01: Sama-sama Jaga

3.4K 395 18
                                    

[ 🎶 Melukis senja - cover by auw genta]

...

Ketika Aksara menonton tayangan ftv pada televisinya, ia teringat bagaimana ia dan Rigel bisa seperti sekarang. Berawal dari lapangan sekolah, waktu itu Aksara bersama tim basketnya hendak menjalani latihan sebelum mengikuti turnamen, namun melihat lapangan yang dipenuhi dengan kegiatan latihan baris berbaris membuatnya sedikit kesal hingga ia dihadapkan oleh sang wakil ketua paskibra yang saat itu dijabat oleh Rigel.

"Cuma mau ngasih tau, ini lapangan basket bukan buat latihan baris berbaris." Kala itu, matanya menatap tegas kedua iris coklat yang sekarang berubah menjadi candunya.

"Terus kenapa? Maaf yah, disini kita disuruh pembimbing eskul buat latihan lomba. Kalian anak basket yang cuma mau main-main bisa tolong ngalah dulu?" Jawab Rigel, membalas tatapan tegas yang lambat laun meluruh menjadi tatap teduh.

"Halah siah-

Dengan sekali lirikan, Aksara membungkam mulut Magenta, anggota timnya yang hendak membalas ucapan Rigel.

"Oke, kali ini kita biarin kalian latihan disini." ucapanya seolah pasrah tanpa mau ada perdebatan diantara mereka, membuat beberapa anggota timnya tak habis fikir, padahal mereka juga butuh latihan untuk turnamen, bukan mau main main. Namun Aksara tetaplah Aksara, tak ada yang tahu maksudnya saat itu.

Hingga waktu terus berlanjut, hari-hari dimana seorang Aksara berdiri cukup lama di pinggir lapangan hanya untuk melihat rupa tegas Rigel yang tengah memimpin pasukannya, lalu pada saat cowok itu dengan sigap mengangkat tubuh Rigel yang tumbang kala menjadi petugas upacara.

Entahlah, seolah-olah semesta merestuinya, Aksara berhasil meluruhkan hati dingin Rigel yang pada awalnya menolak kehadirannya.

Here's to the ones that we got~
Cheers to the wish you were here, but youre not~

Tiba-tiba lamunannya dibuyarkan oleh ringtone ponselnya, menampilan nama 'Rigell Kekasihku' sebagai panggilan masuk.

"Nghhh, yanghh" suara dari seberang sana terdengar mendesah, membuat Aksara seketika melotot heran.

"Heh, kenapa gitu suaranya? Kamu lagi berzinah?!!"

"Sembarangan!, berzinah ndasmu meledug!" seru Rigel tidak terima.

"Y-ya terus kunaon atuh." tanyanya, kali ini nadanya sedikit tenang.

"Perut aku sakit, huhu. Ibu lagi nggak dirumah, Orion juga nggak bisa diandelin"

"Sakit kenapa? Pms?" tanya Aksara, seraya mematikan televisi yang sempat terabaikan.

"Perut aku melilit, kayaknya gara gara seblak kemarin deh, uhhh.." ucap Rigel, dibarengi dengan ringisan saat rasa mulas bercampur sakit diperutnya muncul.

"Nahkan, seblak teros lagian" katanya kesal, padahal ia sendiri yang menuruti dan membelikannya kemarin.

"Ihhh, aku capek tau bolak balik kamar mandi terus"

"Sakit banget, emang?"

Meskipun sedikit kesal karena Rigel tak mau mendengarkannya untuk berhenti makan pedas hingga berujung sakit perut, Aksara tetap bangkit dari sofa lalu mengambil jaket denim beserta kunci motornya. Menerjang hawa dingin kota Bandung ketika malam hari demi membeli sebungkus bubur ayam dan obat sakit perut.
.
.
.
.
.

"Masih sakit?" Celetuk Aksara yang baru saja masuk kedalam kamar Rigel secara tiba-tiba.

"Eh kodok!, kaget" Rigel terkejut, cewek itu spontan membalikkan badannya yang tadi miring menghadap tembok dan membelakangi pintu.

"Masih sakit enggak?" tanya Aksara, seraya menutup pintu lalu duduk dipinggiran ranjang.

"Tinggal mulesnya doang sih" Rigel mengusapi permukaan perut, berniat untuk mengurangi rasa mulasnya.

"Rasain!" balas Aksara kesal.

"Tega banget."

"Kalo gitu berhenti makan pedes dan makannya lebih dijaga, boleh sesekali tapi jangan sering-sering, kasian lambung kamu." kata Aksara dan diangguki oleh Rigel.

"Denger nggak aku ngomong?" Aksara menatap wajah Rigel yang lebih memilih menunduk menatap selimut berwarna pinknya.

"Ish, iyaa. Galak banget sih, kayak ibu tiri" gumam Rigel pelan, wajahnya merengut.

"Ini demi--"

Belum sempat Aksara membalas ucapan Rigel, cewek itu sudah lebih dulu menyibak selimutnya dan berlari menuju kamar mandi. Aksara ikut membawa langkahnya dan berdiri dihadapan pintu kamar mandi yang tertutup rapat seraya menempelkan telinganya.

"Kamu nggak papa, Rii?" seru Aksara mengetuk pelan pintu kamar mandi, ia khawatir.

Tak ada sahutan dari balik pintu, hingga suara buang angin yang memekik kesegala penjuru kamar membuat dua insan didalamnya terdiam untuk beberapa waktu.

...

Kepulan asap rokok terlihat mengudara, terbawa oleh angin malam yang bertiup ringan. Aksara dengan sebatang rokok di tangannya, berdiri dan bertumpu pada pembatas balkon kamar Rigel.

"Kenapa harus ngerokok?" Rigel bertanya tiba-tiba, seraya berdiri agak jauh dari posisi Aksara.

"Kenapa apanya?"

"Aku cuma nanya, kenapa harus rokok? Aku nggak pernah permasalahin kamu ngerokok. Tapi coba bayangin deh, seberapa banyak zat berbahaya yang kamu hisap dalam jangka waktu beberapa tahun terakhir" ucapnya, membuat Aksara terdiam ditempatnya untuk mencerna ucapan Rigel.

"Enak juga ngemut permen strawberry, lebih aman dan nggak ada dampak negatif" cewek itu melanjutkan ucapannya, semakin membuat Aksara terdiam tanpa mendebat ucapan Rigel.

Rigel mendekat, lalu mendongak untuk mengunci tatapan Aksara "Tolong berhenti, ya? Emang nggak kasian sama paru-parunya? Kalau bisa ngomong pasti dia udah meraung raung." katanya, seraya meletakkan satu permen berperisa Strawberry pada telapak tangan Aksara.

"Aku coba, tapi nggak janji bakalan bisa seratus persen lepas" ucap Aksara ragu.

"Nggak apa-apa, pelan pelan ajaa. Kamu jaga paru-paru kamu, dan aku jaga lambungku. Deal?" dengan itu, Aksara mengangguk dan membuang rokok yang masih tersisa setengah itu.
.
.
.
.
.

Aksara dan Rigel menuruni tangga, kini sudah jam 22.30 waktunya Aksara untuk pulang. Tidak ada tanda-tanda keberadaan orang tua Rigel, diruang tengah hanya ada Orion, adik Rigel, anak itu tengah asik bermain ps dengan keadaan sekitar yang penuh dengan snack berserakan.

"Loh kok udah mau pulang aja, A'? Sinilah duel ps dulu" ujar Orion, matanya masih tetap fokus pada layar.

"Nggak ada! Ini udah malem" sela Rigel, membuat sang adik mendengus.

"Lain kali aja, Yon. Sekalian gue ajak ke rental ps" ucap Aksara, membuat Orion seketika sumringah.

"Yaudah aku balik, ya?"

Rigel mengangguk seraya merapatkan jaket denim sang kekasih yang terpakai kurang rapih, Aksara gampang sekali masuk angin makannya ia sering mewanti wanti cowok itu untuk selalu membawa jaket.

"Iya, hati-hati" ucapnya.

"Besok aku jemput"

"Siap" Rigel tersenyum, sehingga membuat lekungan bulan sabit pada matanya.

Malam itu, Aksara bersama vespa putihnya melesat pergi meninggalkan komplek perumahan Rigel ditemani angin yang berhembus kencang, membuat tubuhnya sesekali bergidik.

--tbc

...

💌

Aksara Rigel - Haechan ft. Ryujin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang