BAB 26

8.3K 1.1K 74
                                    

            Rencana tinggal bersama Revaldo yang seharusnya hanya dua minggu menjadi satu setengah bulan. Jahitan Shafira sudah mongering dan bahkan sudah dilepas, kini dia hanya perlu menunggu luka itu menutup sepenuhnya walaupun bekasnya akan tertinggal selamanya. Perutnya tidak lagi terasa nyeri seperti di minggu pertama Shafira bekerja. Bahkan kini dia bisa berlari kecil dan tidak merasa sakit sama sekali. Hanya nyeri sesekali dan itu mungkin karena sugesti.

Selain jahitnya yang sudah membaik, hubungannya dengan Revaldo pun ikut membaik. Walaupun awalnya Shafira canggung saat pertama kali tinggal bersama laki-laki itu, tapi akhirnya Shafira bisa menyesuaikan diri dan kini dia sudah cukup puas dengan hubungan roommate nya.

Revaldo tetap mengantar dan menjemputnya selama tiga minggu terakhir hingga pada titik dimana Revaldo tidak bisa meninggalkan restoranya dan Shafira meyakinkan Revaldo bahwa perempuan itu bisa pulang sendiri dengan ojek online namun tentu saja Shafira berakhir dengan diantar oleh supir kantornya. Entah apa yang Revaldo lakukan tetapi hal itu membuat Shafira tidak enak, sebab supir kantor hanya bekerja saat jam kantor dan tidak bisa di pakai untuk mengantar pulang oleh karyawan -kecuali dalam keadaan tertentu.

Selama tinggal di apartemen Revaldo yang terletak didaerah kuningan, Shafira hampir setiap minggu pulang ke Bogor. Awalnya Revaldo memaksa untuk mengantar tetapi karena Shafira sudah merasa cukup merepotkan laki-laki itu akhirnya dia meminta Sarah yang mengantarnya dan menjemputnya. Walaupun sebenarnya Shafira sudah cukup sehat dan kuat untuk naik kereta.

Seperti akhir minggu ini, Shafira juga berencana untuk pulang ke Bogor. Kalau biasanya dia akan pulang di Sabtu pagi, kini dia memilih pulang di hari Jumat ini setelah pulang kerja. Dia sudah membicarakan hal ini pada Revaldo dan laki-laki itu setuju. Tentu saja awalnya dia ingin mengantar Shafira, tapi lagi-lagi perempuan itu menolak dengan sedikit mengancam dengan tidak lagi tinggal bersama laki-laki itu. Dengan pasrah, Revaldo pun setuju dan laki-laki itu pun tidak bisa menolak Shafira untuk pulang naik kereta karena perempuan itu sudah sembuh sepenuhnya. Dia hanya mengingatkan Shafira untuk tidak keluar stasiun sebelum kakaknya atau Papanya menjemputnya.

Shafira sudah bersiap akan pulang. Hanya menunggu jam pulangnya, sekitar 30 menit lagi ketika perempuan itu memperhatikan kalender meja dihadapannya. Perempuan itu mengerutkan keningnya. Merasa sedikit aneh ketika mengetahui sekarang sudah memasuki bulan Desember. Shafira mencoba mengingat ada apa di bulan Desember. Dia takut ada hal yang seharusnya dia lakukan dibulan ini namun ternyata terlewat.

Tiba-tiba Shafira terkesiap. Dia ingat sekarang. Besok adalah hari ulang tahun Revaldo. Sepertinya dia harus membatalkan kepulangannya di hari ini. sebagai orang yang menumpang di apartemen Revaldo -dan tentu saja masih memiliki perasaan terhadap laki-laki itu- Shafira merasa harus memberikan sesuatu ke laki-laki itu.

"Kenapa, Fir? Panik gitu mukanya," tanya Anjani yang sepertinya habis sholat karena perempuan itu memakai sendal jepit dan wajah yang terlihat lembab.

Shafira meringis. Dari semua orang di kantornya, hanya Anjani yang mengetahui kalau Shafira tinggal di rumah Revaldo. Itupun karena laki-laki itu yang memberitahu Anjani, sedangkan atasan Shafira hanya mengetahui bahwa selama pemulihan Shafira tinggal dirumah saudaranya.

"Harusnya hari ini aku pulang tapi baru inget kalau besok Revaldo ulang tahun. Mau beli kado udah mepet banget ya, bu." Sahut Shafira bingung karena dia juga tidak tahu ingin membeli kado apa untuk laki-laki yang sepertinya sudah memiliki segalanya itu.

Anjani tertawa dan menepuk bahu Shafira. "Masakin makan malem aja, Fir sama beli kue. Orang seumuran dia mah udah gak cocok di kasih gado. Udah tua,"

His PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang