita tua yang merupakan pasien rumah sakit jiwa tempatnya magang, doyoung tak lagi berpikir jika ia mengalami kesialan karena mendapat magang dirumah sakit jiwa.

Sebaliknya doyoung menyadari jika ada banyak hal yang bisa ia pelajari dirumah sakit jiwa ini, dan hal tersebut belum tentu akan ia temui seandainya ia mendapat magang ditempat lain.

Sebelumnya doyoung tak begitu mengerti soal emosi para lansia karena ia sendiri tidak begitu mengenal kakek neneknya. Kakek nenek dari pihak ayahnya sudah meninggal sejak ia kecil, sedangkan kakek nenek dari pihak ibunya tinggal di pulau yang berbeda dan mereka bahkan tidak bertemu setahun sekali. Sekarang semua kakek neneknya sudah meninggal sehingga ia tidak mungkin bisa berkomunikasi dengan mereka.

Kini doyoung menyadari kesepian yang dialami para kaum lansia dan ia merasa sesak hanya dengan membayangkannya. So young sendiri berumur berumur tujuh puluh dua tahun (di cerita aslinya delapan puluh dua hehehe) dan telah kehilangan suaminya dan putra biologisnya bertahun tahun yang lalu. Hana yang merupakan putri adopsinya juga meninggal dua tahun yang lalu.

Irreversible || JaeDoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang