Rate : T
Genre : angst
Remake dari cerita by Yue_aoi
Gadis itu tersenyum lembut pada siapapun yang ditemuinya petang ini, seolah berusaha meyakinkan jika dirinya baik-baik saja.
Sebenarnya dia tidak berusaha meyakinkan siapapun melainkan dirinya sendiri. Ketika ia tersenyum, ia hanya berusaha menambah sugesti pada dirinya sendiri.
Pertunjukan paduan suara yang disaksikannya bukanlah pertunjukan terbaik yang pernah didengar olehnya. Jaehyun memang memainkan lagu dengan baik seperti biasa, namun gabungan suara para pasien yang dilatih itu merupakan siksaan singkat bagi pendengaran.
Ini bukanlah deskripsi hiperbolis. Faktanya, suara itu memang siksaan bagi pendengaran meski tak seorangpun mengakuinya secara langsung, melainkan didalam hati masing-masing.
Namun doyoung mengapresiasinya. Ia mengapresiasi sekumpulan orang yang dianggap tidak waras di masyrakat namun bersedia mengucapkan selamat tinggal kepergiannya dengan berupaya melakukan sesuatu yang bisa dilakukannya.
Manik obsidiannya terpejam dan ia menghembuskan nafas dalam-dalam demi menenangkan dirinya begitu paduan suara berakhir dan jaehyun hendak menampilkan pertunjukan piano solo untuknya.
Ia tersenyum sebelum membuka mata dan memberanikan diri menatap jaehyun. Ia pikir ia baik-baik saja setelah berjanji pada dirinya sendiri untuk terus tersenyum dan mempertahankan topeng yang ia kenakan.
Namun ketika pandangannya bertemu dengan lelaki itu, ia segera menundukkan kepala dan mengalihkan pandangan. Dadanya terasa sesak hingga napasnya sedikit tersengal. (Aku bayanginnya lagu only you by jurrivh, atau terserah imajinasi kalian aja)
Kali ini bukan hanya karena ia mungkin tak bisa lagi bertemu dengan lelaki itu, melainkan juga pada fakta bahwa lelaki itu bermain dengan sangat baik diatas panggung seadanya. Seandainya hidup sedikit berbaik hati pada lelaki itu, barangkali ia tidak akan menyaksikan lelaki itu berada di panggung yang dipasang sebuah institusi mental, melainkan disebuah hall megah. Atau setidaknya, ditempat yang lebih baik dimana ada penonton yang datang memahami dan mengapresiasi seninya.
Keheningan tercipta secara naluriah. Entah mengapa tak seorangpun bersuara, seolah terhipnotis oleh permainan jaehyun meski tak dikomandoi oleh siapapun.
Sesaat, doyoung juga terhipnotis oleh permainan lelaki berambut fawn itu hingga ia terdiam dan hanya menikmati alunan melodi nan lembut yang mengarahkannya pada ilusi. Dan ditengah permainan, ia baru tersadar jika ia seharusnya mengabadikan momen dimana ia bisa menyaksikan jaehyun dalam kondisi terbaiknya.
Doyoung segera mengeluarkan ponsel dan hendak merekam lagu kedua yang dimainkan lelaki itu, mengorbankan diri tak dapat sepenuhnya menikmati permainan lelaki itu meski lagu ini adalah yang terakhir.
.
.
.
Jaehyun menepati janjinya ketika mengatakan bahwa ia tidak akan membuat hidangan tomat pada menu yang disajikan.
Doyoung terkejut ketika menyaksikan seluruh makanan yang dihidangkan secara prasman. Ia pikir ia akan mendapati satu hidangan berbahan tomat. Namun tidak ada sama sekali, membuatnya sedikit bertanya-tanya.
"Aduh cepat sekali. Besok aku tidak bisa bertemu doyoungie lagi." Ucap jisoo yang duduk disamping doyoung.
Doyoung tersenyum pada sang perawat. Dibanding staf lainnya, ia merasa paling akrab dengan wanita itu. Perbedaan umur mereka tidak sampai sepuluh tahun dan kepribadian mereka sedikit mirip. Selain itu jisoo juga orang pertama yang berkenalan dan mengajaknya makan bersama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Irreversible || JaeDo
FanfictionDoyoung, seorang mahasiswi jurusan psikologi tak pernah menyangka kalau ia akan magang disebuah rumah sakit jiwa. Ia merasa khawatir kalau ia akan merasa kelelahan secara mental menghadapi segala kenegatifan di rumah sakit itu hingga ia dipertemukan...