07 : Dari Sisi Lain

894 171 18
                                    

...

Siang itu, langit sekolah nampak cerah, sangat kontras dengan lapangan outdoor yang ramai karena permainan basket. Disitu Aksara bersama timnya memasang wajah serius, berlari kesana kemari untuk memperebutkan bola dan melemparnya kedalam ring, tak perduli dengan sinar matahari yang semakin menyengat kulit.

Sorakan meriah dari pinggir lapangan terdengar ketika cowok itu berhasil melambungkan bolanya kedalam ring, Aksara tersenyum kemudian melambaikan tangannya ketribun kiri, tepatnya pada Rigel yang ikut berdiri melambaikan tangannya seraya memegang kipas bergambar wajah Aksara.

Pertandingan terus berlangsung, hingga skor diakhiri dengan angka 19 : 22, yang artinya dimenangkan oleh tim Aksara. Mereka lalu bersorak senang dan melakukan selebrasi untuk sesaat.

Sampai Aksara berlari menghampiri Rigel dipinggir lapangan, seraya tersenyum menerima botol minum berwarna kuning yang cewek itu berikan. Aksara meminum airnya secara perlahan, keringat yang muncul dari pori-pori kulitnya masih setia menetes, membuat Rigel sigap mengelapnya dengan tissu.

"Aku tadi keren nggak?" tanya Aksara, sambil menyilak poninya kebelakang.

"Jelas keren dong, bukan Aksara namanya kalau nggak keren" ucap Rigel, membuat Aksara terkekeh senang.

"Aku bikinin kamu bekel, coba tebak isinya apa?" ujar Rigel, menunjukkan kotak bekal yang wadahnya ia beli sepaket dengan botol minum tadi.

Aksara menatap kotak bekal berwarna kuning itu, lalu mengira-ngira isi didalamnya.

"Sandwich?"

"Salah"

"Bubur ayam nggak diaduk"

"Salah"

"Rice goreng?"

Rigel menggeleng.

"Terus apa dong? Adipati dolken nyerah deh..."

"Nyerah nih? Yaudah aku buka yaa"

"Tadaa! Aku bikinin kamu sushi... " Rigel tersenyum setelah membuka bekalnya, menampilkan gulungan nasi yang luarnya dilapisi rumput laut. Sontak membuat Aksara tersenyum senang, dan antusias untuk memakannya.

"Asik, hebatnya pacarku. Aku makan yaa, Ittakadimass!" ucapnya, lalu mencomot beberapa potong sushi.

"Ih kebalik, bukan itakadimas. Tapi, itadakimas..." koreksi Rigel.

Aksara hanya mengangguk acuh, ia sudah lebih dahulu melahap sushinya dengan mulut lebar, hingga membuat kedua pipinya menggembung penuh lalu tersenyum nikmat.

"Gimana?"

"Lejat bingits, makasih yaa"

Rigel mengangguk tanpa suara, ia tersenyum senang ketika melihat Aksara kembali melahap bekal buatannya. Ia jadi khawatir, takut-takut kotak bekalnya ikutan dilahap juga.

Sementara disisi lain, terlihat seseorang tengah memperhatikan kegiatan sepasang kekasih itu. Memandangnya dengan pandangan yang sulit diartikan, seraya terdiam membeku. Cowok itu Malvin, didalam fikirannya teringat jelas tentang pertemuan pertamanya dengan Rigel dan tentang bagaimana Rigel tersenyum untuknya. Terlalu cepat bagi hatinya untuk merasakan perasaan aneh bernama cinta itu, sampai dititik ini, ketika kemarin ia baru saja merasa seperti terbang keawan karena bisa membonceng cewek itu dengan motor kesayangannya. Kini ia seperti dijatuhkan secara cepat kedalam parung mariana, saat melihat Rigel, wanita yang berhasil menarik perhatiannya sejak pertama kali itu, tersenyum penuh bahagia bersama sosok lain.

Bodoh, Malvin berhak mengatai dirinya bodoh. Karena menyukai seseorang yang sudah memiliki pasangan, dan lebih bodohnya lagi perasaan itu muncul hanya dalam waktu sekejap.

Meski baru beberapa minggu Malvin bersekolah disini, namun tidak sedikit yang ia ketahui tentang pasangan dari Rigel. Aksara, si kapten basket yang baik dan ramah. Teringat jelas ketika Malvin beberapa kali salah mendrible bola, Aksara yang tengah dalam mata pelajaran olahraga itu datang menghampirinya dan mempraktekannya secara langsung dihadapannya hingga ia bisa. Kala itu, tak ada raut angkuh didalam wajah Aksara, cowok itu hanya tersenyum ramah beberapa kali untuk menyemangatinya.

Jika dilihat, Aksara dan Rigel memang pasangan yang serasi. Rasanya ia bahkan tak pantas untuk masuk kedalam hubungan mereka. Apakah Malvin harus menyerah sampai disini? Disaat hatinya yang semula beku menjadi cair berkat Rigel, lalu membiarkan hatinya kembali membeku?

Malvin menggeleng, menggenggam erat ponsel ditangannya. Ia tidak akan berhenti, bahkan sebelum perang dimulai. Biarkan rencananya berjalan semestinya, anggap saja ia belum mengetahui bahwa Rigel telah dimiliki orang lain. Meski Malvin tahu itu salah, ia tidak akan berhenti sebelum mendapatkan apa yang ia mau. Malvin ingin menjadi egois, setidaknya untuk kali ini saja.

...

"Ih ayang pepin mana, ya? Perasaan tadi lewat mau ketoilet, masa belum balik juga.. " ujar Alea dari arah pintu, membuat seisi kelas menoleh padanya.

"Palingan juga nyangkut tuh digagang pintu toilet" celetuk Jerico, membuat Alea memicing tajam.

"Nggak usah nyamber kayak bensin deh lo, jamet. Bisa diam tidak?!"

"Yeu, dasar cabe rempong" ujar Jerico tak mau kalah. Sontak membuat Alea segera melempar cowok itu dengan kemoceng, dan tepat mengenai kepalanya.

"Sok kadieu, bertumbuk kita" sungut Alea berapi-api.

"Siapa takut, ayo kita bertumbuk. Tapi diatas kasur, hiyahiyaa..." Jerico tertawa jahil, sementara Alea memekik heboh.

"Idih! Sopan kah begitu?! Najis" ujarnya, kemudian pergi keluar kelas karena tak tahan dengan kelakuan Jerico.

"Pepin saha si emang? Aing taunya cuma pepin yang jenggotnya dikepang" tanya Aksara tiba-tiba.

"Yeu, pepi itu mah" balas nawang menanggapi, namun matanya masih tetap fokus pada ponselnya.

"Pepin alias Malvin, anak baru kelas sebelah" ujar Jerico.

"Kenapa jadi pepin anjir, sekonyong konyong si Alea maen ganti nama orang" Nawang terkekeh, heran dengan hobi Alea yang suka mengubah nama orang. Bahkan dirinya pun menjadi korban, dengan namanya yang diubah menjadi Nana oleh Alea.

"Itu anak kan pernah lo ajarin ngedribble bola, pas kita lagi jam olahraga" ucap Jerico pada Aksara.

"Saha?"

"Si pepin"

"Hah? Yang mana emang anaknya?"

"Yang cakep mirip bule itu, yang rambutnya coklat kaya disemir pake miranda..."

"Hah?"

"Sekali lagi hah, mulut lo gue jejelin kemonceng ya!" ujar Jerico lelah.

Aksara menerawang, mengingat lagi wajah orang yang Jerico maksud.

"Oh, yang itu. Gue kayaknya pernah ketemu dia dua kali"

"Dua kali?" tanya Nawang, dan Aksara terdiam.

Dua kali, tepatnya ketika jam olahraga dan ketika cowok itu mengantar Rigel pulang dengan motor rx king nya. Kala itu Aksara hanya sebatas tahu wajahnya saja.

Jadi namanya Malvin?...

--tbc

...

💌

Aksara Rigel - Haechan ft. Ryujin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang