BAB 5

14.7K 1.5K 28
                                    

Hari pertama pembukaan Noire luar biasa heboh. Berbagai sosial media membahasnya, apalagi saat beberapa selebriti papan atas dan pejabat juga pengusaha memposting gambar undangan grand opening Noire membuat orang-orang penasaran dan followers sosial media Revaldo meningkat dua kali lipat.

Pria itu sibuk sekali. Dia turun langsung menata restorannya, membereskan perabot didapur dan ikut melatih staff baru untuk Noire walaupun ada beberapa staff yang sudah senior diterbangkan dari Bali untuk memimpin jalannya service.

Sayangnya, Revaldo hanya akan memimpin service saat grand opening selama dua hari karena setelahnya pria itu akan mendatangi beberapa talk show dan wawancara dengan majalah kemudian kembali ke Bali. Namun tidak menutup kemungkinan akan hadir di Jakarta untuk kembali memasak untuk tamu nya di Noire Jakarta. Walaupun begitu tidak membuat Noire sepi pengunjung. Sebab restoran akan terus full booked hingga beberapa minggu kedepan.

"Sumpah, Gila. Gue nyoba telfon ke Noire buat reservasi aja sibuk terus," gerutu Sarah yang saat ini sedang menikmati sate ayam di pinggir jalan bersama Shafira.

"Emang iya? Lagi heboh sih di instagram sama twitter makanya mungkin banyak orang penasaran pengen nyoba," Shafira mengedikkan bahunya dan kembali menyantap sate ayam yang diidamkannya selama dua hari ini.

"Lo sih enak udah pernah kesana, dimasakin langsung, berduaan lagi sama chefnya," sindir Sarah.

Shafira tertawa. "Tapi pasti seruan dateng ke acara grand openingnya. Gue liat di postingan siapa gitu katanya ada atraksi masak. Wajar sih ya, kan dia konsepnya open kitchen gitu."

"Lo emang gak diundang ke grand openingnya?" Sarah menatap Shafira kaget.

"Gue belum nerima undangannya. Lagipula yang dapet undangan kan yang udah reservasi. Udah gitu kan harus bayar. Sayang duit gue makan disana mahal banget pasti kayak makan buffet di hotel bintang lima."

"Dia udah hubungin lo lagi?"

Shafira menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. "Mungkin dia sibuk kali, ngapain ngehubungin gue?"

Sarah menepuk bahu Shafira. "Jangan baper dong. Cari cowok yang bener aja gih,"

"Emang dia gak bener?" ketus Shafira.

"Maksud gue yang nggak sefamous Revaldo. Cowok biasa aja yang bisa kita gapai. Kalau Revaldo sih sebelum kita gapai udah jatuh duluan," ujar Sarah.

Shafira menghela nafas. Sejak pulang dari Noira minggu kemarin dia memang belum berkomunikasi dengan Revaldo. Dia sadar mungkin Revaldo sibuk tapi didalam hati kecilnya dia berharap agar Revaldo menghubunginya. Yah, mungkin untuk berkeluh kesah kepadanya walaupun nantinya hanya akan di sahuti Shafira dengan 'tenang saja, semua pasti baik-baik aja'.

Namun kemudian kenyataan menamparnya bahwa dia bukan siapa-siapa Revaldo dan pria itu tidak berkewajiban untuk menghubunginya. Mungkin pemikiran Shafira benar bahwa makan malam di Noire kemarin adalah ucapan terima kasih Revaldo untuk Shafira jadi sudah saatnya bagi perempuan itu untuk melupakan Revaldo dan menjalani hari-harinya seperti biasa.

Bekerja - main dengan Sarah - pergi dengan teman kantor - pulang kerumah. Terus seperti itu hingga waktu yang belum ditentukan.

****

Revaldo baru saja menyelesaikan wawancara beserta sesi foto dengan majalah Food & Wine di Hotel Shangri- La, Jakarta dan akan langsung ke bandara untuk mengejar penerbangan terakhir menuju Bali.

His PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang