06 : Kebohongan Pertama

1.1K 201 10
                                    

...

Langit memang kerap kali bercanda, seperti saat ini, ketika hujan yang tadi sempat terhenti, tiba-tiba datang kembali dengan gerimis yang berubah menjadi deras. Rigel hanya bisa menghela nafas pasrah, berdiri menunduk dan menatap sepatunya yang terkena cipratan air hujan. Cewek itu beberapa kali mendumal dalam hati, mencibir mengapa hujan harus turun disaat waktu pulang sekolah. Jika bersama Aksara, ia akan berani menantang derasnya hujan diatas motor berdua, dan menikmati setiap tetes air yang turun mengenai tubuh. Tetapi sayang, cowok yang sudah menjalani hubungan bersamanya selama dua tahun itu, tengah sibuk dengan segala kegiatannya.

"Kathrina, ya?" panggil seseorang tiba-tiba.

Rigel mendongak ketika seseorang memanggilnya dengan nama depannya. atensinya teralihkan pada sesosok cowok yang baru saja turun dari motor dan masih mengenakan helm. Rigel terdiam sejenak untuk mengenali siapa suara dibalik helm itu.

Sampai akhirnya cowok itu membuka helmnya dan menampilkan sebuah senyuman yang ditujukan untuk Rigel. Matanya hazel, serta rambut yang agak kecokelatan, sosok itu kini tengah mengibasi bajunya yang sedikit basah akibat menerobos hujan.

"Iya?" balas Rigel ragu-ragu.

"Ya ampun bener, kirain salah orang. Kathrina ngapain disini? Lagi nunggu jemputan kah?"

Rigel menggeleng "Lagi neduh aja nih.. "

"Ah Iya, aku Malvin. Yang waktu itu nggak sengaja ngelempar bola basket" ucapnya, sementara Rigel sendiri hanya mengangguk dan tersenyum seraya meremas hoodienya, ketika dirasa hawa dingin semakin menusuk tulang.

Malvin masih tersenyum, merasa takjub karena bisa bersebelahan dengan Rigel ditemani suasana rintik hujan yang entah menambah kesan, romantis? Menurutnya.

"Dingin ya? Kathrina sebelumnya bisa minum kopi?" tanya Malvin ditengah keheningan.

"Bisa sih, cuman setelahnya nggak akan bisa tidur. Mungkin kalau bisa milih, aku lebih suka susu hangat"

Malvin mengangguk, kemudian mengarahkan matanya pada sebuah gerobagan yang tak jauh letaknya dari halte.

"Kalau gitu tunggu sebentar, biar aku beliin"

"Eh, nggak usah. Mal- vin... " ucapnya berusaha mencegah malvin, namun cowok itu sudah keburu berlari menerobos hujan, membuat Rigel hanya bisa diam membeku ditempatnya.

Hingga tak menunggu lama, Malvin kembali dengan baju yang jauh lebih basah. Tangannya membawa dua cup gelas berisi susu hangat dan kopi, kemudian menyerahkan gelas berisi cairan putih itu pada Rigel. Hangat yang berasal dari susu, kini mengalir pada telapak tangan Rigel, membuat tubuhnya sedikit lebih hangat.

"Di minum ya, Kathrina. Walaupun nggak seratus persen bikin hangat, tapi seenggaknya bisa bikin rileks" ujar Malvin, masih terus tersenyum.

"Kamu nggak seharusnya lakuin itu, Malvin. Tapi makasih, aku minum yaa" ucapnya, kemudian meminum susunya perlahan hingga tandas.

Beberapa detik berlalu dengan keheningan yang tercipta, hujan perlahan terhenti. Meninggalkan noda keunguan berupa lembayung senja, dan tanpa sadar jarum jam telah menunjukan pukul lima sore.

"Hujannya udah reda, kamu nggak pulang?" tanya Rigel, pasalnya cowo disampingnya ini masih asik berdiri, padahal hujan sudah reda, tunggu apa lagi fikirnya.

"Kalau Kathrina sendiri? Nggak pulang?" Malvin balik bertanya.

"Aku baru mau pesen ojol, kamu pulang duluan aja"

"Sebentar, kalau aku antar aja, gimana?" ucap Malvin, menawarkan diri.

"Maksudnya?"

"Ini udah terlalu sore, kalau nunggu ojol pasti lama lagi. Jika nggak keberatan, aku bersedia anterin Kathrina... "

"Eh, nggak usah. Kamu duluan aja nggak apa-apa" ucap Rigel.

"Kalau gitu, biar aku tungguin sampai ojolnya dateng yaa. Please kali ini jangan nolak"

Rigel mengerjap beberapa kali dan menatap Malvin bingung. Hingga beberapa menit kemudian ponselnya berbunyi, ada sebuah pesan masuk dari driver ojol yang menyatakan pesanannya dicancel, cewek itu sempat berdecak sebal. Mau bagaimana lagi, waktu sudah semakin sore, ia harus segara pulang, dan cara satu-satunya adalah menerima tawaran Malvin tadi.

"Malvin tapi maaf banget, tiba-tiba pesanan aku dicancel. Tawaran kamu yang tadi, masih berlaku kan?" ujar Rigel, meringis pasrah.

Sederhana saja, Malvin sontak mengangguk dengan senang hati. "Masih dong"

"Yuk, naik" ucap Malvin, setelah selesai menyalakan mesin motornya. Rigel perlahan duduk diatas motor itu, diam-diam merasakan sensasi yang berbeda saat menaikinya, motor jenis rx king yang suara knalpotnya agak memekik telinga, namun cukup seru.

Dan sore itu, satu dari sekian banyak keinginan Malvin untuk dekat dengan Rigel. Akhirnya ia bisa membonceng cewek itu dengan motor kesayangannya bonus ditemani langit senja.

...

Rigel mengusap rambut basahnya dengan handuk kecil, sesekali rambutnya masih nampak meneteskan air karena sehabis keramas.

Cewek itu kemudian duduk dipinggiran kasur, tangannya sibuk mengotak ngatik ponselnya yang berdering karena pesan masuk dan panggilan telepon dari Aksara yang baru sempat ia jawab.

"Hallo?" suara diseberang sana lebih dulu menyapa.

"Iyaa?"

"Rigelku udah sampai rumah kan? Maaf yaa, tadi aku nggak sempat anter kamu"

"Udang dong, nggak apa-apa. Aku bisa sendiri kok"

"Oh iya, kamu pulang bareng siapa? Jangan bilang kamu jalan kaki, oh no!" Aksara memekik lebay, padahal nggak mungkin juga Rigel pulang jalan kaki.

"Ya nggak jalan kaki juga dong, emangnya jarak dari sekolah ke rumah itu sedeket komplek depan? Aku pulang bareng-" ditengah ucapannya, Rigel tiba-tiba terdiam. Innernya bertanya, apakah ia harus jujur?

"Bareng siapa? Bareng odong-odong tayo?" Aksara kembali bersuara, membuyarkan pikiran Rigel.

"Bareng abang ojol lah, dia kan selalu ada selalu bisa, hehe"

Kala itu, entah mengapa untuk pertama kalinya Rigel berbohong pada Aksara. Dan tanpa disadari, kebohongan itu lah yang nanti akan menjadi pondasi untuk kebohongan lainnya.

"Aku perlu kerumah nggak? Barangkali kamu pingin sesuatu?"

"Ah, nggak usah. Kamu pasti capek abis latihan tadi, aku cuma pingin kamu istirahat"

"Yakin nih? Telor gulung nggak mau?"

"Tidak miskah! Udah yaa, kamu istirahat aja. Rest well sayangku"

"Yaudah, kamu juga istirahat. I love you, sini cium onlen dulu mumumumu" ucap Aksara, seraya memonyongkan bibirnya.

"Muach, mumumu" Rigel terkekeh, tanpa sadar ikut memonyongkan bibirnya.

Biarlah malam itu Aksara berpura-pura tidak tahu. Melihat Rigel pulang bersama cowok bermotor rx king, yang jelas dari tampilannya bukan abang ojol. Aksara hanya berfikir mungkin Rigel mempunyai Alasan untuk berbohong, tetapi bukan kah kejujuran sekecil apapun akan lebih baik?

"Bohong itu urusanmu, tugasku hanya untuk pura-pura percaya..."

--tbc

...

💌

Aksara Rigel - Haechan ft. Ryujin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang