BAB 8 - Bali part 1

14.5K 1.4K 50
                                    

          

Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali memang tidak pernah sepi, persis dengan bandara soekarno-hatta. Semakin malam bandara ini malah semakin ramai. Shafira memang harus mengambil flight malam karena dia harus kerja seperti biasa. Kantornya memang luar biasa. Namun selama dia di akomodasikan dengan maskapai si burung biru, Shafira gak masalah harus bekerja dulu dan berangkat ke Bali malam harinya.

                Ini kali pertama Shafira ke Bali dengan pesawat. Terakhir dia ke Bali adalah saat SMA dengan mengendarai bus.

                Mungkin Shafira manusia teraneh di Indonesia, sebab dia tidak excited saat menginjakkan kakinya di Bali. Tidak seperti orang-orang kebanyakan, Shafira tidak merindukan Bali, dia tidak berkeinginan kembali ke Bali. Mungkin karena dia memang kurang menyukai pantai. Suasana Bali juga terlalu magis bagi Shafira, membuat dia kadang kadang takut.

                Ponsel Shafira berdering saat kakinya keluar dari Bandara untuk menunggu jemputan dari hotel tempatnya menginap. "Hallo," sapa Shafira.

                "Kamu sudah di hotel?" suara Valdo menggema ditelinganya. Pria itu tidak henti-hentinya mengirim pesan bahkan saat Shafira sedang di pesawat. Sepertinya Valdo terlalu cemas saat tahu Shafira akan mengambil penerbangan malam. Dia bahkan sampai ingin berbicara langsung dengan atasan Shafira agar gadis itu diperbolehkan pergi siang hari yang tentu saja langsung di cegah oleh Shafira.

                "Belum. Lagi nunggu yang pick up aku dari hotel."

                "Udah dari tadi? Coba aku yang jemput, kamu gak perlu nunggu lama," gerutu Valdo.

                Shafira mendengus. "Kan kita janjian ketemu lusa. Aku mau fokus dulu sama kerjaan aku. Baru lusa kita main," jelas Shafira.

                Revaldo tertawa diujung telepon. "Aku emang bikin kamu gak fokus ya?"

                Shafira mendadak salah tingkah. "Iya, muka kamu bawaannya kayak ngajak jalan-jalan terus," celetuk Shafira. Gak mungkin kan dia bilang bahwa kalau ada Valdo memang bawaannya bikin Shafira malas kerja dan jalan sama dia? Gengsi dong!

                "Eh mobilnya udah datang, tuh. Nanti aku telepon lagi, ya," seru Shafira saat melihat sebuah SUV dengan logo dan nama hotel tempatnya menginap berhenti didepannya.

                "Kapan?"

                "Setelah conference," sahut Shafira sambil tertawa.

                "Kalau gitu jangan kaget kalau besok aku samperin kamu ke hotel,"

                "Semoga aja kita ketemu. Byee!!," sebelum Valdo menyahuti ucapannya, buru-buru Shafira menyudahi telepon mereka sambil tertawa.

                Hanya diperlukan waktu setengah jam untuk sampai di hotel dan Shafira dapat menghela nafas lega begitu dia sampai di hotel dan proses check in tidak membutuhkan waktu lama. Dia capek dan butuh istirahat karena jam memang sudah menunjukan pukul setengah 11 malam.

                Shafira tidak bisa menahan senyum lebarnya saat kakinya menginjak lantai kamar tidur yang akan ditempatinya selama dua malam. Walaupun Shafira akan extend 2 malam ini, dia gak akan menambah malam di hotel ini. Selain harganya selangit, Shafira juga sudah menerima peringatan dari Valdo untuk tidak booking kamar hotel dimanapun selain yang di siapkan oleh kantornya.

                Kamar yang ditempati oleh Shafira sangat mewah dan luas. Beruntungnya Shafira mendapatkan tempat tidur queen bed. Dia mungkin akan langsung memohon pada resepsionis untuk mengganti kamarnya apabila dia mendapat tempat tidur twin bed. Ada balkon yang menghadap langsung ke kolam renang, kemudian ada bathup dikamar mandinya yang membuat Shafira agak bergidik ngeri. She is not into bathup.

His PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang