17. Harapan

680 135 2
                                        

Rate : T

Genre : angst

Note : mental illness

Remake dari cerita by Yue_aoi

Warning! Typo bertebaran




Gadis itu tergugu dihadapan wanita paruh baya dengan penampilan elegan. Jantungnya berdebar lebih keras dan ia menyatukan kedua tangannya serta meremasnya diam-diam.

Ia tak pernah mengira jika ia akan kembali bertemu dengan ibu jaehyun seminggu kemudian dan wanita itu bahkan mengajaknya untuk menikmati segelas kopi di pagi hari.

Meski ia memiliki seribu tanda tanya mengenai jaehyun dan keluarganya. Ia merasa terlalu takut untuk berusaha mencari tahu lebih dalam. Lelaki itu bahkan berusaha mati-matian menyembunyikannya, dan setelah mengamatinya cukup lama ia berkesimpulan jika keluarga lelaki itu pasti cukup berpengaruh.

Doyoung bahkan terkejut ketika wanita paruh baya itu mengajaknya minum kopi di kedai kopi terdekat dan ia segera menolak dengan alasan bahwa ia tidak bisa pergi saat jam kerja, namun entah bagaimana sang atasan langsung mengijinkan untuk pergi.

Rasanya begitu aneh ketika seorang staf seolah 'dikontrol' oleh keluarga pasien terkait jam kerja.

"Jaehyun memintaku membawakan buku-buku piano lama miliknya. Katanya ingin diberikan padamu. Jadi kupikir sebaiknya langsung kuberikan kepadamu saja."

Soojung memulai pembicaraan seraya menyerahkan sebuah kantung plastik besar berisi berbagai buku pelajaran piano. Ia sengaja melakukannya setelah menyadari doyoung yang terlihat bingung dengan tujuannya pergi ke kedai kopi pagi ini.

Doyoung menatap sekilas sekantung plastik besar yang sebelumnya dibawakan supir saat mengantar ibu jaehyun menuju kafe serta segera menerimanya.

"Oh, terima kasih. Maaf sudah merepotkan. Padahal sudah aku bilang tidak usah pada jaehyun-ssi."

Soojung tersenyum tipis, "Tidak apa, lagipula suamiku tidak suka menyimpan banyak barang tidak terpakai di rumah."

Doyoung kembali mengucapkan terima kasih dan tangannya secara refleks menyentuh cangkir kopi serta berniat meminumnya. Namun begitu ujung jemarinya bersentuhan dengan cangkir, ia segera mengurungkannya karena merasa gugup.

Ketika berhadapan dengan seorang wanita yang begitu elegan dan ia yakin memiliki status sosial yang tinggi, Doyoung merasa khawatir jika ia melakukan sesuatu yang tidak pantas tanpa sadar dan ia merasa gugup.

Doyoung kembali mengucapkan terima kasih dan soojung tersenyum tipis. Ia menyadari jika gadis itu sebetulnya terlihat sangat gugup meski berusaha mempertahankan sikap profesional.

"Ah, tidak perlu gugup begitu di depanku. Santai saja," ucap soojung seraya memakan kue.

Doyoung terkejut. Ia pikir ia sudah menyembunyikan kegugupannya dengan baik dan ternyata seseorang masih menyadarinya.

Doyoung memberanikan diri mengangkat cangkir dan menyesap kopi hitamnya yang terasa pahit tanpa gula tambahan sama sekali.

Sebenarnya doyoung bukanlah pecinta kopi hitam yang pahit. Hanya saja ia merasa tidak enak memesan kopi favoritnya ketika wanita paruh baya yang tidak dikenal membayar untuknya. Ia bahkan memesan kopi manual brew yang lebih murah.

"Wah, wah. Kau suka kopi hitam tanpa gula, ya? Mirip dengan suami dan putra bungsuku."

Soojung terlihat berusaha bersikap ramah dan Doyoung memutuskan menanggapi basa-basi wanita itu, "Sebenarnya aku lebih suka yang manis. Cuma kopi pahit bagus untuk menetralisir kue yang manis."

Irreversible || JaeDoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang