BAB 2

20.2K 1.7K 22
                                    

Seperti kesepakatan sebelumnya, Shafira berdiri didepan pintu masuk Outback steak. Sebenarnya dia bingung ingin langsung masuk atau menunggu ditelepon Revaldo. Tapi kemudian dia menggelengkan kepala. Kenapa bukan dia saja yang menelepon?!

"Mbak, ada reservasi atas nama Revaldo?" tanyaku pada waiters yang berjaga dipintu masuk. Dia belum siap untuk ngobrol lagi dengan Revaldo jadi lebih baik dia nanya dulu ke waiters.

"Revaldo siapa ya, bu?" dengan pakaian formal, pantas saja Shafira dipanggil ibu.

"Revaldo Schmidt," ucapnya.

Tidak berapa lama waiters itu kemudian tersenyum. "Oh ya, silahkan sudah ditunggu," Waiters itu segera mengajak Shafira ke meja tempat Revaldo berada.

Dan benar saja, cowok itu sudah duduk manis di kursi dengan meja untuk empat orang. Berikut dengan piring berisi cheese fries dan segelas minuman. "Hai," sapa Shafira canggung.

Revaldo menengadah dan tersenyum. Berbeda sekali saat pertemuan pertama mereka. "Hai, Sorry ya saya pesan duluan soalnya gak enak kalau cuma duduk aja nunggu kamu,"

"Iya gak apa-apa kok," sahut Shafira saat duduk berhadapan dengan Revaldo.

"Sekalian pesan dulu aja ya?"

"Boleh,"

Shafira kemudian menatap buku menu yang hanya menyajikan steak dan beberapa side dishes itu dan meringis melihat harganya. Di pertengahan bulan seperti ini, biasanya Shafira gak akan pernah ke restoran dengan harga makanan lebih dari 50 ribu. Tapi mengingat saat ini yang mengajak adalah laki-laki yang bermasalah dengannya, jadi dia oke saja.

"Saya mau Victoria fillet, 8 oz medium rare," Revaldo kemudian menatap Shafira. "Kamu pesen apa?"

"Saya Chicken on the barbie aja, minumnya ice tea,"

"Ini kan restoran steak masa kamu pesan ayam?" Revaldo mengerutkan keningnya. Tidak lama kemudian pria itu tertawa. "Tenang aja, Shafira, My treat jadi kamu bebas mau pilih yang mana aja. Atau mau sama kayak saya?"

Shafira menggelengkan kepalanya. Engg- New york Strip aja, Well done ya, mbak. Minumnya tetap ice tea," Waiters pun mencatat pesanan mereka kemudian segera berlalu.

"You look different," komentar Revaldo.

Shafira mengerutkan keningnya. "Beda gimana?"

"Waktu ketemu pertama kamu kaya anak ABG sekarang kaya wanita karir," ujarnya.

Shafira yang hari ini memang memakai blous berlengan panjang dengan celana bahan berwarna hitam tersenyum malu. Wajahnya bersemu. "Thanks," Seumur hidupnya belum pernah ada laki-laki yang terang-terangan memuji dirinya. Apalagi Revaldo bisa dikategorikan laki-laki ganteng. yah mana ada sih cowok jaman sekarang yang muji terang-terangan, paling berani lewat media sosial. Atau biasanya yang muji dia paling hanya abang-abang pinggir jalan, itupun bukan muji, tapi ngegodain.

Revaldo tersenyum. "Gimana hari ini? Kamu jadi OG?"

Shafira menatap Revaldo. "Enggak," dia mengerutkan keningnya. Pertanyaan Revaldo itu membuatnya sadar kalau memang tadi dia bekerja seperti biasa, dimeja kerja di bagian humas dan marketing.

"Bagus lah kalau begitu," sahut Revaldo santai seraya mencomot kentang goreng dengan lelehan keju dihadapannya.

"Kamu beneran yang punya perusahaan tempat saya kerja ya?" tanya Shafira penasaran.

His PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang