BAB 1

37.1K 2K 33
                                    


"iya ini gue udah kelar kok..., oh lo udah di depan rumah? Yaudah gue keluar sekarang. Oke, bye" Shafira langsung memasukan ponselnya kedalam tas dan segera menyambar tas untuk dibawanya keluar dari kamar.

Hari ini sesuai kesepakatan, Shafira akan menemani sahabat sehidup sematinya –sarah- untuk belanja bulanan. Yang dimaksud belanja bulanan disini adalah belanja baju, tas, make up, sepatu, dll. Bukan belanja kebutuh dapur. Sarah yang dikaruniai keluarga yang bisa dibilang bukan dari orang biasa tentu hal yang lumrah untuk menghabiskan uang dengan membeli barang-barang seperti itu. Namun bagi Shafira, dia akan menggunakan uang dengan sangat objektif.

Shafira bukan dari kalangan orang kekurangan. Dia juga bukan dari keluarga kaya. Ayahnya memiliki usaha menyewakan truk-truk besar, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa. Namun dia sebisa mungkin menabung uang hasil kerja kerasnya setiap bulan untuk kebutuhan yang mungkin akan mendadak di lain waktu.

"lama banget" gerutu Sarah dari balik kemudi.

Shafira melirik sarah sekilas sambil memakai sabuk pengaman. "ya maaf, habisnya lo gak bilang kalo udah didepan rumah" sahut Shafira dengan cuek.

Sarah berdecak sebal, kemudian dia segera menyalakan mesin mobil dan menginjak pedal gas meninggalkan perumahan tempat tinggal Shafira dengan mulus.

~~~

Sekarang Shafira benar-benar mengerti kenapa dari dulu orang tua nya selalu menasihatinya untuk berdoa sebelum melakukan perjalanan. Karena pada kenyataannya belum tentu semua orang di dunia yang mengendarai mobil, bisa dengan benar-benar mengontrol mobil yang mereka bawa.

Sarah contohnya. Sedari tadi Shafira terus mengumamkan doa keselamatan agar dia dan sarah selamat sampai tujuan. Bagaimana tidak, sarah membawa mobil seakan-akan seperti sedang membawa sepeda motor. Jalan tol yang tidak terlalu padat membuat sarah selalu menyalip ke lajur dua, lalu kembali ke lajur satu. Tidak jarang dia memilih bahu jalan hanya untuk menyalip sebuah truk yang ada di lajur paling kiri.

"lo gila ya?" tanya Shafira setengah menjerit begitu sadar sarah sedang melakukan kejar-kejaran dengan sebuah mobil sedan berwarna hitam.

"tenang aja. Mobil gue gak kalah hebat kok dari mobil itu" seru sarah dengan cuek sambil terus menambah kecepatan.

"turunin kecepatan lo. Sekarang!!" perintah Shafira dengan kesal namun tidak di gubris oleh sarah.

"damn it, sar, lo belom punya sim. Gimana kalo ketangkep polisi??" jerit Shafira dengan kesal.

seakan baru ditampar oleh ucapan Shafira, sarah segera menginjak pedal rem dalam-dalam. Namun bukan pedal rem yang di injak wanita itu, melainkan pedal gas sehingga bukannya berhenti, mobil sarah semakin melaju kencang.

"pindah ke lajur tiga. Sekarang" perintah Shafira yang segera di turuti sarah. Karena panik, sarah langsung membanting stir kearah kiri, membuat pengguna jalan tol lainnya berlomba-lomba membunyikan klakson mobil mereka.

Begitu mobil sampai di lajur tiga, tiba-tiba sarah menginjak rem mendadak, sehingga mobil yang dibelakangnya tanpa bisa menghindar segera menabrak bagian belakang mobil sarah. Setelah tersadar dari kekagetannya ia langsung membawa mobil ke bahu jalan dan menghentikan mobilnya. Sarah segera menengok ke belakang dan kaget begitu melihat seorang laki-laki keluar dari mobil sambil memegangi keningnya.

"oh my god, oh my god, oh my god, oh my god" jerit sarah panik karena terlalu takut dengan apa yang dia hadapi.

Shafira yang baru pulih dari kekagetannya dan mengerti bahwa situasi berubah menjadi tegang, segera meminta sarah untuk pindah ke kursi belakang yang langsung di turuti oleh wanita itu. Sedangkan Shafira pindah ke kursi kemudi. Dia menarik nafas dalam dan menghembuskanya.

His PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang