Hey Jaehyun
Akhirnya aku tahu nama lengkapmu
Bahkan sekarang juga aku sudah tahu, berapa umurmu yang sebenarnya
Kau benar-benar lebih tua dariku.Seandainya kau melihatku, kau pasti akan sangat terkejut. Aku pun terkejut dengan apa yang kulakukan. Aku tak mengira kalau aku akan berakhir menjadi psikolog di tempatku magang. Aku juga masih mempelajari beberapa lagu dan masih melatih permainan pianoku agar lebih baik dari sebelumnya.
Setiap kali menyentuh piano, aku selalu teringat dengan perkataanmu waktu itu. Kalau saja aku tidak bertemu denganmu dan tidak asal bicara, aku mungkin bekerja sebagai HRD di perusahaan yang merupakan tujuan awalku.
Beberapa orang di rumah sakit menanyakan soal lembaga kursus piano pertama yang ku ikuti, dan kujawab kalau aku belajar darimu. Aku merasa sangat bangga telah belajar darimu.
Kau mengatakan kalau aku berbakat dan aku terus menerus mengulangnya di dalam benakku ketika aku merasa jatuh serta berpikir untuk berhenti berusaha meraih mimpiku.
Kemarin aku baru saja bermain piano bersama dengan pasien lainnya untuk mengiringi paduan suara, sama seperti saat waktu magangku akan berakhir dan itu sudah seperti menjadi tradisi disini. Aku juga bisa memainkan Flight of Bumblebee meski belum sebaik dirimu.
Dan kini aku menjadi psikolog yang menangani pasien yang mengalami gangguan mental seperti tujuan awalku.
Aku merasa bersalah ketika harapanku untuk menyelamatkan mu hancur dan kupikir aku ingin mencoba menyelamatkan orang-orang setidaknya untuk menenangkan diriku sendiri dan menebus rasa bersalahku.
Terima kasih atas tiga bulan yang berkesan bersamamu dan mengubah hidupku.
Terima kasih atas nilai magang yang kau perjuangkan untukku.
Terima kasih untuk semua kerja kerasmu yang mengajariku bermain piano, meski saat itu aku mengatakan kalau aku tidak akan mendalaminya sungguh-sungguh.
Dan kuharap kali ini kau mendapatkan kebahagiaanmu, juga mimpimu dimanapun kau berada saat ini.
Saranghae ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreversible || JaeDo
FanfictionDoyoung, seorang mahasiswi jurusan psikologi tak pernah menyangka kalau ia akan magang disebuah rumah sakit jiwa. Ia merasa khawatir kalau ia akan merasa kelelahan secara mental menghadapi segala kenegatifan di rumah sakit itu hingga ia dipertemukan...