Intermezzo dulu ya guys!! Draft Bali part 3 udah hampir selesai kok. Banyak sabar ya
Di kantorku gak ada cuti bersama, jadi gabut banget kemudian muncul lah ide bikin cerita ini daripada lanjutin Bali part 3 nya hehehe
Semoga menghibur yaa
~||~
Sejak kehadiran kantor maskapai baru di gendung tempat ku bekerja, semua tampak berbeda. Dari mulai parkiran yang kini penuh dengan mobil berlogo merci dan BMW hingga orang-orang berseragam merah terang dan laki-laki dengan seragam putih hitam khas seorang pilot.
Bagi sebagian orang yang menganggap aku beruntung karena bisa melihat pilot-pilot yang identik dengan kalimat ganteng, hal itu justru salah besar. Karena sejak kehadiran mereka, parkiran kantorku yang minim ini jadi tambah minim. Biasanya aku bisa datang agak siang, kini kami berlomba-lomba datang pagi supaya dapat parkir.
What a joke!!
Yang kini bertanya-tanya aku kerja dimana, well, aku bekerja di sebuah perusahaan penerbangan. Dimana? Jelas di bandara. Sedihnya adalah rumahku nan jauh di timur sana dan aku harus ke arah barat untuk bekerja. Jadilah aku setiap hari membawa mobil.
Jangan tanya berapa nilai yang harus ku keluarkan setiap hari untuk pulang dan pergi. Nilainya bisa bikin nangis dan obviously aku gak akan bisa kaya kalau seperti ini terus.
Keluar dari mobil, aku kemudian pindah ke sisi samping mobilku untuk ambil tas laptop dan tas ku kemudian aku berjalan menuju kantorku.
Entah karena memang aku sedang zone out atau memang telingaku saja yang budek, karena aku sama sekali gak mendengar ada mobil yang melintas tepat disampingku, bahkan menyerempet ku hingga aku jatuh. Well, mungkin aku harus nya bisa gak jatuh, sih. Tapi karena laptop kantorku yang super berat jadinya aku bisa jatuh.
Tepat setelah aku sadar dari kekagetanku, aku buru-buru berdiri dan berharap gak ada orang yang lihat kalau aku di serempet mobil... di parkiran... bikin malu aja.
"Sorry sorry saya gak sengaja," seru di pengendara mobil yang hampir nabrak aku ini. Dari suaranya sih sudah jelas kalau yang nabrak aku ini cowok.
Kok nabrak, sih? Lebay banget! Padahal Cuma keserempet aja.
"Oh iya-iya gak apa-apa. Saya juga gak lihat," kataku seraya membersihkan debu-debu di celanaku.
Ya jelas dong aku gak lihat, aku kan jalan lihat ke depan bukan ke belakang, nyinyirku dalam hati. Well, aku sengaja sih ngomong gitu biar dia ngerasa tersindir. Apa iya dia gak bisa liat aku yang lagi jalan? Walaupun aku kecil tapi aku gak invisible banget lah ya harusnya.
"Sorry saya gak lihat mbak. Soalnya tadi saya sambil lihat handphone," sahutnya.
Oh supir taksi online kali ya, pikirku dalam hati masih belum berbalik untuk melihat si penabrak ku ini.
Setelah yakin bahwa celana ku bersih dari debu, aku berbalik dan kini tau lah aku siapa yang nyerempetku ini yang ternyata adalah penghuni baru gedung kantor tempatku bekerja.
Bagaimana aku bisa tahu? Jelas karena dia pakai seragam kebanggaannya itu ditambah kacamata rayban hitamnya. Aku lantas mengerutkan kening. Pagi mendung begini kok dia pakai kacamata hitam? Totalitas banget padahal masih nyetir mobil, bukan nyetir pesawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Promises
Romance"Pernah gak sih kamu berfikir atau ngerasa kayak gitu? Ngebayangin kalau dunia kamu aneh dan kosong kalau gak ada orang yang kamu sayang?" Shafira menganggukan kepalanya. "Every time since I met you." Gumamnya pelan. "Dan aku udah pernah ngejalanin...