16 : Titik Patah

940 179 63
                                    

[🎶 akhir tak bahagia - misellia ]

/ titik dan koma harap diperhatikan. Biar lebih enak bacanya /

...

Malam ini tak seperti malam biasanya. Entah apa yang sedang mengganggu pikirannya, namun sekarang hatinya merasa tak nyaman. Kontras dengan matanya yang masih tetap segar, meski waktu telah menunjukkan pukul tengah malam.

"And when the lights start flashing like a photobooth... and the stars exploding we'll be fireproof...my youth~my youth is yours~"

Rigel menghentikan sejenak tayangan yang sedang diputar pada laptopnya ketika ponselnya berdering memperdengarkan lagu favoritnya. Lantas ia pun segera beranjak dari tempat tidurnya untuk mengambil ponsel yang ia letakkan diatas meja belajar.

Terpampang nama Aksara disana, tidak menunggu lama lagi Rigel segera menekan perintah terima dan menempelkan ponsel tersebut pada telinganya. "Ya?"

"Bisa ketemu sebentar?"

Rigel mengerutkan dahinya. "Kalau kamu lupa, ini udah tengah malem, Ra!"

"Aku mau bicara" suara diujung sana terdengar lirih, namun Rigel tak menyadari itu.

Rigel menarik nafasnya panjang, lalu menghembuskannya secara perlahan. "Ra, sekarang kan kita lagi bicara. Nggak perlu ketemu, ini udah malam. Angin malam nggak bagus buat tubuh... "

"Aku udah didepan rumah kamu" tandas Aksara, sontak membuat Rigel membulatkan kedua matanya.

Cewek itu pun segera menyibak hordeng kamarnya untuk memastikan, namun yang ia lihat adalah benar. Matanya mendapati Aksara tengah terduduk diatas motornya, dengan jacket yang tidak dikaitkan. Membuat angin malam bebas menerobos tubuh itu.

"Yang bener aja, Ra!" desis Rigel.

"Aku tunggu. Kamu jangan lupa pakai jacket, disini dingin" ucap Aksara, setelahnya mematikan sambungan telepon tersebut secara sepihak.

Dengan begitu Rigel meraih jacketnya dan segera keluar dari kamar. Suasana rumahnya kini nampak temaram, senada dengan lampu ruang tengah yang sengaja dimatikan oleh sang Ibu. Rigel menginjakkan kakinya secara perlahan, agar tidak menimbulkan suara yang dapat mengusik keheningan.

Cewek itu mengehela nafasnya panjang, lalu berjalan mendekat kearah Aksara tanpa suara.

Sedangkan Aksara kini menatap Rigel dengan begitu tenang, tak lupa dengan senyuman tipisnya. "Hi.." sapanya pelan.

Rigel menatap Aksara lurus-lurus. "Kamu mau bicara apa, sih? Ini udah malam, Ra! seharusnya kamu lagi didalam kamar, bukan berkeliaran diluar rumah."

Aksara mengamati raut wajah Rigel. Wajah yang nantinya akan dirindukan.

Ia Menarik napasnya dalam-dalam, lalu menatap lurus kedalam mata Rigel. "Ri... Rasanya kayak baru kemarin, ya. Aku ngajak kamu keatas balkon sekolah, dimana tempat itu menjadi saksi atas pernyataan cinta aku terhadap kamu. Saat itu aku begitu yakin, kamu lah jawaban dari tuhan untuk hidup aku yang tak begitu sempurna ini. Selama dua tahun kita bersama, aku sama sekali nggak menyesal karena telah menemukan kamu sebagai bagian dari hidup aku."

Aksara Rigel - Haechan ft. Ryujin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang