21 : Tembok yang Lesap

921 177 38
                                    

...


Tepat pukul 4 sore, Rigel menunggu dengan setia kedatangan Aksara. Wanita itu berdiri didepan gerbang rumahnya dengan mengenakan bawahan baggy jeans dan atasan kaos putih polos seraya menunduk memperhatikan sepasang sneakersnya.

Beberapa menit yang lalu, Aksara mengatakan bahwa akan segera tiba. Maka dari itu, Rigel berlari tergesa keluar rumah agar tidak membuat Aksara menunggu.

Hingga tak seberapa lama kemudian, Aksara bersama vespa putihnya pun muncul.

Pemandangan itu, membuat Rigel terdiam. Ia teringat dulu, ketika Aksara menjemputnya untuk sekedar pergi mencari jajanan disore hari. Dan hal itu, seakan terulang kembali saat ini.

"Yuk, naik" sapanya, tak lupa menyerahkan sebuah helm pada Rigel.

"Udah?" tanya Aksara begitu Rigel naik dan duduk di jok motornya.

"Udah" balas Rigel.

"Yaudah turun"

Rigel mengerjapkan matanya berkali-kali. "Huh?"

"Katanya udah, yaudah turun." ujar Aksara, menatap Rigel dari kaca spion.

"Bercanda, jangan lupa pengangan." tandasnya.

Rigel mengulum bibirnya, dengan ragu ia mulai meletakkan kedua tangannya pada sisi pinggang Aksara.

Dengan begitu, setelah memastikan mesinnya menyala. Aksara pun segera menjalankan motornya, disusul dengan bunyi knalpot yang mengalun.

Setelah sesampainya ditempat dan memarkirkan motornya dengan rapih diparkiran, mereka segara berjalan beriringan menuju keramaian.

Tempat ini masih nampak sama, hanya saja semakin terlihat nyaman dengan beberapa penambahan lampu penerangan dan vasilitas baru.

Sesudah membeli beberapa cemilan, mereka memilih untuk duduk dibangku yang letaknya tepat didekat danau buatan. Omong-omong, Aksara yang memilih bangku itu.

Terhitung lewat dari 5 menit mereka saling terdiam, keduanya tidak ada yang berani untuk memulai pembicaraan. Lebih tepatnya karena Rigel yang ragu dan Aksara yang merasa denial.

"Kamu datang ke Bandung sejak kapan, Ra?" tanya Rigel yang akhirnya berani mengawali pembicaraan.

Aksara menoleh. "Dua hari yang lalu" sahutnya.

"Rencananya, mau berapa lama disini?"

"Paling lama sih satu minggu, lebih tepatnya sampai kerjaan Abangku beres."

Rigel menganggukkan kepalanya. "Gimana kabar kamu dan Mama? Eum, maksudnya tante Sonia?"

"Baik kok. Kamu?"

"Baik juga..."

Tapi nggak dengan hati ini.

"Syukurlah kalau begitu, hubunganmu sama Malvin juga baik-baik aja, kan?" Aksara balik bertanya.

Rigel sempat tertegun saat Aksara membawa nama Malvin dalam kalimatnya, cewek itu merasa agak tak nyaman.

Aksara Rigel - Haechan ft. Ryujin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang