14 : 864, 3. Light Years🌠

684 153 18
                                    

...

"Ada si Aa, dibawah!"

Rigel hampir saja berjengit kaget saat berbalik setelah menutup pintu kamarnya, tiba-tiba saja adiknya muncul entah dari mana.

Rigel melayangkan tatapan horor dan mengehela nafas. "Bisa nggak sih, nggak muncul tiba-tiba?" serunya, tak terima.

"Dih, ngegas nih" dengus Orion.

Rigel memutar bola matanya, dan beranjak kelantai dasar. Membawa kakinya yang berlapiskan sandal rumah, lalu berhenti diruang tengah.

Disana, terdapat seseorang yang masih berstatus sebagai kekasihnya. Terduduk disofa, menatapnya dengan mata berbinar.

"Rii.. " sapanya, tersenyum tipis.

"Bentar, aku bikinin kamu minum dulu." balas Rigel.

Langkah kakinya berjalan menuju arah dapur, lalu mengambil gelas untuk membuatkan Aksara segelas coklat hangat.

Cewek itu menghela nafasnya sesaat setelah menuangkan air panas kedalam gelas. Sejak tadi perasaanya dilanda gelisah, tepatnya saat melihat sosok Aksara.

Rigel terseyum kaku, meletakkan gelas berisi coklat hangat tadi dihadapan Aksara.

Keduannya terdiam dan tidak mengatakan apapun selain hening yang menjelaskan suasana canggung diantara mereka.

"Tadi siang kamu kemana, Rii?" tanya Aksara, mengawali pembicaraan.

Rigel menelan ludahnya kasar, entah hanya perasaannya saja atau tidak, kini tatapan Aksara seperti tengah mengintimidasinya.

"Aku langsung pulang karena sakit perut awal menstruasi" jawabnya.

Aksara mengangguk, menatap bola mata Rigel yang nampak bergerak gelisah.

"Maaf, aku jadi nggak nonton pertandingan kamu"

"It's okay" Aksara tersenyum tipis, tipis sekali.

Ia mendekatkan tubuhnya kearah Rigel, menarik bahu sempit itu untuk kemudian dipeluknya. Cowok itu menenggelamkan wajahnya kedalam helaian rambut Rigel, dan menghirup aroma lembut yang menguar.

Rigel sendiri tidak bisa menggerakkan tubuhnya karena pelukan Aksara menguncinya lebih kuat dari yang ia pikir.

Tubuh yang masih saling bertaut itu, terdiam cukup lama. Tidak ada pembicaraan apapun, hanya ada deru nafas dan detak jantung yang tedengar diantara mereka.

Bersamaan dengan sebuah senyum getir yang terlukis dibibir Aksara, dari balik punggung Rigel.

...

Disinilah Aksara sekarang, ditemani dengan sebatang rokok yang terselip disela jarinya dan segelas kopi susu yang masih mengepulkan uap panas. Tubuhnya sedikit mengigil karena angin malam yang memaksa menerobos kaos tipisnya.

Wajar saja, sudah setengah jam yang lalu Aksara terduduk dikursi balkon kamarnya. Rumahnya yang besar itu nampak sepi, jika Aksara boleh menebak, Mamanya pasti telah berangkat ke Jakarta bersama Papa tirinya. Mereka jelas tidak mau repot-repot menunggu keputusannya yang tak jelas akan memilih tinggal dimana.

Diam-diam hatinya mempertanyakan skenario tuhan tentang hidupnya, terutama tentang keberlangsungan hubungannya bersama Rigel yang semakin jelas menunjukkan isyarat akan berakhir.

Hal itu kontras dengan sikap Rigel yang perlahan berubah, cewek itu tidak balas memeluknya dengan perasaan hangat dan nyaman. Pelukannya tak lagi sama seperti pelukan-pelukan yang sebelumnya.

Ia lagi-lagi tersenyum getir, dadanya terasa sesak dan nyeri, bersamaan dengan asap rokok yang ia hirup dalam-dalam. Persetan dengan kesehatan paru-parunya.

Satu fakta lagi yang membuat hatinya nyeri, adalah kebohongan lain yang keluar dari mulut Rigel. Ketika ia sudah berharap Rigel akan mengatakan hal jujur padanya, namun ternyata cewek itu memilih untuk membohonginya.

"Aku langsung pulang karena sakit perut awal menstruasi"

Aksara menahan asap rokok yang telah dihirupnya, membiarkan asap itu terjebak didalam mulutnya lalu menyeruak kedalam kerongkongannya. Hingga cowok itu terbatuk dengan deru nafas yang berat, membuat dadanya terasa nyeri. Namun Aksara membiarkan itu, membiarkan dadanya terasa nyeri agar menghalau rasa sakit pada hatinya.

Bayangan itu kembali teringat, ketika beberapa saat lagi ia akan masuk kedalam area lapangan untuk bertanding. Temannya tanpa sengaja mengatakan perihal ketidakhadiran Rigel disana pada waktu itu.

"Malvin anak baru kelas sebelah barusan kena amuk si Johnny. Gue sih nggak tau karena apa, tapi yang gue liat Johnny sewot banget ama tu anak. Hampir aja pala Malvin bocor kena gebug pot bunga kalau nggak ada Rigel yang tiba-tiba muncul sama Pak Ros."

"Rigel?" tanyanya kala itu.

"Iya, cewek lo juga tadi kayaknya bawa Malvin ke uks."

Pikirannya seketika kacau saat itu, beberapa kali ia sempat melakukan kesalahan ketika pertandingan berlangsung. Namun untungnya ia bisa kembali memposisikan dirinya dengan baik dan bersikap profesional.

Aksara kini mendongak, menatap hamparan langit kelam yang dihiasi kelap kelip bintang. Netranya beredar mencari satu titik dimana terletak sebuah bintang berpedar biru.

Itulah dia, bintang Rigel.

Jarak dari bumi menuju bintang Rigel adalah 864, 3 tahun cahaya. Namun Aksara masih bisa melihat bintang itu.

Pikirannya melayang, memikirkan apakah nanti dirinya akan seperti bumi yang hanya bisa melihat keindahan bintang Rigel dari jauh.

Seperti halnya, jika hubungannya dengan Rigel perlahan berakhir.

Aksara hanya bisa melihat Rigel dari jauh tanpa bisa menggapainya.

--tbc


💌

Aksara Rigel - Haechan ft. Ryujin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang