BAB 7

13.5K 1.5K 23
                                    


                Shafira keluar dari ruangan Pak Anggoro –yang merupakan General Managernya- dengan wajah sumringah. Pasalnya Shafira baru saja mendapat mandat untuk datang mewakili atasannya itu di acara perhumas yang akan diadakan di Bali minggu depan.

Selain karena dia bisa sekalian berlibur, mungkin Shafira juga bisa mengunjungi restoran milik Valdo di Bali. Pemikiran untuk memberikan surprise kepada Valdo membuat senyum Shafira semakin lebar.

"Deuh ilahh, yang mau dinas ke Bali seneng banget,ya bu," canda Dinar yang bekerja pada bagian business development.

"Hhehehe, iya nih, asik sekalian liburan. Lumayan kan conference nya kamis," sahut Shafira seraya duduk tepat di depan Meja Dinar.

Kantor tempat Shafira bekerja mengambil konsep open office, dimana seluruh meja karyawan tidak memiliki sekat sehingga para karyawan menjadi mudah untuk berkomunikasi dengan satu sama lain. Kekurangannya hanya terkadang privasi sulit di dapatkan mengingat semua orang bisa melihat apa yang sedang kita lakukan dimeja.

Untuk Shafira, dia harus berbagi meja dengan corporate secretary, business development dan legal. Totalnya ada 4 meja dengan meja yang berhadapan dan satu meja di isi oleh dua orang. Selain harus berbagi meja, mereka juga berbagi General Manager yang artinya mereka memiliki atasan yang sama.

Agak ribet dan kurang Shafira pahami. Namun selama itu tidak merugikannya, dia tidak masalah.

"Sendirian banget, Fir ke Bali nya?" tanya Bu Sandra, beliau adalah manager legal, atasan Cindi. Sayangnya untuk manager tidak memiliki ruangan sendiri, hanya mejanya saja yang dipisah dan tepat berada di ujung meja Shafira.

Shafira menganggukan kepalanya. "Iya, bu. Habisnya bu Ita gak bisa. Dia lagi ada visit ke Jogja sama Surabaya sampai minggu depan,"

"Extend gak kamu, fir?"

"Kayaknya sih gitu, bu. Lumayan sekalian liburan," sahutnya sambil terkekeh.

"Ada yang nyamper apa emang kamu punya temen disana?"

"Gak ada sih, bu. Me time aja deh," ujar Shafira sambil mengedikkan bahunya.

Shafira memang sering berlibur sendiri. Selain karena saat ini sangat susah untuk mencocokan jadwal kosong dengan teman-temannya, dia kadang memang membutuhkan waktu sendiri.

Ibu Sandra tertawa. "Punya pacar dong, Fir. Biar ada yang nemenin. Udah ada belum nih calonnya?"

"Ada bu, tinggal tunggu tanggal mainnya aja," tiba-tiba Cindi menyahut.

"Oh Ya? Sama siapa? Herry anak HRD itu atau si Dipta anak marketing?" godanya membuat Shafira tertawa.

Sepertinya memang bukan rahasia lagi kalau dua nama yang disebutkan bu Sandra memang naksir dengan Shafira. Karena dari awal Shafira bekerja, kedua laki-laki itu selalu menggodanya, hingga membacakan puisi gombal yang membuat Shafira geli sendiri.

Tiba-tiba saja sudah banyak orang yang tertawa. Shafira bahkan baru sadar bahwa sudah banyak yang mengikuti pembicaraan mereka.

"Bukan, bu!!!" seru Shafira buru-buru.

"Iya bu, bukan. Haduh ibu ketinggalan gossip banget, nih. Shafira tuh lagi deket sama selebriti chef. Yang anaknya pak Herman itu, loh," seru Dinar menggebu-gebu.

His PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang