BAB 28

8.3K 972 25
                                    


~||~

Waktu memang terasa berputar begitu cepat apabila kita menikmatinya. Begitu juga dengan yang Shafira rasakan. Setelah hubungannya membaik dengan Revaldo, rasanya hidupnya jauh lebih ringan. Beban terberatnya sudah hilang dan kini perempuan itu sedang menikmatinya, walaupun sudah sejak dia bekerja kembali usai izin sakit, Shafira merasa kegiatannya di kantor tidak membuatnya nyaman. Amelia juga tidak membuatnya lebih baik. Rekan kerjannya yang baru itu entahlah, selalu merasa benar menurut shafira dan seperti team up dengan Bu Ita untuk mencari kesalahannya.

            "Fir, sini deh. Saya mau tanya budget yang kamu itungin ini." Bu Ita memanggil Shafira dan perempuan itu segera menghampiri atasannya itu.

            Here we go again, gumam Shafira dalam hati menguatkan diri. Entah karena memang dirinya salah, bu Ita yang sedang datang bulan atau memang ada bad blood dengan dirinya, tetapi atasaannya itu akhir-akhir ini terus memarahinya, bahkan untuk sesuatu yang sepele.

            "Kenapa, Bu?"

            "Kamu itung lagi deh, ini angkanya salah. Angkanya dari mana coba? Kan tadi udah saya kasih contoh perhitungannya." Bu Ita menunjuk layar laptopnya memberi tahu dimana kesalahan Shafira.

            Perempuan itu mengerutkan keningnya. "Ini udah sesuai yang ibu kasih kemarin kok. Emang perhitungannya agak beda tapi grand total nya tetap sama, pengeluarannya juga."

            "Samain dong, Fir. Jangan beda gini, nanti biar kalau ditanya pak Anggoro kita satu suara." Seru Bu Ita sedikit menaikan nada bicaranya.

            "Oke bu, Sorry." Gumam Shafira.

            "Kalau kamu masih belum ngerti juga coba tanya Amelia, kemarin saya ajarin dia waktu kamu cuti sakit." Shafira hanya menganggukan kepala dan segera berjalan menuju mejanya. "Saya tunggu sore ini ya sebelum pulang."

            What's the point, anyway? Toh endingnya perhitungan budget mereka sama dan expensesnya pun sama. Hanya saja perhitungan Shafira sedikit rumit karena dia kurang mahir dalam excel. Well, no body's perfect, right?

            Shafira menghempaskan dirinya di kursi kerja dan menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong. Sudah jam 4 sore dan dia sudah malas untuk fokus kerja. Ini hari Jumat dan Shafira ingin segera keluar dari kantor. Energinya sudah terkuras habis oleh teguran tidak beralasan dari bu Ita selama seminggu ini dan dia pun harus bekerja lembur hanya untuk menghitung budget tahun depan untuk departemen humas slash marcomm yang basically dijalankan hanya bertiga, dirinya, Bu Ita dan Amelia. Bukan pekerjaan yang menguras banyak energi dan fikiran tetapi dituntut untuk selalu sempurna baik oleh internal maupun external.

            Ponsel Shafira bergetar diatas meja. Nama Revaldo muncul disana dan Shafira menepuk keningnya. Dia lupa meminta Revaldo untuk menjemputnya jam 6 sore, bukan jam 5 seperti biasanya.

            "Hallo," gumam Shafira.

            "Fir, aku udah di parkiran nih,"

            Shafira meringis. "Aku lupa bilang, hari ini aku lembur lagi."

            Terdengar Revaldo mengela nafas diujung sana. "kamu lembur terus deh akhir-ajhir ini." gerutu Revaldo dan Shafira hanya menghela nafas.

            Dia sangat ingin bercerita tentang perlakuan atasannya akhir-akhir ini pada Revaldo tetapi dia merasa hal itu tidak terlalu penting. Shafira juga takut Revaldo mencari tahu lewat Bu Anjani atau Ayahnya. Hal terakhir yang diinginkan Shafira adalah mendapat perlakuan special hanya karena dia pacaran dengan anak pak Herman dan di musuhi bu Ita karena dianggap menjadi 'tukang ngadu'.

His PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang