[🎶 pamungkas - to the bone ]
...
"Rii.. "
Rigel yang tengah terduduk menghadap cermin pun menoleh pada Aksara, "Ya?" jawabnya.
Aksara tersenyum, menatap kedua mata cewek itu seraya menggeleng.
"Aku kangen" ucapnya pelan.
Rigel hanya membalas dengan senyuman, lalu kembali berkutat pada kegiatan mengoles masker di wajahnya yang tadi sempat terhenti.
Suasana kembali hening, kini mereka hanya fokus pada kegiatan masing-masing. Seperti halnya Aksara yang rebahan diatas kasur milik Rigel seraya fokus menatap langit-langit kamar dengan fikiran yang menguap entah kemana.
Hingga kemudian Rigel beralih duduk dipinggiran kasur dan meminta Aksara untuk mendekat padanya.
"Sini" ucapnya seraya menepuk kedua pahanya, bermaksud menjadikan pahanya sebagai bantalan untuk Aksara.
Aksara yang mengerti pun mulai memposisikan dirinya, dengan Rigel yang perlahan mengoleskan wajah Aksara dengan sisa masker yang tadi ia pakai.
Dari posisinya sekarang, Aksara dapat dengan jelas melihat lekuk wajah Rigel yang begitu mengagumkan baginya.
"Ri..." lirihnya.
"Hm?"
"Bulan kayaknya bakal cemburu deh kalau liat kamu"
"Kenapa?"
"Soalnya kamu keliatan lebih bersinar dari pada bulan" ucap Aksara, masih setia menatap wajah Rigel dari posisinya.
Rigel hampir tersenyum, kalau saja ia tidak ingat bahwa nanti maskernya akan retak.
"Diem, nanti masker ku retak" ucapnya pelan.
"Kamu ganti parfum, kah?" tanya Aksara, ketika indra penciumannya menangkap aroma lain dari tubuh Rigel.
"Eum, aku lagi pingin aroma yang agak fresh aja"
"Aku lebih suka aroma yang sekarang, lebih cocok di kamu" ujar Aksara, seraya memeluk pinggang Rigel.
"Jangan gerak dulu, maskernya belum kering lho ini" tegur Rigel.
"Rii..."
"Ya?" Rigel kini menunduk, jemarinya memainkan helai rambut Aksara yang berwarna kecokelatan.
"Mama ngajak aku pindah kerumah suami barunya"
"Oh, ya?"
Aksara mengangguk, "Tapi aku belum memutuskan, mama juga ngasih aku waktu untuk mikir-mikir"
"Apa yang bikin kamu mikir?" tanya Rigel dengan nada lembut.
"Kamu" jawab Aksara.
"Aku nggak siap buat ninggalin kamu" lanjutnya.
"Ra.. " lirih Rigel.
"Kamu itu semestanya aku, poros hidup aku. Bahkan buat ngebayangin hari-hari tanpa kamu aja, aku nggak sanggup"
"Meskipun seharusnya aku belajar untuk siap. Karena bukan hal yang nggak mungkin, kalau suatu saat nanti kamu nemuin seseorang yang jauh lebih baik dari aku dan kamu memutuskan untuk milih dia" lanjutnya.
"Kamu ngomong apa sih?" tandas Rigel.
"Senggaknya, sekarang aku belum nemuin alasan tepat yang sampai bikin aku berpikiran untuk milih pergi ikut mama dan ninggalin Bandung dengan segala isi beserta kenangannya" terang Aksara.
Rigel tidak merespon apapun, ia hanya membalas tatapan Aksara dengan pandangan tidak mengerti.
"Rii.. " panggilnya, entah sudah berapa kali cowok itu memanggil Rigel.
"Iyaa?"
"Mungkin kamu bakal bosen dengernya, tapi aku sendiri nggak akan capek untuk bilang, kalau aku sayang kamu"
Rigel mengangguk, lagi-lagi hanya mampu membalas dengan sebuah senyuman. Entah mengapa lidahnya terasa kelu, barang untuk sekedar membalas ucapan Aksara.
...
Pukul 11 malam, hal pertama yang Aksara dapatkan saat membuka pintu utama rumahnya adalah gelap. Suasana temaram itu menyambutnya pulang, ia kemudian berjalan menaiki tangga untuk menuju kamarnya.
Cowok itu merebahkan tubuhnya diatas kasur dengan hela nafas berat. Terdiam cukup lama, sampai bayangan dimana Rigel yang tersenyum ketika membicarakan sosok lain dihadapannya, tiba-tiba kembali teringat.
"Waktu itu aku liat muka dia panik banget, sambil senyum ngeringis minta maaf. Awalnya aku mau marah, tapi nggak jadi karena nggak tega liat mukanya yang polos kaya anak kecil"
"Kamu bener, tubuh dia tinggi. Tapi berbanding terbalik dengan mukanya yang polos"
Atau saat dimana Aksara berpura-pura tidak tahu, berharap Rigel akan berkata jujur padanya. Tetapi yang didapat adalah Rigel yang berkata tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
Diam-diam, Aksara memang sedikit merasakan perubahan yang terjadi pada Rigel. Namun sebisa mungkin ia menyangkalnya, mencoba berpikir jernih bahwa ini hanya perasaannya saja.
Dibangkitkannya tubuh ringkih itu, perlahan mengambil sebuah foto didalam figura yang terletak diatas nakas. Foto yang diambil setahun setelah perayaan anniversary Aksara dan Rigel. Didalam foto itu, nampak raut kebahagiaan terpancar, dimana didalamnya tersirat akan sebuah permohonan agar bisa terus bersama dalam waktu lama.
Aksara tersenyum melihat betapa bahagianya mereka saat itu. Ia membelai rambut Rigel dengan gerakan lembut seolah ia benar-benar membelai rambut hitam cewek itu.
--tbc
...
bacanya nggak ada semenit, tapi semoga poinnya tersampaikan, ya.
💌

KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Rigel - Haechan ft. Ryujin [END]
Fiksi Remaja[𝐂𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝] ... Ini tentang bagaimana seorang Aksara Adhinatha, mencintai semestanya 'Kathrina Rigelia.' "Selagi aku bisa, apapun bakal aku kasih. Aku nggak main-main, Rii... " start; 6/1/21 end; 1/6/21 © a story by, shxxva.