19 : Suara dari Rigel / pt.2

822 184 25
                                    

...

Dilain tempat,

Rigel baru saja memejamkan matanya, tubuhnya lelah dan mengantuk namun dering telepon yang sejak tadi berbunyi rupanya tidak bisa membiarkan dirinya beristirahat barang sebentar saja.

Satu kali...

Dua kali...

Tiga kali...

Empat kali...

Rigel pun dengan pasrah membangkitkan tubuhnya dan mengambil ponselnya yang tengah di charger diatas meja.

"Yaa?" sapanya, memulai pembicaraan.

"Asik banget yaa kayanya, sampe seharian nggak kabarin aku?"

"Sorry aku lupa" lirihnya.

"Aku diem berharap Kathrina bakal segera hubungin aku, tapi kayanya Kathrina nggak punya pikiran sama sekali yaa?"

Rigel menghela nafas lelah. "Bukan gitu, aku seharian sibuk organisasi di kampus."

"Ya tapi bisa kali sempetin ngasih kabar."

"Susah banget apa gimana?" lanjutnya.

"Yaa santai aja kali, aku juga baru pulang. Boro-boro mau ngasih kabar, aku makan pun nggak sempet saking pingin buru-burunya istirahat."

"Aku baru kali ini kan kelupaan ngasih kabar? Kenapa kamu segitunya? Jujur aku butuh waktu buat sendiri, yang apa-apa nggak harus laporan sama kamu!"

"Jujur kadang aku capek sama kamu yang terus-terusan kayak gini!?"

Rigel mengacak rambutnya frustrasi.

"Kathrina, maksud aku nggak gitu!" suara diujung sana terdengar sedikit melembut.

"Yaudah maaf, maafin aku sayang..." lanjutnya.

"Aku butuh waktu sendiri" tandas Rigel sebelum ia memutuskan sambungan teleponnya dengan sang kekasih, Malvin.

Rigel lelah, sungguh lelah dengan masalah percintaanya. Dengan Malvin dan segala sifatnya, ia lelah.

Bukan, bukan Malvin yang sekarang ini yang dulu Rigel kenal.

Setelah hubungannya berjalan hampir satu tahun, lelaki itu berubah total. Rigel harus selalu memberi laporan tentang segala kegiatannya, over protektif, terlalu mengatur dan yang paling parah adalah temperamennya, lelaki itu akan sangat marah jika Rigel tidak memberi kabar atau hilang seharian.

Beberapa waktu kebelakang, Rigel mencoba untuk lebih memahami Malvin. Namun semakin kesini, rasanya ia sudah tidak tahan.

Malvin memang akan selalu meminta maaf atas kesalahannya, namun beberapa saat kemudian dia akan mengulangi lagi kesalahan tersebut.

sekarang jika ditanya, apakah Rigel mencintai Malvin?

Tidak tahu, itu jawabnya.

Dan apakah Rigel bahagia?

Tidak, ia tidak bahagia, tidak juga sedih. Hanya merasa kosong.

Rigel menarik nafasnya dalam-dalam, mencoba untuk tenang. Diraihnya sebuah music player yang hampir berdebu itu pada laci mejanya.

Ia menatap lamat-lamat barang itu, disusul dengan sebuah senyum sendu.

Rigel diam-diam Rindu.

Rindu pada sang pemilik benda ini, Aksara.

Dia rindu padanya, rindu akan perlakuan lembut lelaki itu.

Kalau bisa, ia sangat ingin menemui Aksara seraya berkata. 'terimakasih untuk mengenalmu'

Namun Rigel sadar diri, bukan hal yang tidak mungkin jika Aksara membencinya.

Karena hal itulah, membuat Rigel tersadar bahwa ia tak sepantasnya mengharapkan Aksara kembali disisinya.

Jika menelisik kebelakang, setelah dua setengah tahun waktu berjalan seiring dengan perginya Aksara. Rasanya Rigel tidak bisa terus-terusan menunggu lelaki itu kembali dan berharap nasib baik akan menghampirnya. Dengan begitu, akhirnya Rigel memantapkan diri untuk menerima pernyataan cinta Malvin, menerima sosok itu untuk menggantikan Aksara.

Namun satu hal yang ia sesali, sekeras apapun ia berusaha. Sosok Aksara memang tidak bisa tergantikan, karena Aksara tetaplah Aksara. Bahkan Malvin pun, tak seberapa pantas untuk memanggantikannya.
.
.
.
.
.

Aksara memarkirkan mobilnya didepan gerbang rumah Melinda, awalnya ia ingin langsung pulang. Namun melinda memaksanya untuk masuk kedalam rumah, wanita itu ingin memberikan sesuatu pada Aksara, katanya.

Pasrah, Aksara pun akhirnya setuju untuk ikut masuk kedalam. Meski jantungnya berdegup kencang tak karuan.

Maklum, masuk kandang mantan.

Rumah Melinda terlihat sepi, Aksara akan sangat bersyukur jika Rigel tak ada dirumah. Bukan apa-apa, ia hanya tak siap saja untuk bertemu cewek itu. Meski ia akui, ia memang rindu pada sang mantan kekasih.

"Duduk dulu, kasep. Ibu ambilkan minum sebentar..." ujar Melinda dan segera berjalan kearah dapur.

Aksara mendudukkan tubuhnya secara kaku, matanya sedari tadi terus mengawasi keadaan sekitar.

Dari sini, dapat ia lihat pintu kamar Rigel yang tertutup rapat. Entah menandakan ada orang didalamnya atau tidak.

"Nah, ayo diminum dulu." Melinda muncul tiba-tiba, sontak membuat Aksara sedikit terkejut.

"Ah, makasi Bu... " ucapnya.

"Ini, untung Ibu sempat ngestok cookies beberapa toples. Ibu selalu teringat kamu tau, kalo bikin kue ini. Kamu masih suka kan?" kata Melinda, seraya menyerahkan dua toples penuh berisi cookies coklat.

Aksara mengangguk. "Yang lain pada kemana, Bu?"

"Si Ayah lagi ada tugas luar kota, Orion sibuk simulasi ujian, kalau Rigel kayak nya ada dikamar deh. Tadi ibu lihat sepatunya..."

Aksara sempat tertegun, lalu meminum tehnya. "Ah, begitu... "

"Jadi kamu ke Bandung ada perlu apa? Mamah mu ikut kesini juga?"

Aksara menggeleng. "Saya-

"A-aksara?"

Aksara terdiam ditempat, ia mendongak pada sang asal suara, matanya mendapati sosok Rigel yang berdiri kaku diatas anak tangga.

Atmosfer rumah ini pun seketika berubah dan hening untuk beberapa saat.

"Bu, kalau begitu saya pamit pulang dulu. Makasih kue nya, permisi... " cowok itu segera beranjak keluar setelah sempat menyalami Melinda yang juga terdiam melihat situasi ini.

...

Setelah kembali ke kamar, tubuhnya seketika luruh, kakinya lemas, tubuhnya pun gemetar.

Matanya membola panas disusul dengan isakan yang keluar. Ia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.

Dadanya sesak, teramat sesak.

Dalam benaknya, ia bertanya-tanya.

Itu Aksara, kan?

Benar dia, kan?

Sipemilik senyum teduh yang menjadi candunya, kan?

Jika iya,

Rigel ingin berlari memeluk lelaki itu. Bersandar didadanya dan berkeluh kesah tentang bagaimana dunianya berjalan selama ini.

Namun rupanya tuhan maha adil, setelah apa yang dulu Rigel lakukan pada Aksara. Sekarang, barang untuk menatap dirinya pun sepertinya Aksara tak sudi. Terlihat dari bagaimana lekaki itu segera pergi setelah melihat hadirnya.

"Sebegitu tidak ingin kah kamu menemuiku?" lirihnya.

--tbc

Ini termasuk double up nggak ya?
hehe, semoga suka❤

Aksara Rigel - Haechan ft. Ryujin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang