...
Dug
Lemparan bola basket dari arah lapangan tepat menghantam bahu Rigel, cewek itu sempat mengaduh kesakitan sebelum sosok laki-laki dengan baju olahraga berlari tergesa menemuinya.
"Kamu nggak papa?" tanyanya dengan wajah meringis, merasa bersalah.
"Nggak apa-apa, tapi lain kali hati-hati lempar bolanya. Ini kalo dikit lagi meleset bisa kena kaca lho, bahaya juga..." jawab Rigel, seraya tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit.
Cowok itu tertawa kecil mendegar balasan Rigel, ia kira bakal dimaki habis-habisan karena kecerobohannya, tetapi lihatlah betapa baiknya cewek dihadapannya ini malah tersenyum.
"Serius nggak papa? bahunya beneran nggak sakit?" tanya Malvin, cowok itu memperhatikan dengan seksama bahu yang tadi menjadi korban lemparan bolanya.
"Nyeri dikit sih, tapi masih oke"
"Tuh kan, nanti kalau makin parah gimana. Mau ke uks aja?"
"Eh, enggak yaa, nggak usah. Aku ada hot cream, diolesin sedikit pasti baikan. Kalo gitu aku duluan ..." jawab Rigel, tanpa menunggu balasan ia segera beranjak pergi, niat awalnya adalah menemui Aksara diperpustakaan.
Demi mempersingkat waktu, Rigel memutuskan untuk sedikit berlari. Hingga tanpa sadar membuat rambut sebahu yang sengaja digerai itu berkibar indah, kontras dengan angin yang berhembus menerjang setiap helai rambut hitamnya.
Sementara sepasang mata hazel masih memperhatikan setiap lekuk tubuh yang berlari itu, tersenyum penuh arti dan merekam dalam ingatannya bagaimana indahnya mahakarya tuhan dalam bentuk Kathrina Rigelia. Oh, sebelumnya Malvin harus berterima kasih pada name tag yang terpatri didada cewek itu, karena berkatnya ia jadi tahu nama seseorang yang tidak sedikit berhasil mencuri perhatiannya itu.
.
.
.
.
.Dengan tergesa Rigel memasuki perpustakan, matanya mendapati sosok Aksara yang tengah serius membaca buku dibangku dekat jendela. Senyumnya merekah, lalu berjalan mengendap tanpa menimbulkan suara, hingga.
"Dor!"
"Aigu, kkamjagiya..." ucap Aksara pelan, wajahnya bahkan tidak tersirat raut kaget sedikitpun. Baiklah, seharusnya Rigel sadar dari awal bahwa kekasihnya itu sangat peka terhadap sekitar, bahkan seekor semut yang berjalan disekitarnya pun pasti Aksara menyadari.
Rigel mendengus sebelum duduk dibangku samping Aksara, matanya melirik buku yang tengah dibaca cowok itu.
"The name of stars" ucap Rigel.
"Kamu mau denger sesuatu?" tanya Aksara
"Sure.."
Aksara kemudian mengalihkan pandangnya setelah mendengar jawaban itu, matanya lalu menatap wajah Rigel untuk memulai bicara.
"Dulu, saat Mama bacain kisah Bintang, aku selalu suka ketika denger apapun tentang Kejora. Bintang yang katanya bersinar paling terang diantara bintang lainnya, dan bintang yang ternyata julukan lain dari planet venus. Waktu matahari terbenam, aku biasanya langsung lari keatas balkon sambil make teropong ala-ala, yang dengan antusiasnya berharap bisa liat sang bintang senja alias venus, sekagum itu..." ucap Aksara seraya menerawang saat dirinya masih duduk dibangku sekolah dasar, sementara Rigel senantiasa mendengarkan setiap kata yang terucap dari bibir Aksara.
"Tapi sekarang beda, bukan lagi kejora yang bikin aku kagum. Rigel, si bintang paling terang keenam dikonstelasi orion, dia berhasil bikin aku berpaling dari kejora" lanjutnya, berbarengan dengan air hujan yang turun dari langit, memenuhi tugasnya untuk membasahi bumi.
Aksara membuka lembar ke 12 pada buku yang tadi dibacanya, kemudian menunjukkannya pada Rigel "Ini dia Bintang Rigel, warnanya biru. Cantik.. "
"Untuk liat Bintang Rigel, awalnya cuma bisa ketemu ketika menjelang tengah malam.Tapi sekarang, nggak perlu lagi nunggu tengah malam untuk itu. Cukup dengan kita saling berhadapan..." Aksara tersenyum seraya memutar bahu Rigel untuk berhadapan dengannya.
"Dan aku bisa liat Rigel lainnya, yang ternyata sama cantik dan indahnya dengan Bintang Rigel dilangit" lanjutnya.
Rigel tersenyum, tak menyangka Aksara akan menyisipkan seuntai kalimat gombal diakhir ucapannya.
"Kamu itu sama halnya dengan Bintang Rigel, jika dia memiliki cahaya untuk menerangi angkasa dan langit malam. Kamu memiliki cahaya itu untuk menerangi hidup aku yang suram dan gelap gulita seperti mati lampu ini... " dengan tampang serius, Aksara berujar sok puitis. Sementara Rigel kini berusaha keras menahan ledakan supernova dihatinya, yang merupakan efek samping dari ucapan Aksara.
Hingga tanpa terasa, hujan yang tadi sempat turun kini terhenti, meninggalkan noda abu-abu berupa mendung tipis dikanvas langit.
...
"Kamu ada minyak kayu putih?" tanya Aksara, setelah tadi bolak balik kamar mandi memuntahkan seluruh isi perutnya karena nekat memakan mie instan.
"Adanya minyak telon, udah sini mana perutnya. Lagian bandel banget makanin mie instan" balas Rigel sewot, cewek itu menarik tangan Aksara untuk membawanya duduk dipinggir kasur.
"Fresh care aja deh, jangan minyak telon. Aku berasa jadi orok ntar" tawar Aksara dengan wajah memelas.
"Nggak usah banyak cingcong, munduran badannya!" Rigel menyingkap kaos hitam Aksara, kemudian dengan telaten mengoles setiap permukaan perut cowok itu dengan minyak telon. Bau lembut ala bayi kini menguar, tanpa sadar menjadikan Aksara layaknya bayi yang baru saja selesai dimandikan.
"Lain kali jangan makan mie, lambung kamu itu rewel. Ini malah segala mukbang mukbang, mau masuk igd?" ujar Rigel.
"Iyaa, lagian tadi Jerico yang ngajakin"
Jerico memang mempunyai chanel youtube berisi konten asmr dan mukbang, bukan sekali ini Aksara ikut bergabung dalam konten tersebut. Lagian kan ia fikir lumayan dapet makan gratis, bahkan sebelumnya Aksara pernah diajak mukbang nasi padang, beuhh kalo ini siapa yang bisa nolak coba. Ya sekarang doang karena Jerico lagi bokek jadinya cuma bisa mukbang indomie modal 10 ribu dapet 4 bungkus, sebagai teman yang baik hati kan Aksara merasa sungkan buat nolak ajakannya, mau tak mau disikat juga mie nya sampai habis, baru lah sekarang perutnya yang jadi korban.
"Masih mual? Sini aku elus perutnya"
Aksara menggeleng "Udah enakan.. "
Kini Rigel lebih memilih untuk mengelus dahi Aksara, posisi cowok itu sekarang adalah setengah rebahan dengan beberapa bantal yang ditumpuk dibelakang.
"Jangan elus dahi aku, nanti ngantuk" lirih Aksara.
"Nggak papa tidur aja, lagian udah kemaleman kalau mau balik dan diluar hujan. Nanti biar aku tidur bareng Ibu" ucap Rigel, masih terus mengelus dahi Aksara dengan sepenuh hati.
Dan tidak menunggu waktu lama, Aksara tertidur ditandai dengan dengkuran halus dan nafas yang teratur. Sebelum keluar dan mematikan lampu, Rigel tak lupa untuk menaikkan selimutnya hingga sebatas dada.
Cewek itu sempat terkekeh melihat pemandangan Aksara dalam balutan selimut baby blue dan aroma minyak telon yang menguar, sungguh lucunaaa.
--tbc
...
💌
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Rigel - Haechan ft. Ryujin [END]
Jugendliteratur[𝐂𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝] ... Ini tentang bagaimana seorang Aksara Adhinatha, mencintai semestanya 'Kathrina Rigelia.' "Selagi aku bisa, apapun bakal aku kasih. Aku nggak main-main, Rii... " start; 6/1/21 end; 1/6/21 © a story by, shxxva.